2. Melodi Kedua - Rima

19.7K 2.1K 91
                                    

NADA

   

Cafe Aroma, 4 Oktober 2014

Dia bernama Rima. Gadis ceria, ramah, dan luar biasa. Coba tanya siapa yang tak kenal Rima? Semua orang tahu. Termasuk satpam gerbang depan yang biasa nongkrong sambil minum kopi di sore hari. Termasuk ibu kantin yang selalu berubah menjadi tersenyum setiap Rima tiba walau hanya membeli air mineral dingin.

Dia bernama Rima. Gadis dengan senyum mempesona dan berhati baik berkilau bagai emas. Coba tanya siapa yang tak pernah ditolong Rima? Kapten basket sampai menggeleng karena Rima selalu membantunya merapikan bola selesai latihan. Pelatih les piano sampai berdecak kagum oleh sifat Rima yang selalu saja memberikan semangat kepada teman-temannya.

Siapa yang tak mau punya hidup sebahagia Rima? Satu kampus membalas senyumannya. Termasuk Jonathan yang jago karate selalu bela-bela tersenyum saat marah karena lawan tandingnya menyebalkan ketika Rima lewat. Termasuk Faisal si Ketua BEM yang selalu berubah jadi lembut ketika harus berbicara dengan Rima.

"Rim, gimana nomor empat? Bisa?" Tanya seorang pria yang baru saja kembali dari toilet. Menghampiri Rima yang sedari tadi duduk di meja nomor delapan.

"Belum, Ta. Bentar ya, gue masih mau berusaha buat ngerjain dulu." Jawab Rima menampilkan senyumnya yang bisa membuat luluh setiap orang yang marah.

Dia Tirta. Siapa yang tak kenal Tirta? Cowok lembut yang gak bisa marah. Cowok lembut yang selalu mengalah. Apalagi terhadap Rima. Apapun yang Rima mau, pasti Tirta selalu setuju.

Seluruh dunia tau. Tirta adalah orang yang paling dekat dengan Rima. Dimana ada Rima disitu pasti ada Tirta. Begitu pula sebaliknya. Rima dan Tirta selalu bersama. Tipe-tipe sahabat tapi mesra yang membuat sirik seluruh dunia. Selalu saling berbagi tawa maupun canda dimanapun mereka berada.

"Rim, kayaknya nomor empat ini cuma tinggal diginiin doang deh. Nih coba liat," ucap Tirta sambil menyodorkan buku catatan warna biru yang sedari tadi di corat-coretnya.

Rima memperhatikan catatan itu, "Ya ampun, iya juga ya. Kok gue bego banget ya Ta? Gini aja gue gak bisa," Kata Rima yang kesal dengan dirinya sendiri tapi masih saja mengumbar senyum bahagianya.

Coba lihat Rima, saat kesal saja masih bisa tertawa. Gemar sekali dia memamerkan deretan gigi putihnya itu. Membuat sejuk setiap orang yang berbicara dengannya.

Tirta mengusap perlahan poni rambut Rima yang mulai tumbuh panjang. Menyingkirkan helaian poni tersebut ke pinggir agar tak menutupi pandangan mata Rima. "Setau gue, lo lagi sedih  hari ini karena abang lo pindah ke London kan? Gak lagi sedih, gak lagi seneng, gimana bisa lo selalu tersenyum Rim?"

Rima menjawabnya hanya dengan senyuman manis.

Siapa sih yang gak bisa menerka kalau Tirta itu telah lama memendam rasa untuk gadis berambut panjang yang selalu mengikat rambutnya itu? Ya. Tirta menyukai Rima. Mungkin sudah cukup lama. Entah semenjak awal Rima memamerkan senyumnya, entah sejak awal pertemuan mereka saat duduk di bangku TK.

Kalau ada yang bilang selalu ada rasa tersembunyi dibalik persahabatan pria dan wanita. Gue akan menyodorkan satu bukti lagi dimana pernyataan tadi adalah benar. Gue akan menjabarkan bagaimana rasa Tirta terhadap Rima.

Tidak perlu Tirta bercerita, semua orang tahu. Bagaimana lembutnya cara Tirta memandangi Rima. Bagaimana tersipunya Tirta setiap kali melihat Rima mengumbar senyumnya.

Ada dua hal yang membuat orang geram dengan hubungan mereka berdua. Pertama, karena Tirta tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Kedua, karena Rima terlalu polos untuk melihat bagaimana hati Tirta selalu berdetak cepat karenanya.

 

Dan kita berpijak lalu

Dan kita melangkah untuk

Lebih jauh lagi, lebih jauh lagi

 

Suara hati kita bergema melantunkan nada-nada

Melagu tanpa berkata

Irama hati kita bernada, merayu tanpa bicara

Melagu tanpa berkata

Seperti syair tak beraksara

Seperti puisi tanpa rima

Seperti itu aku padamu

(Setapak Sriwedari - Maliq and D Essentials)

Suara lantunan Maliq mengalun indah mewarnai cafe Aroma di hari Sabtu sore yang cerah ini. Ditemani kudapan waffle tabur oreo dan susu cokelat dingin di hadapan gue ini, gue masih saja memperhatikan Rima dan Tirta.

Tuhan, gue mau seperti Rima. Selalu merasa bahagia. Walau dia hanyalah seorang wanita biasa, tapi dia selalu tersenyum dan berhati mulia.

Tuhan, gue mau jadi perempuan se-beruntung Rima. Dengan adanya seorang pria yang bisa sebegitu jatuh cinta itu hingga bisa selalu ada untuk Rima. Menatap Rima dengan lembut dan tersenyum selalu untuknya.

Tuhan, kabulkan permintaan Nada ya.

---------------

Part 2, yeay! Gue seneng banget bisa nulis cerita Nada sama Rima ini XD *emang kapan ya gue gak seneng nulis cerita gue sendiri?hehe semoga suka ya sama lanjutannya~

yang suka tolong kasih vote nya doong, mau komen juga boleh banget hehe makasih~

Melodi Nada dan Rima [5/5 End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang