Long time no see!
Mas Fajar bukan tipe manusia yang bisa meninggalkan orang lain. Seberapa marah pun dia terhadap seseorang, dia hanya butuh waktu untuk menenangkan diri selama beberapa saat. Tidak perlu dikejar, tidak perlu kita memohon-mohon padanya, dia akan kembali dengan sendirinya. Malah, Mas Fajar yang akan minta maaf karena sudah marah. Padahal yang kena marah saja kadang nggak sadar kalau tadi Mas Fajar marah. Sebegitu pandainya dia menyimpan amarahnya.
Eh, tapi itu tidak berlaku kalau yang disakiti aku atau Ony ya? Hoho. Bukannya sombong, tapi memang itu kenyataannya. Coba saja kalian bikin aku atau Ony sedih atau terluka. Mas Fajar nggak bakal ngelepasin kalian dengan mudah. Mas Fajar ke aku dan Ony, mengutip apa yang Dilan katakan ke Milea, 'Jangan bilang ada orang yang menyakitmu. Besok orang itu akan hilang.'
Aku nggak tahu apa Dilan benar-benar memegang omongannya atau tidak, karena toh pada akhirnya Dilan lah yang justru membuat Milea terluka paling dalam kan?
Kalau Mas Fajar beda. Dia bener-bener membuktikan omongannya itu. Dia nggak pernah membiarkan orang lain menyakiti orang-orang yang dia sayang. Bukan hanya aku sama Ony. Tapi karena sekarang yang paling dekat dengannya adalah kami berdua, jadi aku mengambil contoh kami berdua saja.
Coba tanya seisi pelatnas. Apa ada yang disayang sama Mas Fajar lebih dari kita berdua di pelatnas ini? Aku berani bertaruh raket baruku, jawabannya pasti tidak ada.
Karena itu, sampai sekarang aku memilih diam.
Aku nggak akan membiarkan Mas Fajar tahu kalau aku terluka. Bukan terluka secara fisik, tapi batin. Aku nggak sampai hati membiarkan Mas Fajar tahu kalau orang yang melukaiku paling parah adalah dirinya sendiri. Aku nggak berani membayangkan bagaimana perasaan Mas Fajar dan apa yang mungkin dia lakukan pada dirinya sendiri kalau dia tahu, dia lah penyebab utama aku terluka selama ini.
Aku...nggak mau Mas Fajar hilang.
***
"Mas Fajar!" aku berseru kaget ketika Mas Fajar dan Ony ambruk pada saat yang bersamaan. Siang itu, kami sedang latihan gabungan antaran sektor ganda putra dan tunggal putra. Saat Ony berpasangan dengan Mas Fajar melawan aku yang berpasangan dengan Jojo, tiba-tiba aja mereka berdua ambruk. Kayaknya kaki Ony tadi nyangkut kakinya Mas Fajar. Tapi aku bisa lihat kalau Mas Fajar refleks menjadikan tangan dia bantal buat kepalanya Ony. Duh, mudah-mudahan tangannya Mas Fajar nggak apa-apa.
Di samping aku, Jojo juga udah panik lihat Ony jatuh kayak gitu. Dia kayaknya marah banget. Entah dia marah karena khawatir sama Ony, atau marah karena posisi Ony dan Mas Fajar yang memang sedikit intim.
Hei, kalau memang begitu yang harusnya marah karena cemburu kan aku. Aku yang cinta sama Mas Fajar. Emangnya Jojo cinta sama Ony?
Udah lah, dipikir nanti aja. Sekarang mending nenangin Jojo dulu yang udah ngomel-ngomel.
Aku berdiri di samping Mas Fajar sambil merangkul pinggangnya. Mencoba menenangkan Mas Fajar yang wajahnya ngerasa bersalah. Padahal kan bukan salah dia. Ony jatuh karena salah dia sendiri. Apa-apaan sih Jojo kok nyalahin Mas Fajar-ku?
Aku baru saja mau membuka mulutku buat membela Mas Fajar, ketika Ony udah buka suara duluan. "Jo! Ini kan bukan salahnya Kang Fajar! Akunya aja yang tadi meleng! Lupa kalau lagi dobel!" Ony kelihatan kesal karena Jojo yang overreacting.
Bukannya tenang, Jojo malah balik marah dan ninggalin tempat latihan. Ony yang panik langsung lari buat nyusul Jojo. Mas Fajar hampir saja ikut kalau bukan aku yang menghalangi.
"Nggak usah!" aku memegangi pinggangnya, menahan pria berhati lembut ini agar tidak memperkeruh suasana antara Ony dan Jojo.
"Tapi—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Terdepan
FanfictionSpin off dari Behind Those Smashes yang cast utamanya Jonatan dan Anthony. Karena ku gemas, akhirnya aku buatin series sendiri untuk side couple-nya, Faj-Ri. Yang belum baca Behind Those Smashes, mangga dibaca. Karena spin off, jadi time line-ny...