Chapter 3

27.4K 1.4K 155
                                    

"Halo honey. Kau merindukanku? " ujar seorang pria dengan manja dari seberang telepon.

"Temui aku di hotel biasa." ujarnya singkat.

"Oke babe. Akan kutunggu kedatanganmu. *kiss" Panggilan diakhiri.

Pria tampan itu  segera beranjak  dari kursinya menuju ke mobil dan mengendarainya menuju ke tempat perjanjian mereka.

Sesampainya  di hotel berbintang, ia langsung pergi menuju kamar bernomor 206 yang merupakan kamar bertipe suite. Ia mengambil kartu pengunci di sakunya  dan membuka pintu kamar serta masuk ke dalamnya. Disana telah menunggu seorang pria cantik yang duduk  di kasur menggunakan piyama model kimono yang transparan, menampilkan lekukan tubuh mungil nan indah miliknya. Ia juga menggunkan g string underwear untuk menarik perhatian pasangannya. Sang pria bangkit  dari posisinya dan berjalan menuju  Ryuu. Ia melingkarkan tangannya di leher pria tampan tersebut dan mencium bibirnya sambil menggosok-gosokkan bagian terbawah miliknya ke bagian bawah Ryuu.

"Sudah keras rupanya." ujar pria cantik itu menatap Ryuu dengan tangan yg masih melingkar di lehernya.

"Mau  melakukannya langsung  atau  bermain-main?" ujar  pria cantik  itu.
Ryuu langsung menariknya  ke sisi  tempat tidur. Ia duduk  di  tempat tidur, memposisikan postur pria itu untuk berjanongkok menghadap junior kecilnya.

"Jika aku ingin bermain, kau tidak masalah bukan?" ujar  Ryuu  dengan  suara beratnya.

"Tentu  saya." jawab  pria itu. Ia menarik resleting  celana  Ryuu  dengan  giginya hingga menampilkan junior ryuu  yang  sudah mengeras dan terkurung  oleh  celana  dalam miliknya.

"Sudah mengeras rupanya." ujar  pria itu  tersenyum.

Ia menarik  celana milik  Ryuu  dan  membebaskan junior miliknya dari  sana. Ia memulai  aksinya  dengan  menjilat  bagian ujung  dari  uretra Ryuu secara perlahan. Kemudian pria itu  memasukkan  seluruh  penis  milik  Ryuu  ke  dalam  mulutnya, lebih  dalam  lagi hingga mencapai tenggorokannya. Ia menghisapnya maju mundur secara  perlahan dan semakin  lama  semakin kencang. Ryuu  merasa junior miliknya  semakin lama  semakin  mengeras tapi ia tidak ingin datang di mulut  pria itu. Ia menarik pria itu  dan melempar pria itu  di kasur. Ryuu melucuti seluruh yang  digunakan pria itu sampai tidak tersisa sehelai kain pun dan menampilkan tubuh  indah miliknya. Ia melebarkan paha pria itu, berdiri diantara paha mulus milik pria itu serta  memposisikan anusnya  hingga terpapar di udara dan siap dimasukinya. Ryuu  mengambil pelumas,  mengoleskannya pada  anus pria itu. Ia memasukkan  satu  jari miliknya, kemudian dua jari  dan tiga  jari  Setelah dirasa cukup lebar   ia mengambil kondom miliknya, memakaikannya kepada penis jumbo miliknya. Ryuu tidak ingin mengotori penis miliknya dengan  kontak langsung  dengan  dinding  anus pria itu. Baginya yang bisa memiliki junior miliknya hanya putranya seorang. Jika waktunya tiba ia akan melakukannya tanpa pengaman kepada sang putra tercinta, bercinta  dengannya  dan  memberikan  seluruh  jiwa dan raganya  untuk  putra manisnya  seorang.

Dengan sekali hentakan  seluruh  penis milik Ryuu terkubur didalam tubuh  pria itu.

"Uhhh..!" desah pria itu.

"Hangatnya!!" gumam  Ryuu meski ia tidak merasakannya  secara langsung  karena terhalang  oleh pengaman. Tidak lama ia memulai aksinya  menggoyang pinggulnya kedepan dan ke belakang membuat penisnya masuk  dan keluar  secara bergantian.

"Ahhh.. Uh.. Umh.." desah  pria yang  dihadapannya. Mendengar  desahan pria itu membuat Ryuu bersemangat memompakan penisnya. Ia melanjutkan aksinya memukul-mukul prostat pria itu dengan penis miliknya hingga yg  terdengar adalah  suara  desahan  dan  suara nakal dari  tempat  mereka bersatu.

"Ryuu.. Mn.. Uh..  Lebih.. Cepat.. Ah.. " desah pria cantik itu. Penis milik  pria itu sudah menegang  dengan  sempurna, bahkan  sudah mengeluarkan precum miliknya yg sudah mengalir membasahi ujung  penis miliknya.

