"Hari ini jadi ya, jangan ditunda lagi. Ingat besok...."
"Iya Rona, iya" aku memotong ucapan Rona.
Besok laporan praktikum anatomi hewan dikumpulkan. Kami berdua mendapat jatah membedah katak, menjijikan, tapi apalah daya aku sendiri yang meng-iya-kan saat minggu lalu Rona memohon untuk membedah katak daripada ikan.
"Eh, um tapi tadi Bu Mala memanggilku, mungkin revisi lagi, jadi um, mengertikan?" ucapku setengah tak enak―sebenarnya benar benar tak enak karena dari kemarin akulah yang membatalkan kerja kelompok kami―
"Revisi lagi?" Rona setengah berteriak
"Ada tanda baca yang salah kemarin jadi essay ku revisi lagi, maaf Rona. Tapi kau tahu kan kalau...."
"Kalau tengat waktu pengumpulannya lusa dan Bu Mala sibuk luar biasa. Kau tahu kan essay ini penting untukku?" Rona meneruskan perkataannku
Aku terkekeh. Dialog itu telah ku ulang beberapa hari terakhir, dengan kata dan titik koma yang sama persis, wajar jika Rona menghapalnya.
"Aku mengerti Alun, tapi kali ini aku takkan menunggumu. Biar aku yang mulai duluan, tugas ini harus selesai hari ini juga" tambah Rona sembari melangkah ke luar kelas.
"thanks" kataku setengah berteriak. Rona hanya tersenyum dan mengacungkan jempol.
---------------------
Pukul 17.00 dan aku baru bergerak keluar dari ruang guru.
Pukul 17.30 hujan deras mengguyur. Setengah berlari aku turun dari angkutan umum dan mencari tempat berteduh.
Tepat disaat aku mulai berteduh, sebuah motor menepi. Pengendaranya turun, membuka bagasi motor, mengambil jas hujan, lalu menatapku. EH
Aku kikuk sendiri, tertangkap basah memperhatikan pengendara itu
"Hei" ujar pengendara itu
Ia sudah ada di hadapanku, etah kapan dia mulai berjalan.
"Um, maaf" aku menunduk
"Mau kemana?" tanyanya lagi
Aku terserentak pelan, mencoba menengadahkan kepala lalu terserentak lagi, kali ini lebih keras.
"Mau ke rumah Rona" jawabku pada Alandra.
Iya ternyata pengendara itu Alandra.
"Biar saya antar" ucap Alandra dingin
Aku menggeleng
"Terserah" katanya
"Eh iya deh iya", mendadak aku mengiyakan
Bukan tanpa alasan, tapi bayangan Rona yang sedang berkutik dengan katak tiba-tiba bergelayut di mataku
Alandra tak bicara, ia serahkan jas hujan miliknya padaku
"Jangan mengelak, saya tak mau dibilang laki-laki tak tahu diri kalau membiarkanmu kehujanan" ia memberi perintah
Aku menurut, baiklah
"Kau tahu rumah Rona?' tanyaku
"Kami bertetangga" kata Alandra
Aku mengangguk, oke, cukup pertanyaannya
---------------------
Pukul 17.45
Aku turun dari motor Alandra
Baru saja aku berbalik menghadapnya, Alandra sudah melaju lagi
Jangankan jas hujan, helm pun belum sempat aku kembalikan
Aku melongo, mahluk macam apa dia itu
"Aluna" panggil Rona dari balik jendela rumahnya
Aku menengok, sekejap Rona terkekeh, mungkin karena penampilanku
Bayangkan saja, aku berdiri di depan pagar,diguyur hujan, menggunakan jas hujan juga helm, dan naasnya tak ada motor di hadapanku. Ah jangankan Rona, orang gila pun akan tertawa melihatku.
"Sini cepat" teriak Rona, kali ini ia berdiri di depan pintu
"Iya" kataku sambil berlari masuk
"Haloo, benar ini Aluna?" tanya Rona sambil menahan tawa
Aku tak menjawab, ku tarik lengan Rona masuk ke teras dalam rumahnya lalu menutup pintu
---------------------
Rumah Rona bergaya oriental, coba bayangkan saja rumah nobita dalam serial doraemon
Nah persis seperti itu, disitulah aku berdiri.
---------------------
"Besok aku ceritakan, sekarang kita bereskan dulu urusan dengan katak itu" kataku pada Rona sembari berusaha menarik tangannya masuk
"Oke oke, tapi sebelumnya, lepas dulu sepatu, jas hujan, dan yang paling penting helm mu" jawab Rona sambil tersenyum lebar.
Aku menepuk jidat, maksudku helm, bodohnya.
Pukul 19.30
Kami telah menyelesaikan semua tentang si katak
"Alan di depan" seruku setelah mengecek handphone
Rona mengangguk lalu berdiri, bersiap mengantarkanku ke pintu gerbang.
Di depan pagar, Alan, mahluk terbaik di dunia, telah siap dengan motornya. Ia tersenyum pada kami
"Sudah?" tanyanya ramah.
Kami mengangguk senang
"Alan, antar aku dulu ke rumah Alandra, ada yang harus ku kembalikan" pintaku pada Alan
"Rumah Alandra? Kau bercanda?" tanya Alan
Aku mengangguk mantap sedangkan Alan dan Rona kebingungan
"Apa salahnya? Ini belum pukul 8 malam. Maksudku, bukannya batas kesopanan berkunjung itu jam 8 malam? Lagipula Alandra bukan orang lain bagimu dan lagi rumahnya pun bertetangga dengan Rona bukan?"
"Bertetangga? Sejak kapan Alandra tinggal di daerah ini?" tanya Rona heran
Alan mengangkat bahu dan aku, tak usah ditanya, aku pun tak tahu bagaimana jadinya ekspresiku saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samana Aluna
Teen FictionSatu, dua, tiga kuhitung hitung perkiraan di detik mana kau kan datang. Empat, lima, enam masih kuhitung hingga sepuluh nanti Tujuh, delapan, sembilan, sepuluh Aku terserentak lantas menggelenggeleng pelan, sadar bahwa semua takkan terulang. ...