Malam ini udara begitu dingin, tampak gadis duduk menyendiri di bangku taman yang ada dibelakang rumahnya. Matanya berbinar karena lampu taman yang menyorotnya. Kepalanya mendongak keatas menatap indahnya bintang-bintang yang bersinar. Ia menghela napas panjang. Perlahan air matanya mulai turun membasahi pipi merahnya. Ia berusaha mengingat tentang masa lalunya namun hasilnya nihil. Ia sama sekali tak bisa mengingat apapun.
Seringkali ia bertanya kepada keluarganya namun mereka selalu menjawab bahwa tak ada hal yang perlu diingat, hidupnya selalu bahagia. Namun baginya ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. Apakah ada sesuatu yang menyedihkan pernah ia alami? Siapa saja yang pernah singgah di hidupnya? Namun ia tak pernah menemukan jawaban. Semakin ia berusaha mengingat sesuatu maka dadanya akan terasa semakin sesak.
Kini tangisnya kian lama kian deras, sampai sampai tenggorokannya terasa begitu sakit. Ia bisa mengetahui isi pikiran orang lain hanya dengan menatap matanya. Ia bisa melihat masa lalu orang lain hanya dengan menyetuhnya, namun kenapa ia tak bisa mengingat apapun tentang masa lalunya? Apakah ini cara Tuhan menyayanginya? Entah ia pun tak tahu. Ia pun menarik napasnya dan mulai menghapus air matanya, lalu masuk kedalam rumah meninggalkan gemerlapnya bintang yang menemani gelapnya malam. Gadis malang itu bernama Zenia Arya Daihatsu.***
Matahari mulai menyelusup melalui jendela, membangunkan gadis cantik yang tengah tertidur pulas diatas kasurnya. Zenia mulai membuka matanya dan mengerjapkannya beberapa kali. Ia mulai beranjak dari tempat tidur lalu menuju kamar mandi.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, ia pun turun kebawah dengan menggunakan Hoodie putih yang menutupi seragamnya dan memasangkan headphone ke lehernya.“Pagi Zenia. Nih mama masakin makanan kesukaan kamu. Ayo sini duduk sayang” Sapa sang mama dengan senyum manisnya.
“Iya ma.” Balas Zenia dengan wajah yang datar.
“Zen kamu sekolah hari ini dianter mang Agus dulu ya, mama ada perlu bentar mau ke kantor papa, nanti pulang sekolah mama deh yang jemput.” Ucap Tiara mama Zenia. Zenia pun hanya menganggukkan kepalanya dan menyuapkan makanan ke mulutnya.
Setelah selesai makan Zenia mulai menyalimi Tiara lalu berangkat ke sekolah.***
Sesampai di sekolah Zenia segera turun dari mobil dan masuk kedalam sekolah. Saat ia sampai di lobby banyak siswa-siswi yang menatapnya tak suka.
“Cantik sih tapi jutek.” Sindir salah satu siswi.
“Kasian pinter-pinter tapi gak punya temen.” Balas siswi lainnya.
“Jadi orang kok gak berbaur ya, sama orang tuanya gak diajarin mungkin.”
“Percuma deh punya mulut tapi kek orang bisu, mending sumbangkan aja tuh mulut.” Sindir seorang siswa sambil menatapnya sini.
Zenia pun tetap melangkahkan kakinya dan memasangkan headphone ke kepalanya. Sungguh andai ia bisa bersosialisasi, maka ia akan melakukannya, namun ia tak suka berbaur, ia lebih suka menyendiri.
Sesampai di kelas Zenia langsung menuju bangkunya yang berada dipojok belakang dekat jendela. Ia melempar tasnya lalu duduk dan menenggelamkan wajahnya. Ia menutup matanya untuk menuju ke alam mimpi. Lebih baik ia tidur daripada harus mendengar komentar-komentar menyakitkan yang dilontarkan para teman temannya. Toh dia tidak merugikan siapapun. Mau dia bersosialisasi atau tidak itu urusan dia. Kenapa orang lain sibuk mengurusi hidupnya? Dasar Netizen emang.
***
Zenia melangkahkan kakinya menuju ruangan yang sangat dihindari para murid. Apalagi kalo bukan ruang BK.
“Assalamualaikum.” Zenia memberi salam kepada Bu Desi. Guru BK SMA Ganesha.
“Waalaikumsalam. Sini duduk Zenia.”
Zenia pun duduk didepan Bu Desi.“Ada apa Bu menyuruh saya kemari?” Tanya Zenia.
“Saya mau tanya, kenapa kamu tidak berbaur dengan teman temanmu yang lain? Banyak sekali siswa yang sudah membicarakan kamu, apa kamu tidak risih dengan cemooh mereka?” Tanya Bu Desi.
“Bu mau saya bersosialisasi atau tidak, itu urusan saya. Saya gak peduli seberapa banyak orang mau menghina saya, toh saya gak merugikan mereka. Kenapa mereka harus repot-repot mengurusi saya, sedangkan saya saja gak peduli dengan mereka. Ini hidup saya, gak ada satupun orang yang bisa merubah saya kecuali diri saya sendiri. Saya punya alasan kenapa saya menjadi manusia anti sosial.” Jelas Zenia berusaha tenang.
“Apa kamu punya masalah dengan keluarga atau....”
“Saya sama sekali tidak memiliki masalah dalam keluarga saya. Keluarga saya tenang- tenang saja.” Potong Zenia.
“Lalu kenapa?” Tanya Bu Desi dengan lembut.
“Saya tidak bisa menjelaskan ini kepada ibu, karena ini sama sekali tidak masuk akal.” Jawab Zenia tegas.
“Bisa kamu ceritakan pada ibu?” Pinta Bu Desi halus.
“Maaf saya tidak bisa. Saya permisi wassalamu’alaikum.” Pamit Zenia.
Setelah keluar Zenia berlari menuju taman belakang. Matanya berkaca-kaca. Ia langsung mendudukan bokongnya di bangku taman lalu menundukkan kepalanya dan mulai meneteskan air matanya. Ia benci akan hidupnya. Ia tak tahu penyakit apa yang menggerogoti hatinya. Ia hanya takut untuk bersosialisasi. Ia takut dikhianati oleh manusia. Maka dari itu ia menjauhkan diri dari orang lain. Ia takut menyakiti dan disakiti. Hanya itu. Ia menangis sambil sesenggukan. Tak ada orang yang tahu bahwa hatinya terluka. Yang orang lain tahu hanya Zenia yang dingin tak memiliki hati, padahal hatinya begitu rapuh. Ia butuh seseorang untuk bersandar, namun itu hanyalah angan.
Tanpa Ia sadari ada seseorang yang mendengarkan tangisnya dibalik pohon dekat bangku taman. Yaps!!siapa lagi kalo bukan Zenas Aditya Rahwana, Ia merasa iba pada gadis itu. Zenas segera duduk di sebelah zenia, dan mengarahkan kepala zenia untuk bersandar dibahunya.
TINGGALKAN VOTE&COMMENT

KAMU SEDANG MEMBACA
Z Two Personalities
Novela JuvenilIni bukan cerita tentang bad boy atau bad girl. Ini cerita tentang dua manusia yang memiliki dua kepribadian yang berbeda. Zenia Astra Daihatsu wanita cantik yang menjauhkan diri dari manusia lainnya. Ia memiliki anugerah dapat membaca pikiran orang...