Ryuu kembali menghentakkan  penis besarnya itu secara kasar ke arah  prostat sang pria hingga akhirnya pria itu menyemburkan spermanya. Sperma mengalir terus menerus dari penis milik pria itu hingga membasahi tubuhnya, tubuh  Ryuu  dan  kasur mereka. Meski pria sudah berapa kali datang namun Ryuu  sama sekali belum  ejakulasi. Ryuu masih  belum bisa mengeluarkan hasratnya meski tubuhnya  sudah mengeluarkan peluh dan  keringat.

Ryuu melihat pria cantik  itu  dan  yang  ada  di penglihatannya sekarang adalah  putra kecilnya yang manis. Ia membayangkan sang putra sedang berada di  bawahnya, terlentang  dengan lemahnya dan menyerahkan tubuhnya  secara sukarela. Ia sangat senang mendengar putranya mendesah  dengan nikmatnya. Ia melanjutkan aksinya  dan  melakukan seks dengan buasnya hingga akhirnya ia merasa seperti ada sengatan listrik yang  menghantam tubuhnya  dan mengalir ke arah  junior miliknya.

"Umhhhh..!" desah  Ryuu. Ia pun ejakulasi dan menumpahkan  seluruh  sperma miliknya mengalir ke dalam kondom yang  sudah  dipakainya.

Selesai ronde pertama ia melanjutkan ronde berikutnya. Entah  sudah  berapa kali ia datang dan  entah  sudah  berapa banyak kondom yang  ia gunakan tapi ia tidak juga puas. Ia melakukan aksinya hingga menjelang  subuh dan pasangannya tersebut tidak sadarkan diri.

Ia melihat pria didepannya dan berguman, "Aku akan melakukannya segera Takuyaku. Akan kuhabiskan malamku bersamamu. Kau milikmu dan aku milikmu!"

***

Pagi ini Takuya merasa tidak enak badan. Ia merasa kepalanya pusing, mual  dan  pandangannya kabur. Ia berjalan ke atah meja makan menggunakan piyama tidur miliknya.  Sesampainya  di meja makan ia mendapati sang  ayah  sedang  minum kopi  sambil membaca buku.

"Papa.. " panggil Takuya. Pandangannya kini  semakin kabur dan tiba-tiba gelap.

"Takuya!!" panggil suara  di depannya. Ia mendengar suara khawatir sang  ayah samar-samar.

Takuya membuka matanya  dan mendapati  sang bayah  berada di sampingnya memegangi tangan  putranya.

"Papa.. " gumam  Takuya  lemah.

Mendengar panggilan Takuya, Ryuu memalingkan wajahnya menatap  putra satu-satunya itu.

"TAKUYAA!! " ujar sang ayah panik

Samar-samar ia bisa melihat kekhawatiran sang  ayah.

.
.
.
.

"Papa, kepala Takuya pusing." ujar Takuya.

"Tenanglah sayang, kamu hanya demam. Kata dokter kamu kelelahan." ujar  sang  ayah  sembari mengganti kompres di kepala Takuya.

"Kamu lapar??  Papa ambilkan  makanan  ya." ujar  sang  Ryuu  membujuk  putranya itu.

"Enn.. " ujar Takuya mengangguk tanda setuju.

Ryuu mengambilkan  semangkuk bubur yang sudah tersedia di meja nakas tidak jauh  dari mereka. Ia menyuapi Takuya secara telaten dan  yang  disuapi juga merasa senang. Sambil menyuapi Takuya, Ryuu menatap putranya dengan  tatapan  penuh cinta. Jika saja putranya sudah  cukup umur ia akan langsung mengklaimnya  dan melumat bibir tipis milik putranya itu.

Setelah selesai makan, Ryuu memberikan obat yang  diresepkan  dokter  tadi kepada Takuya dan mengambil segelas air putih untuk membantunya menelan obat tersebut.  Setelah  selesai minum obat Takuya merasa sangat mengantuk. Hal ini dikarenakan  sang  dokter memberikan  obat  tidur kepada putranya untuk  membuatnya  banyak beristirahat. Ryuu yang melihat sang putra yang sudah tertidur beranjak dari posisinya. Kini Ryuu  telah  berada di atas tubuh  Takuya dan menekan tubuh  putranya itu. Ia mencium  kening sang putra kemudian turun mencium ke kedua kelopak mata sang  putra dan terakhir mengecup bibir putranya  itu  dengan  nafsu.

"Tidurlah sayang. Jangan buat papa khawatir. Papa akan selalu ada untuk  Takuya karena Takuya  milik  papa  seorang." bisik  Ryuu dengan nada posesifnya.

Setelah itu  ia turun  dari  tubuh  putranya, membawakan alat makan tadi dan berjalan keluar  dari  kamar putranya itu.

Papa, please NO! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang