❇ Bagian 3 ❇

1.2K 167 43
                                    

Ohhh iya itu yang di mulmed rumah yang Dahyun tinggali bersama kai dan kakek nya😃 sebenarnya si rumah mereka itu kayak ga ada tetangga nya gitu lohh, terus jauh juga rumah nya dari seoul.

Itu si yang saya bayangkan saat menulis cerita di chapter sebelum nya hehehe

Btw kalian ngebayangin kakek nya Dahyun kayak gimana??

♨ Happy Reading ♨

Oh sungguh Jungkook sudah menunggu moment-moment seperti ini,

Pokoknya besok ia harus membawa gadis itu, bagaimana pun cara nya ia harus membawa gadis itu secepat mungkin.

~~~~~


Matahari sudah terbit, Dahyun gadis itu masih tak kunjung bangun dari kasur empuk nya itu, bukan karena ia terbiasa bangun siang tapi karena dirinya yang tiba-tiba merasa lemas hanya untuk berdiri saja rasanya pusing.

Dahyun tau pasti karena tadi malam hujan dan ia harus membeli obat untuk kakak nya dan kakek, walaupun sebenarnya ada Jisoo yang menawarkan diri untuk membeli obat diluar,

Tapi tetap saja ia yang harus membeli obat di luar, karena tidak enak dengan Jisoo, dan lebih parahnya lagi dengan kondisi hujan deras terlebih lagi payung di rumah nya ilang tak tau di taruh dimana.

Dan alhasil Dahyun pagi ini demam,

Tok~ Tok~

"Dahyunaa~"

"Masuk saja eonni tidak dikunci," Dahyun berujar sangat pelan bahkan  seperti bisikan,

Cklek

Dahyun menoleh ke arah pintu, dan mendapati Jisoo yang tengah berjalan kearahnya dengan membawa nampan, Dengan segelas susu dan mangkok yang Dahyun yakini berisi bubur,

"Kau harus makan Kim Dahyun, jangan terus menatap ku seperti itu,"

Dahyun mengerutkan keningnya,

'Apa maksud nya? Jelas-jelas aku sedang memperhatikan nampan yang ia bawa, dasar geer huh!'

Jisoo yang mendengar isi pikiran Dahyun tertawa, bagaimana bisa ia se-geer itu? Haduhh seperti nya ia harus segera kembali ke Pack dan memeriksa apakah mata nya ini sudah mulai rabun?

"Eoh maafkan aku, ku kira kau sedang melihat aku. Ya namanya juga manusia pasti punya banyak salah ya kan? hehe," Jisoo mengeluarkan senyum tanpa dosanya

—————

"Apa semuanya sudah selesai?" tanya lelaki itu,

"Semua sudah terkendali My Lord,"

"Bagus, kau memang selalu bisa diandalkan Jaemin-ahh,"

Pemuda yang dipanggil Jaemin itu langsung menunduk, "Itu sudah menjadi tugas saya My Lord,"

"Hahaha, aku bangga karena kau mampu melakukan hal ini, suatu kebanggaan kau bisa tetap setia dengan ku,"

[1] My LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang