tangis

148 69 14
                                    

🔞 banyak kata kasar

Happy reading!

__________》《_________

Mereka telah tiba. Gerald memberhentikan mobilnya pada ground gedung bertingkat tersebut. Lexa memastikan lawan bicaranya sekali lagi.

"Lo serius?"

Gerald menatap Lexa dan mengangguk.

"Whatever will be..

Gue tetep di samping lo."

Adem. Terbesit rasa lega di hati Lexa. Ia tersenyum tak kalah ademnya.

Sempat terhipnotis satu sama lain, mereka kembali disadarkan oleh dering handphone Lexa.

Ya. Si bajingan itu.

"Shit"

Lexa segera turun dari mobil Gerald, namun tangannya tak mengijinkan.

Gerald menarik tangan kanan gadis itu hingga terduduk kembali dengan posisi lebih dekat dengan sang lawan bicara.

"Setelah masalah ini selesai, kita selesaiin masalah kita ya Xa. Gue tau lo kaget, bahkan ada kemungkinan lo bakal benci sama gue. Gue gak peduli, Xa. Pokoknya harus selesai hari ini juga."

Sang pria seperti tidak rela gadis itu jauh darinya. Gerald semakin mendekatkan tubuhnya hingga condong dan menatap Lexa. Ia meraih tangan kanan gadis itu dan menempelkannya di dada.

"Lo-"

"Gue gak main-main Xa. Dan gue gak bisa memungkiri rasa gue."

Sedetik kemudian gadis itu meloloskan air matanya. Tanpa kata.

"Gue tau gue cuma cowok bodoh yang punya rasa sama sahabatnya sendiri dan tanpa malu mengungkapkan cintanya." Gerald tertawa hambar.

"Tapi siapa yang tau takdir, Xa? Siapa yang bisa ngatur perasaannya sendiri?"

Jarinya bergerak kearah dagu gadis itu dan membuatnya mendongak. Air mata Lexa semakin deras.

"Kasih gue waktu."

Lexa mendaratkan ciuman sendu di bibir Gerald.

***

"Gimana? Masih gak bisa dihubungi?" Samara, Sabrina, dan Sam sedang berkumpul di apartement Sabrina. Bukan tidak ada alasan mereka bertiga berada disana selarut ini-bahkan sudah hampir tengah malam. Namun karena perintah Gerald yang menyuruh mereka agar siap siaga jika ada sesuatu mendadak dan meminta pertolongan, mereka segera tiba dengan cepat-atau mungkin mencari bantuan lain.

Sabrina mengangguk pasrah. Ia sudah menelpon nomor Lexa maupun Gerald namun keduanya tidak memberi jawaban satupun. Seperti mengisyaratkan-

Ah tidak. Mereka pasti selamat.

"Bangsat bener. Malem-malem gini enak tidur malah dibikin gelisah." Sam mengumpat untuk kesekian kalinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

E L X ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang