Kecelakaan

14 2 0
                                    

Waktu terus berlalu, sekitar 2 minggu lagi, akan dilaksanakan pernikahan Riska dan Khafi. Pagi ini, Khafi mengajak Riska untuk fitting baju pengantin yang akan dikenakan esok. Khafi sudah menunggu Riska untuk segera berangkat. Ia menggunakan mobil sedan keluaran terbarunya. Setelah selesai menunggu Riska, Khafi segera menancap gas menuju boutique langganan keluarganya. Namun, saat melewati jalan yang sepi, ia kehilangan kendali. Ia menambah kecepatan mobilnya dan tak menyadari jika ada truk di depan. Hingga terjadilah kecelakaan yang menyebabkan Khafi meninggal di tempat dan Riska Kritis.

Saat kejadian itu terjadi, hati Riski saat itu benar-benar takut. Ia segera melaksanakan shalat duha saat itu juga. Ia juga melantunkan doa memohon keselamatan untuk Riska. Entah mengapa hari ini ia benar-benar memiliki firasat yang buruk. Sampai panggilan Kyai Ahmad menghentikan kegiatannya. Ia segera menghampiri Kyai Ahmad yang sangat khawatir.

“Asaalamuallaikum Kyai ada apa?” Tanya Riski.
“Nak, kalau kamu tidak keberatan, tolong antarkan umi dan Abi ke Rumah Sakit Bakti Husada. Riska dan Khafi tadi kecelakaan,” pinta Kyai Ahmad
“Inalillahi, baik Kyai saya siapkan mobil sebentar,” ucap Riski tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

Setelah sampai ke RS. Kyai Ahmad segera menanyakan ruangan Riska. Ia juga mendapat informasi yang membuat hatinya sedih. Khafi meninggal di lokasi kecelakaan. Saat itu pula Riski bingung setelah Riska siuman nanti, bagaimana caranya menjelaskan keadaannya nanti. Riski benar-benar frustasi saat itu. Ia segera bergegas menuju mushola RS. Dan mengadukan perasaannya sekarang pada sang pemilik Kehidupan.

Di suatu tempat yang sangat luas, Riska terduduk seorang diri. Ia seperti menunggu seseorang menjemputnya. Di tempat itu pula Riska melihat seseorang mendekatinya dan memintanya untuk berbahagia dengan orang yeng benar-benar menyayanginya. Ya, ia Khafi, ia sangat ingin melihat Riska bahagia bersama dengan Riski.

“Riska, mungkin kita tidak ditakdirkan untuk bersama, berbahagialah dengan orang yang benar-benar menyayangimu. Ia akan segera datang menjemputmu,” pinta Khafi.
“Tidak mas, kamu sumber kebahagiaanku. Kamulah orang yang aku sayangi,” isak Riska.
“Kamu salah, rasa cinta yang aku miliki untukmu adalah nafsu semata. Sedangkan rasa cinta orang yang akan menjemputmu adalah cinta hakiki,” kata Khafi. “Selamat tinggal Riska,” lanjutnya.

Riska terdiam beberapa saat, perlahan ia mendengar suara orang melantunkan ayat suci Al Quran. Riska seperti mengenal suara tersebut, namun ia tak memiliki ingatan sama sekali mengenai suara indah tersebut. Ia memandang di sekitarnya. Tak beberapa lama datang seseorang dengan wajah bercahaya menghampirinya dan mengajaknya pulang.

Riski terus membacakan doa-doa supaya Riska cepat sadar dari komanya. Saat ini ia berada di ruang rawat Riska. Bersama dengan Kyai Ahmad dan Bu Nyai. Ia terus melantunkan ayat-ayat suci yang tertulis di Al-Quran saku yang ia miliki.

“Umi..” kata Riska cercekat. Riski segera menyudahi bacaannya.
“Alhamdulillah Riska,” ucap syukur Abi, Umi, dan Riski.
“Tunggu sebentar, Umi panggilkan dokter,” kata Bu Nyai.

Bu Nyai meninggalkan ruang rawat Riska. Di ruang itu, Riski tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Riska benar-benar telah kembali. Kyai Ahmad hanya tersenyum menatap kebahagiaan Riski. Dia ingat benar rasa takut Riski akan kehilangan orang yang begitu Riski cintai.

“Riska, Abi ingin bicara serius dengan Kamu dan Riski. Boleh?” Tanya Kyai Ahmad.
“Boleh bi,” ujar Nadia.
“Begini nak, Abi dan Umi ini kan sudah tua. Abi rasa sekarang ini saatnya abi berhenti dari kursi kepemimpinan abi. Abi ingin kamu dan Riski meneruskan perjuangan Abi dan Umi, Abi berharap kalian dapat menikah,” jelas Abi tegas.
“Tapi Bi, bagaimana dengan Mas Khafi?” Tanya Riska.
“Kamu ingat kecelakaan yang menimpamu. Kecelakaan itu pula yang merenggut nyawa Khafi. Setelah diselidiki oleh polisi itu semua juga karena kecerobohannya,” kata Kyai Ahmad.” sekarang bagaimana apa kamu mau menikah dengan Riski?” Tanya Kyai Ahmad.

“Nggak mungkin bi, Nggak mungkin Mas Khafi meninggal,” histeris Riska.
“Maaf Riska. Tapi itu kenyataannya. Aku menemukan amplop ini tiga hari setelah kecelakaan itu. Aku belum sama sekali membukanya,” kata Riski menyerahkan amplop yang berada di sakunya.



*Apa ya isi amplop tersebut . Baca terus ceritanya ya geas.*

CERPEN IN LOVE PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang