🌸🌸🌸🌸🌸

22 1 0
                                    

Tiba-tiba seorang santri datang dengan terburu-buru. Ia mengatakan kalau Pak Samsudin dan putranya datang ke pondok.

“Baik nak, persilahkan mereka masuk,” kata pak kyai.

Santri tersebut segera memprsilahkan Pak Samsudin dan Khafi masuk untuk menghadapnya. Riski merasakan hatinya tak tenang dengan kedatangan Keluarga Pak Samsudin.

“Assalamualaikum,” sapa Pak Samsudin dan Khafi.
“Wa’alaikumsalam, silahkan masuk,” jawab Pak Kyai.
“Terimakasih Kyai,” kata Pak Samsudin.
“Ada perlu apa ini Pak Samsudin?” tanya Kyai.
“Begini Kyai, kedatangan saya kemari bermaksud melamar putri Kyai, Riska,” jawab Pak Samsudin.
“Pak Kyai saya permisi dulu,” kata Reza.
“Baiklah nak, oh iya. tolong nanti jam 4 sore kamu kesini lagi,” kata Pak Kyai.
“Baik Kyai,” kata Riski.

Riski memang merasakan hatinya berkecamuk tak karuan. Sepertinya ia merasakan suatu hal yang membuatnya tak nyaman. Benar saja, ia memang cemburu dengan Khafi. sudah sejak lama memang Riski mempunyai perasaan pada Riska. Tapi, ia takut kalau nantinya akan membuat hati Riska sakit karena kenakalannya dulu. Sekarang ini, Riski sedang meratapi nasibnya. Orang yang ia sayangi akan menikah dengan orang lain.

Riska telah selesai mengajar murid-muridnya dan segera menuju kediaman Abinya. Ia sudah tahu bahwa Khafi telah datang untuk melamarnya. Wajahnya begitu berseri mengetahui hal tersebut.

“Assalamualaikum,” sapa Riska.
“Wa’alaikum salam,” jawab seluruh orang di rumah Pak Kyai.
“Riska sini nak,” panggil Pak Kyai.
“Baik Abi. Riska, apa kamu mau terima lamaran Khafi?” tanya Pak Kyai.
“Riska mau Abi,” jawab Riska.

Rasa bahagia yang sangat besar terlihat dari wajah Riska dan Khafi. tapi justru rasa sedihlah yang berada di hati Riski. Riski adalah sosok yang sagat tegar. Dahulu memang Riski sosok yang nakal. Tapi seiring berjalannya waktu. Riski menjadi orang yang bijak dan tanggung jawab.

Sore ini Riski sudah bersiap-siap menuju kediaman Kyai Ahmad. Riski memang pandai sekali menyembunyikan perasaannya. Tapi, tidak dengan Kyai Akmad. Ia bisa mengetahui jika Riski sedang sedih.

“Nak, nagaimana perasaanmu saat ini. Apa kamu baik-baik saja?” tanya Kyai Ahmad.
“Baik Kyai, memangnya ada apa Kyai?” tanyanya kembali.
“Jadi begini, saya dan Abi kamu sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dan Riska. Waktu itu, Abi kamu menjenguk kamu. Tapi kamu marah karena abimu menggendong Riska. Sebenarnya, waktu itu saya dan abi kamu sedang membicarakan rencana perjodohan kamu dan Riska,” jelas Kyai Ahmad. “Dan saya mohon sama kamu, kamu jangan panggil saya Kyai. Saya ingin kamu panggil saya Abi,” tambah pak kyai.
“Tapi, saya tidak mungkin mengganggu hubungan Riska dengan Khafi Kyai, maksud saya Abi. Biarlah Bi Allah yang menentukan. Saya yakin jika Riska bahagia bersama Khafi. Saya juga bahagia jika Riska bahagia Bi,” jelas Riski. “Hanya Allah Bi yang tahu jodoh saya, Riska ataupun Khafi. Makanya Riski serahkan urusan ini pada Allah,” tambah Riski.
“Saya tahu bagaimana perasaanmu pada putri abi yang sebenarnya. Kejar dia jika kamu benar-benar menyayanginya. Jujur, sebenarnya abi kurang suka dengan Khafi. Tadi saat dia datang, tak ada sopan-sopannya. Bahkan saya lihat matanya juga jelalatan melihat santriwati-santriwati yang lewat,” kata Kyai.
“Tapi, saya tidak mungkin merebut Riska yang jelas-jelas sudah di khitbah oleh Khafi. Saya tidak ingin, hubungan saya dan Riska kembali memburuk,” kata Riski.
“Semua terserah padamu, jika kamu tidak ingin Riska tersakiti nantinya perjuangkan dia tapi jika kamu tetap ingin Riska tersakiti, ya kamu biarkan saja dia menikah dengan Khafi,” ucap Kyai Ahmad tersenyum.

CERPEN IN LOVE PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang