Bab 3

8 0 0
                                    



Faley tengah membaca buku di perpustakaan, dia berusaha bersikap seperti biasa. Tak peduli dengan tatapan kebencian dan cemooh yang sudah bisa Faley hadapi. Saat sedang asik membaca dia di ganggu oleh sebuah suara yang memanggil namanya.

"Faley!"

Faley menoleh, menemukan seorang siswi yang tengah berdiri di depan mejanya. Faley mengangkat sebelah alisnya, bertanya lewat isyarat.

"di suruh ke lapangan sama Clarie. Kalo nggak nanti bakal ada korban. Kali ini Sanari yang bakalan jadiin korban kalo lo nggak dateng."

"hm."

Faley berdiri sambil menenten buku yang ia pinjam dari perpus. Lalu dengan santai dia berjalan ke arah lapangan sesuai dengan petunjuk siswi yang memanggilnya tadi. Faley memaskkan tangan kirinya ke saku jaket hitam berhodie yang selalu dia pakai.

Saat sampai di sana, Faley menatap datar Sanari yang tengah berlutut di depan Clarie dan teman-temanya. Ada Clarie, Jovanka, dan Kayla yang tertawa memandang Sanari yang tengah menunduk.

"datang juga lo?"

"mau kamu apa Clar?" tanya Faley.

"gampang, gue mau lo jilatin telur yang ada di rambut Sanari. Bersihin tuh telur pakek lidah lo."

"kamu pikir aku mau? Apa peduli ku? Dia bukan siapa-siapa bagiku."

"terus lo mau membiarkan dia malu sendiri? Begitu?" Clarie sebenarnya cukup terkejut. Karena baru kali ini Faley tak mau melakukan sesuatu sesuai kehendaknya, padahal sudah ada korban di hadapanya.

"dia tidak sepenting itu untukku."

Plok

Satu telur kembali mendarat di pelipis Sanari, hingga darah keluar dari sela rambutnya. Sanari meringis, merasakan perih, dan menahan bau yang menyengat.

"cukup."

Clarie menyeringai, melihat Faley yang perlahan berjongkok di samping Sanari. Ia melepas jaketnya, mengelap telur yang ada di tubuh Sanari, lalu setelah selesai, Faley melemparkan jaketnya ke wajah Clarie. Bisa saja Clarie menghindar, tapi tak mungkin. Itu akan menguak kebenaran bahwa dia bukan mausia biasa.

Semua yang menyaksikan seketika menahan nafasnya. Melihat keberanian faley yang baru pertama kali dia perlihatkan.

"bunuh aku jika kamu mau. Aku tidak akan lari." Kata Faley dengan tenang.

"sialan. Mulai berani lo sekarang hah?"

Pandangan Faley tetap sama, dingin.

"ikut gue."

Clarie menyeret pergelangan tangan Faley. Ia melangkahkan kakinya menuju taman belakang dan keluar lewat gerbang belakang sekolah yang berbatasan dengan hutan lindung.

"apa kemampuan lo sampai berani lawan gue?"

"bunuh aku, kalo itu emang bisa bikin kamu lega dan nggak lagi gangguain anak-anak."

"kamu pikir semua nya akan selesai dengan kematianmu?"

Suara itu mengalihkan perhatian keduanya. Ada Delvin yang tengah berdiri menyandar dengan tangan berada di saku celananya. Menatap datar ke arah Clarie dan Faley.

"apa maksud kamu Del?"

"ibuku tak akan hidup lagi jika kau mati, dan saat kau mati kematian ibuku akan sia-sia. Karena jiwa yang berusaha dia lindungi dengan nyawanya malah mati sia-sia."

Suara Delvin yang dingin benar-benar membuat Faley berhasil menganggapnya asing. Dia pun tak segan menunjukkan ekspresi yang sama.

"bukankah itu yang anda mau? Tidak menunjukkan wajah dan tubuhku lagi di hadapan anda. Itu artinya saya harus mati. Maafkan saya pangeran, tapi bukan keinginan saya hidup seperti ini. Kehilangan kedua orang tua, dan menjadi penyebab kematian ibu dari sahabat saya sendiri. Dan lagi, menjadi bagian dari sebuah legenda kutukan."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The DemonWhere stories live. Discover now