PROLOG

1K 44 3
                                    

*****

Di mulai dari sebuah taruhan konyol antara Adeeva atau yang sering di panggil Deva dengan sahabatnya. Mereka bertaruh siapa yang bisa menghabiskan minuman dalam sekali teguk akan mendapatkan tiket liburan dan yang kalah harus menerima hukuman.

Sial bagi Deva karena dia kalah dalam taruhan yang di buat mereka.

"Jangan macam-mwcam hukumannya ya" Deva memandang ke dua sahabatnya yang sedang tersenyum manis pada Deva, tapi menurut Deva senyuman itu bagaikan senyuman seorang penyihir yang siap menyihirnya menjadi katak.

"Lo ga usah takut, hukumannya gampang kok" seru Anya.

"Tunggu gue cari target dulu" Kia melirik ke sekelilingnya dan pandangannya tertuju pada dua orang pria yang sedang duduk di sudut club malam yang sedang mereka kunjungi.

"Itu, itu" Kia menunjuk ke arah pria dengan setelan kemeja hitam yang sedang duduk.

Sontak mereka melirik ke arah yang Kia tunjuk.
"Ok hukuman Lo adalah, Lo harus nyium tuh cowok selama satu menit. Jangan ada kata tempel tapi harus nyium secara HOT" Anya menekan kata hot yang di ucapkan ya.

"Lo gila, gue gak kenal sama itu laki, masa harus main Sosor aja"  Deva tidak terima dengan hukumannya.

"Lo ga bisa ngelak. Inget hukuman Lo Va, atau Lo mau gue suruh cium Ujang " seru Kia.

Deva melototkan matanya, gila jika dia harus mencium Ujang si penjaga kos-kosan yang dia tinggali.

"Amit-amit deh jangan sampe" seru Deva.

"Jadi Lo terima hukumannya kan" seru Anya.

"Mau gimana lagi" Deva membenarkan rambutnya yang sedikit kusut, dia tidak bisa mengelak kali ini.

Deva berjalan menghampiri meja kedua pria itu, dan tanpa pikir panjang Deva membungkukkan tubuhnya dan mencium pria yang Deva tidak kenal. Deva memejamkan matanya bukan untuk menikmati ciumannya iyu namun untuk menghindari kontak mata dengan pria yang sedang dia cium.

Seperti yang di katakan temannya Deva mencium pria itu dengan sensual dan sedikit liumatan pada bibir pria itu. Sedangkan pria yang sedang di cium Deva hanya diam tidak merespon. Mungkin masih terkejut dengan apa yang Deva lakukan.

Sedangkan pria yang ada di hadapannya hanya bisa diam tidak bergeming menyaksikan kedua manusia yang sedang berciuman itu atau bisa di bilang ciuman secara sepihak.

Deva segera menyudahi ciumannya ketika dia rasa dia sudah mencium pria itu selama satu menit.

Pria itu menatap lurus Deva yang sedang berdiri di hadapannya dengan nafas yang tidak beraturan.

Sebelum Deva kembali pada teman temannya Deva meminta maaf terlebih dahulu pada pria itu. Namun sayangnya tidak ada respon yang di dapatnya nya.

"Good job babe" seru Anya dan Kia bersamaan.

"Puas Lo berdua" seru Deva kesal. Deva masih memikirkan wajah dan ekspresi pria yang baru saja dia cium pria itu tampan namun sayangnya tidak ada ekspresi di wajahnya.

"Puas dong kapan lagi gue bisa ngerjain seorang Adeeva Oktavia yang sempurna ini" seru Anya puas.

Sedangkan Deva, jangan di tanya dia masih kesal dengan kedua sahabatnya ini. Dan lagi dia merasa tidak enak dengan pria itu. Deva melirik ke arah pria itu dan sialnya pria yang barusan Deva cium sedang menatap ke arahnya, pandangannya lurus pada dirinya. Deva kembali membalikan badannya, entah mengapa perasaannya mulai tidak enak.

Malam semakin larut, Mereka kembali larut dalam hentakan musik club yang sangat keras, tubuh mereka berlenggak lenggok mengikuti irama musik yang di mainkan oleh seorang DJ. Deva kembali menengguk gelas minumannya entah sudah berapa gelas dia habiskan dan sialnya kepalanya mulai terasa pusing. Deva memandang sekelilingnya pandangannya sudah buram dia yakin jika dia mulai mabuk.

Deva turun dari duduknya. "Lo mau kemana ??" Anya berteriak ke arah Deva yang terus berjalan.

Deva melambaikan tangannya, Deva butuh kamar mandi rasanya dia ingin memuntahkan semua isi perutnya mungkin karena kebanyakan minum.

Deva berjalan dengan sedikit sempoyongan, dia tidak peduli pada orang-orang yang sedang bercumbu di pojokan yang dia butuhkan adalah kamar mandi.

Deva langsung memuntahkan isi perutnya, kepalanya semakin berdenyut. Tidak ada orang di kamar mandi hanya ada Deva sendirian.

Setelah menyelesaikan semuanya Deva segera kembali ke tempat teman-temannya namun sayangnya kakinya sudah tidak kuat untuk di ajak berjalan. Sebuah tangan memegangi tubuh Deva yang hampir jatuh tersungkur di lantai.

"Apa kau baik-baik saja" suara Barito itu terdengar di telinga Deva.

"Aku baik-baik saja, terima kasih" Deva mencoba kembali berdiri, namun sayang tubuhnya kembali oleng. Pria itu dengan sigap menarik Deva dan membantunya berjalan.

Teman temannya masih asik berlenggak lenggok, mereka tidak menyadari kehadiran Deva yang di bantu berjalan oleh seorang pria.

Deva melirik pria yang sekarang sedang berdiri di hadapannya itu. "Kau seperti pria yang aku cium tadi. Kau tahu kau sangat tampan dan aku menyukaimu" perkataan Deva sudah seperti orang mabuk.

Pria itu hanya diam tidak bergeming, dia masih menatap lurus wajah cantik Deva yang sedikit bersemu merah akibat alkohol.

"Kenapa kau memandangiku seperti itu?, Apa aku cantik" Deva semakib meracau, sesekali di tersenyum sendiri.

Pria itu merapihkan anak rambut yang keluar dari ikatan rambut Deva.

"Ya kau sangat cantik" Deva merasakan sebuah benda kenyal menempel di bibirnya. Bukannya menghindar Deva malah menerima ciuman pria itu, bahkan Deva mengalungkan tangannya pada leher pria itu.

Pria itu menarik pinggang Deva untuk memperdalam ciuman mereka, ciuman yang tadi hanya sebelah pihak sekarang bukan cuma Deva yang menikmatinya namun juga pria itu...


Wah Rin ga tau nih mau bilang apa, ini cerita langsung ada di otak dan kalo ga Rin tulis sayang .
Semoga kalian suka dengan cerita baru dari Rin
See u next part.

Jangan lupa follow, bintang, sama commentnya biar Rin lanjut ceritanya
....

My Possessive PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang