01

21 3 0
                                    

Suara klakson saling bertabrakan menambahkan suasana panas menjadi semakin panas. Macet yang selalu saja terjadi.

Di tengah banyaknya kendaraan yang menunggu untuk keluar dari antrian kemacetan. Ada seorang lelaki tampan yang juga ikut mengantri keluar dari suasana yang panas ini.

"Huuuft..Kenapa lama sekali Ya Allah". Eluh pria itu.

Dia merasa bahwa lelahnya menunggu antrian macet ini double, kenapa,? karna tadi di cafe nya juga ada masalah yang membuat dia harus berfikir keras, ditambah lagi kemacetan yang membuat suasana menjadi semakin panas.

Banyak karyawan yang minta resign dari cafe nya. Entah alasanya apa dia sendiri tak tahu. Inilah yang membuat dia bingung memikirkannya. Bagaimana tidak,? mereka minta resign tapi tak ada yang mau ikut membantu mencarikan pengganti. Bisa-bisa bangrut cafe nya jika tak ada karyawan yang membantunya melayani. Ada sekitar 5 orang yang mengajukan surat resign.

Satu jam menunggu kemacetan, akhirnya ia sampai juga di rumahnya. Sepi. Itu yang menggambarkan suasana rumah ketika melihatnya.

Dia tinggal sendirian dia jakarta. Orang tua dan sanak saudaranya ada di Bandung. Dia tinggal hanya dengan seorang satpam dan seorang pembantu rumah tangga. Yang tak lain dan tak bukan adalah pasangan suami istri.

Setelah memakirkan mobilnya di garasi, ia berjalan menuju dalam rumah.

"Assalamu'alaikum". Salam nya ketika memasuki rumah.

Tak ada jawaban.

Sepi.

Bibi Marni. Nama pembantunya. Biasanya bi Marni ada di belakang jadi tak mendengar salam dari pria itu.

Setelah sampai di kamarnya. Ia langsung merebahkan tubuhnya pada kasur king size nya, yang sungguh nyaman sekali.

"Akhirnya.."Gumamnya pelan. Rasanya sangat nyaman sekali bisa merebahkan tubuhnya untuk menghilangkan capek dan untuk merilekskan pikirannya sebentar.

El Jalaludin Hakam. Nama pria itu. Seorang yang hampir sempurna. Tampan dan mapan. Agama insya Allah juga mapan. Sudah pas jika dijadikan calon imam.

17:30 El terbangun dari tidurnya. Ternyata ia ketiduran. "Astaghfirullah (sembari meraup mukanya) Huuffh untung tadi sudah shalat 'asyar". Segera dia beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Guna untuk membersihkan diri. 15 menit ia selesaikan untuk bebersihan. Setelah itu ia lanjut untuk pergi ke masjid untuk shalat maghrib berjamaah.

Allahu Akbar..Allahu Akbar...Allahu Akbar
.
.
.
.

Pukul 20:00 El baru sampai dirumahnya. Karena Ia sekaligus melaksanakan sholat 'isya.

"Assalamu'alaikum". Salamnya.

"Wa'alaikumussalam. Eh mas El. Makan malamnya siap mas". Ucap Bi Marni.

"Owh. Iya Bi. Emm Pak Endro kemana bi, dan ayo kita makan bareng". Tanyanya kepada Bi Marni.

"Ada mas. Sebentar, Bibi Panggilkan Dulu".

"Iya bi. El ke meja makan dulu. Nanti nyusul sama Pak Endro ya bi".

"Iya Mas".

Setelah itu El berjalan menuju meja makan. Dan Bi Marni berjalan menuju dimana Pak Endro berasa.

Semua sudah berkumpul di meja makan. Dan memulai makan makanan masing-masing. El. Bi Marni. Pak Endro. Keadaan hening.

Seperti sebuah keluarga. El tidak membedalan antara majikan dan pembantu. Semua sama baginya. Bi Marni, Pak Endro sudah dia anggapa sebagai orang tua sendiri. Ketika jam makan. Mereka akan makan layaknya sebuah keluarga kecil.

Acara makan malam selesai. Bi Marni mulai membereskan sisa makanan. Pak Endro dan El mengobrol.

"Gimana Mas El, udah dapet jodoh". Tanya Pak Endro sembari tersenyum jahil.

"Beluk waktunya Pak". Jawab El singkat sambil tersenyum.

"Sabar ya Mas. Tunggu saja dulu. Meskipun sudah siap untuk menikah tetapi kalau jodohnya belum ada. Mau gimana. Iya to,?".

"Betul Pak".

"Jodoh yang terbaik pasti datang terakhiran mas". Ucap Pak Endro diselingi tawa kecil. "Yasudah, Bapak Ke Kamar dulu. Mas El cepet Istirahat".

"Iya pak". Jawab El. Semua beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar mereka masing-masing.

Jangan lupa vote, comen ya gaesss. See you🖐

Sel, 08 Februari 2020
23:18

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AINUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang