Volume 1, Bab 1 - Melawan Takdir

66 4 0
                                    

Seorang pemuda sedang berjalan-jalan dikota dengan pedang kayu dipahanya. Keringat mengucur deras ditubuhnya. Ia baru saja selesai berlatih. Ia kini sedang berjalan pulang kerumahnya- tidak,rumah kerabatnya. Ia adalah seorang yatim yang kehilangan ayahnya sedari kecil. Kehilangan tulang punggung keluarga membuat ibunya harus menggantikan sosok sang ayah. Ibunya kemudian bekerja sebagai pembantu dirumah kerabatnya. Sebagai upahnya mereka dapat tinggal dirumah kerabatnya dan mendapat uang dengan nilai kecil.

Pemuda tersebut telah sampai dipekarangan rumah, baru saja melangkah melewati batas pekarangan rumah, ia mendapat cercaan dari bibinya.

" Yasha! Sudah kubilang berhenti bermain dengan pedangmu itu, bekerjalah apa kamu tidak kasihan dengan Ibumu yang harus bekerja keras setiap hari sedangkan kamu bermain pedang sepanjang hari. " ucap bibinya.

Yasha hanya berdiam diri mendengar celotehan bibinya menunggunya diam lalu melangkah pergi ke kamarnya dan ibunya, ya setiap hari selalu seperti ini tak pernah ada hari tanpa celotehan bibinya.

Kamar dirinya dan Ibunya terletak di ujung sudut pekarangan rumah, Ibunya dan dirinya menempati satu ruangan yang sama dengan 2 ranjang.

Ketika masuk kamar ia melihat ibunya sedang berbaring beristirahat. Ibunya beristirahat setelah membereskan semua pekerjaan rumah, kadang kalau tidak ada pekerjaan mendadak seperti disuruh ia bisa beristirahat sekitar 15 menitan.

Ketika Yasha membuka pintu kamarnya, Ibunya membuka matanya lalu tersenyun menatap Yasha dan berkata " Bagaimana latihanmu ? Sini kemari. " Yasha mengangguk dan duduk diranjang miliknya.

Ibunya menggerakan badanya kearah Yasha sambil berbaring, tersenyum kembali lalu memegang kedua tangan Yasha.

" Yasha, janganlah berlatih terlalu keras meski itu melatih tubuhmu tapi jika berlebihan akan seperti pedang bermata dua yang akan menyakiti tubuhmu juga. Lihatlah tanganmu telah menjadi kasar seperti ini. " Ucap Ibunya sembari membelai telapak tangan Yasha.

" Baik bu, Maafkan aku tak bisa membantumu " gumam Yasha pelan.

" Tak apa nak, Ibu hanya ingin kamu hidup sehat dan hidup seperti apa yang kamu suka. Ini kesalahan Ibu dan Ayah kamu terlahir dalam kemiskinan seperti ini " Ibunya masih tetap saja tersenyum.

" Tidak bu, Ini bukan salah ibunda dan ayahanda. Ini salah takdir yang begitu jahat pada kita. " Ucap Yasha sembari air mata menetes dimatanya.

" Cukup bergegaslah mandi dan beristirahat, Ibu akan kembali bekerja " Ucap Ibunya sambil berdiri, dan tak lupa sambil mengusap rambut Yasha.

---

Keesokan harinya, Yasha seperti biasa setiap pagi berlatih pedang di hutan di luar benteng kota. Di hutan ia mengayunkan, menusuk dan berlatih segala macam tehnik pedang. Keringat mulai mengucur dari pori-pori tubuhnya. Ia berlatih hingga seluruh tubuhnya kesakitan. Lalu berbaring, ketika berbaring ia mulai berpikir mengapa ia begitu ' tergila-gila dengan pedang ' sampai akhirpun ia tak tahu mengapa. Ia hanya merasa ketika memegang pedang ia merasa aman. Ia pertama kali berlatih dibawah arahan ayahnya yang seorang prajurit.

Tak terasa pagipun berlalu, sang surya sudah berdiri gagah dilangit ia mulai bergegas pulang. Namun sebelum sampai menuju rumah, ada beberapa orang yang mencegatnya. 3 preman garang mencegatnya.

" Hei bocah! Kulihat kamu setiap hari selalu saja membawa pedang. Sok jagoan kau ?! " Tanya salah satu preman yang menjadi ketuanya.

" Tidak, Aku hanya suka saja. " Balas Yasha.

" Hahaha, kau suka ?! Tapi aku tak suka! Hari ini kau tak akan bisa lewat kecuali kau bisa mengalahkan kami " ucap Preman.

" Tapi aku tak mau " ucap Yasha.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 06, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kings WayWhere stories live. Discover now