Fana Merah Jambu

20 2 0
                                    

I would rather share one lifetime with you than face all the ages of this world alone

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I would rather share one lifetime with you
than face all the ages of this world alone.

— — —

🎶  Fourtwnty - Fana Merah Jambu  🎶

— — —

Mentariku terbit,
Semuanya di mulai.

Pemuda manis itu masih memilah setidaknya makanan apa yang akan ia santap untuk siang nanti. Membandingkan banyak nya asupan yang sudah ia cerna minggu ini.

"Terima kasih." Ujar sang manis kepada penjaga toko swalayan sembari menerima kantong plastik yang berisikan ikan segar serta dua buah ramen.

Kaki jenjang nya mulai menapaki pinggiran toko yang berjejer sepanjang jalan. Mata nya bergerak liar melihat para pedagang kaki lima yang sibuk membereskan dagangannya karena gemercik air yang mulai turun. Entah mengapa, walaupun ia tau hujan segera turun, ia tidak mempercepat langkahnya. Hujan itu anugerah.

Benar saja, beberapa menit kemudian tubuh kurusnya mencoba merapatkan diri ke salah satu toko. Pipinya menggembung seraya menadahkan tetesan air hujan dengan tangan mungilnya. Hingga satu tangan muncul bersebelahan dengan tangan nya. Ia pun menolehkan kepalanya untuk melihat siapa pemilik tangan besar itu. Hingga netra hitamnya bertubrukan dengan sepasang mata hazel di sertai senyuman yang mampu menghentikan waktu siapapun yang melihatnya.

"Mau sampai kapan menunggu hujan mereda? Bahkan awan pun masih setia bergerumul di atas sana." Ujar pemuda itu sambil menatap langit mendung yang menimbulkan banyak pertanyaan bagi pemuda yang tengah menatapnya bingung.

Seolah menyadari tatapan yang di layangkan untuknya, pemuda itu pun melanjutkan kalimatnya "Kamu bisa pakai payungku kalau kamu mau." Ia pun menyodorkan sebuah payung berwarna biru dengan hiasan bunga-bunga di pinggirnya.

"Kalau aku pakai itu, mas-nya gimana?" Ujar sang manis pelan seraya menundukkan kepalanya melihat kembali rintikan hujan, mendatangkan kekehan pelan dari sang pemuda berperawakan tinggi tersebut.

"Aku masih lama disini, masih banyak tugas yang harus diselesaikan di toko buku ujung sana, bahkan sampai mentari kembali bersinar." Ujarnya seraya menunjuk ujung jalan dengan dagunya.

"Apa gak apa apa mas?" Cicit sang manis yang masih meragu, yang langsung di balas anggukan penuh "Iya gak apa apa."

Tangan sang manis pun perlahan mengambil payung tersebut dengan senyumnya yang terus mengembang, merasakan ketulusan dari pemuda tersebut.

"Jadi siapa namamu?"

Pertanyaan tersebut mengambil alih atensi sang manis yang tengah membuka payung tersebut. Masih setia dengan senyumnya sang manis berkata "Taeyong, namaku Lee Taeyong"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang