ch1. • Erlen •

876 81 174
                                    

"Brave shine, nanana stay the night ...," senandungnya sembari berlari-lari di tengah-tengah lorong gelap. Tentu saja ia bukan tipe orang yang cukup berani berkeliaran di kegelapan, karena itulah fungsi dari lentera dibutuhkan sekarang. Yap, menerangi jalan sekaligus tak membuatnya merinding oleh kegelapan.

Untuk tambahan pula, ada alasan lain gadis itu tak begitu takut berkeliaran sendirian di sayap kiri lantai dua mansion keluarganya. Dan alasannya adalah kehadiran tikus putih yang menjadi penentu jalannya.

Sedari tadi langkahnya ditentukan oleh tikus ini dan mau saja ia mengikuti seekor tikus. Kenapa? Karena tikus inilah gadis itu mengetahui adanya ruang rahasia di rumahnya—sayap kiri di lantai dua. Padahal gadis itu yakin ia hidup lebih lama di mansion ini daripada tikus itu, tapi bagaimana bisa tikus itu tahu tapi dirinya tidak?

Benar-benar memalukan, seekor tikus lebih tahu seluk-beluk mansion keluarga Theon dibandingkan sang putri, Erlen Rosette Theon.

Surai putih Erlen terlihat mencolok di gelapnya lorong. Apalagi dengan kilatan cahaya dari lentera, membuat rambutnya berwarna keperak-perakan.

Masih bersenandung pelan, gadis itu mulai meredupkan cahaya lentera ketika mendengar ketukan bunyi sepatu dari lorong sebelah. Seingatnya, selama dua hari terakhir ia mengendap-endap ke sayap kiri lantai dua, ia tak pernah berpapasan dengan pelayan manapun ataupun mendengar ketukan sepatu. Ini pertama kalinya dan itu membuat Erlen berdebar takut.

Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia bersembunyi atau melanjutkan perjalanan? Tapi ... kalau ia lanjut berjalan, maka ia harus nekat mengendap-endap di kegelapan.

Namun, tikus putih itu tak memberinya kesempatan untuk berpikir. Mahluk kecil nan gesit itu melesat meninggalkannya. Erlen mendecih kes dalam hati, mau tak mau ia ikut mengendap-endap juga sembari mengikuti keberadaan tikus—yang untungnya saja—berbulu putih.

Toh, kalau ia bersembunyi pun, Erlen tak tahu harus bersembunyi di mana.

"Wait for me! Hey!" bisik Erlen. Ia berharap tikus itu memperlambat kecepatannya, tapi mahluk kecil itu seakan diburu waktu dan begitu tak sabaran untuk pergi menjelajahi ruang rahasia.

Erlen mendecakkan lidahnya kembali ketika tikus putih itu menggesek-gesek kukunya dengan pintu. Gadis bersurai putih itu memutar kunci perpustakaan dan memasukinya.

Ruang rahasia itu terletak di belakang perpustakaan. Trik yang digunakan untuk menyembunyikan ruang rahasia sangatlah simpel, benar-benar simpel dan sering Erlen lihat di film.

Lemari di ruang perpustakaan ini, terletak di sudut paling kanan ruang perpustakaan, dan terus memanjang sampai sudut kiri. Begitu besar dan dipenuhi buku-buku, Erlen saja belum menghabiskan seperempat dari buku-buku ini. Yah ... selain itu menurut Erlen yang lebih menarik dari buku-buku adalah pintu menuju ruang rahasia.

Erlen berhenti di sudut paling kiri perpustakaan dan diraba-rabanya dinding lemari. Tangannya menemukan spasi antara dinding lemari dengan alas tempat buku-buku berada. Didorongnya dinding tersebut hingga menjorok ke dalam lalu diangkatnya hingga menunjukkan tuas.

"Cit! Cit!"

"Yes, aku tahu apa yang kau maksud, Violet," ucap Erlen membalas cicitan tikus berbulu putih itu.

Erlen menarik tuas tersebut dan terdengar bunyi deritan kayu ketika lemari perlahan-lahan bergerak ke dalam dinding. Erlen langsung memasukinya sebelum menutup pintu rahasia.

Ia menemukan ruangan ini berkat Violet—tikus berbulu putih dengan mata aneh, kenapa matanya aneh? Mana ada tikus bermata ungu, kalau pun ada, Erlen yakin tikus ini satu-satunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last Second (Gil) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang