Saya mengadoni pasta, sembari menunggu gadis ini keluar dari kamar mandi semenjak 15 menit yang lalu. Saya membaluri pasta dengan terigu, menyiapkan wajan dan panci untuk memasak pasta tersebut.
Saya berjalan menghampiri pintu kamar mandi, lalu mengetuk. "Cepetan mandinya, nanti kalau kamu berjam-jam disitu jadi lama, pastanya jadi kering, benyek dan di-"
Jacqueline membuka pintu, menatap tajam dengan mata yang sembab, lalu menaiki tangga menuju kamar.
Saya mematikan kompor yang sedang memasak saus Alfredo, meletakan wajan saus Alfredo di atas meja, mengganti wajannya dengan wajan yang baru. Saya mengisi panci dengan air, wajan saya beri minyak dan saya panaskan.
Pasta tersebut saya tenggelamkan pada air yang mulai mendidih, di sisi lain, saya menumis udang dan sambal cabai. Saya tiriskan pasta yang sudah matang dan udang yang saya tumis. Wajan bekas tumisan tadi tidak saya basuh, sengaja untuk membuat saus nanti.
Saya membuat sausnya dengan memasukkan minyak cabai, mematangkan tiga siung bawang putih yang tadi sudah saya cincang, seperempat sendok makan bubuk lada merah, daun jeruk, setengah cup bawang merah yang sudah dicincang dan terasi, sampai teksturnya melembut. Lalu, tambahkan saus Alfredo dan tomat, tunggu selama lima menit, masukkan pasta yang tadi sudah dimasak, lalu masak lagi sampai dua menit.
Hidangkan dengan piring, ditambah dengan udang yang tadi dimasak dan taburkan daun basil segar yang sudah dihaluskan.
Optional, kalian bisa menambahkan daun peterseli dan kerang atau tiram.
Saya meletakkan wajan berisi pasta pada meja, lalu menaiki tangga. "Jacqueline."
Jac datang dengan wajah masamnya, saya memperhatikan wajah itu sambil menahan tawa. Lalu membuntutinya dari belakang.
Jac duduk persis di depan saya, saya mengambil porsi untuk diri saya sendiri, Jac mengambil porsi yang terbilang, untuk dua orang.
"Laper?"
"Hm."
Ia menghabiskan seluruh pasta di piringnya dengan lahap.
"Enak?"
"Laper." Menyapu bersih seluruh pasta di wajan.
Setelah memakan seluruh pasta yang ada di wajan dan juga di piring, menaiki tangga, melengos ke kamar tanpa membersihkan-atau setidaknya membantu membersihkan piring.
"Gak bantuin saya?"
"Gak. Mau tidur."
"Mau tidur apa mau lanjut nangis?"
"Tidur, tega banget sih."
"Yasudah."
***
Usai membersihkan wajan dan piring, saya melepaskan celemek dan melemparkannya ke keranjang penuh pakaian kotor.
Jac sudah mengunci pintu kamarnya, bisa dipastikan juga anak ini sudah tidur atau bahkan, sudah menyatu dengan alam mimpinya.
Saya mengambil koleksi anggur di dalam rak, hanya saya yang memegang kendali dan kunci atas rak ini, juga, anggur-anggur ini memang saya yang beli dari dulu.
Dari sewaktu saya mencinta, memiliki kekasih lalu menghabiskan malam dengan minum anggur berdua. Kali ini saya minum anggur lagi, bedanya ditemani dengan sunyi dan malam yang senyap. Entah makhluk apa yang merasuki saya, tiba-tiba muncul sebuah ide gila dalam benak.
Saya menaiki tangga, satu persatu saya pijak perlahan-lahan menuju kamar Jacqueline, mengetuk pintu kamar tersebut untuk membangunkannya. Mengajaknya minum anggur, ini kacau, tapi mungkin untuk sesekali tidak apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vice Versa!
RomanceJacqueline masih 16 tahun, sementara Mananta sudah 34 tahun. Gadis itu biasa disapa Jac dan pria itu seringkali dikenal dengan sebutan Anta. Jac menyukai kebebasan, Anta menyukai keterorganisiran. Mereka adalah sepasang yang tinggal satu rumah. Ini...