2

31 5 3
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi. Semua siswa langsung berhamburan keluar kelas, termasuk Vasya dan Fina. Pastinya mereka akan menuju kantin, memenuhi kebutuhan perut mereka.

Namun Vasya terlihat membawa benda lain ditangannya. Ya, Vasya membawa paper bag namun tidak diketahui isinya apa. Sepanjang koridor Fina sudah berusaha bertanya pada Vasya, namun nihil. Tak ada jawaban dari mulut Vasya

Kali ini Vina memberanikan diri untuk bertanya yang kesekian kalinya. Ya, menurut Fina tidak apa apa kena semprot Vasya asalkan dia tidak mati penasaran.

"Sya, lu bawa apaan?" tanya Fina dengan hati hati sambil memainkan jari nya.

"Jaket" jawab Vasya singkat sambil pergi mendahului Fina.

Sekarang mereka terpisah di kantin. Ya, Vasya masih celingak-celinguk mencari seseorang. Tidak sengaja Vasya menengok ke meja paling pojok, dan yap ketemu. Vasya langsung menghampiri orang itu.

"Kemarin" ucap Vasya sambil menyodorkan paper bag yang sedari tadi Vasya pegang.

Dava yang tadinya asik makan sekarang beralih menatap Vasya. Tapi tidak tahan lama. Dan kembali menatap nasi gorengnya.

Setelah, Vasya mulai capek karena paper bag nya tidak direspon mengeluarkan kode kode. Dengan menggebrak gebrakkan paper bag nya diatas meja. Namun firasat Vasya bahwa cowok dingin itu tidak peka. Karena Vasya kan dingin, dia juga tidak peka. Namun tidak ada salahnya berusaha.

Dan...usaha tak menghianati hasil. Dava menengok kearah Vasya. Vasya dengan santai malah melengos menghindari tatapan dari Dava. Entah kenapa, Vasya takut akan respon di hatinya nanti.

"Oke" respon Dava sambil menerima paper bag yang Vasya kasih.

Dava mengeluarkan isi paper bag tadi. Tanpa banyak bicara Vasya pergi meninggalkan Dava dan teman temannya yang masih cengo menatap Vasya. Namun Dava biasa saja dia malah santai menghabis kan nasi gorengnya.

"Kalian?" tanya Devan yang masih cengo dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan.

"OMG....Abang udah puber" sahut Alvero dengan nada dramatis.

"Ehem ehem" deheman menggoda pun ikut keluar dari mulut Vano.

Dava yang merasa terganggu dengan ceng-cengan receh itu pun sudah tidak bisa menahan emosi yang sudah dia tahan. Kemudian Dava menyampirkan jaket yang Vasya berikan tadi. Kemudian Dava menggebrak kan meja tadi dan beranjak pergi. Namun sebelum pergi Dava menyempatkan bicara, walau hanya satu kata.

"Berisik" ucap Dava sambil pergi meninggalkan ketiga pawangnya.

Ketika baru saja ingin melangkah pergi menyusul Dava, Devan, Alvero, dan Vano. Tiba tiba ponsel mereka bertiga bunyi dan menampilkan pesan dari grup yang beranggotakan Dava, Devan, Alvero, dan Vano.

"Ga usah mbuntut!!!!!" Itulah isi dari pesan singkat yang Dava kirimkan.

Mereka bertiga saling pandang dan kembali duduk di meja.

-Davasya

Kini Vasya sudah duduk didepan Fina yang masih bertanya tanya. Apa benar tadi itu Vasya?. Hanya itu yang Fina pikirkan sekarang. Karena yang Fina tau, Vasya tidak akan mau repot-repot seperti tadi. Vasya bisa minta tolong pada Fina. Ya itu yang biasa Vasya lakukan, jadi melihat tingkah Vasya yang berbeda membuat Fina bingung.

Sebenarnya ada hubungan apa antara Dava dan Vasya. Waktu itu Dava menghampiri Vasya kekelas sekarang giliran Vasya yang menghampiri Dava dikantin. Aneh.

Kay♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang