Song recommendations for this story :
1. Lights - BTS
2. Running Low - Shawn Mendes| happy reading |
"Lebih baik kita berteman saja."
"Maksudmu?"
"Kita akhiri saja hubungan ini, Kiran."
Satu kalimat yang terdengar begitu dingin di telingaku. Kalimat yang tak pernah aku inginkan saat menjalin hubungan dengan seseorang.
"Ke-kenapa?" tanyaku memastikan. Berharap apa yang diucapkan oleh kekasihku, Arsen hanyalah lelucon.
"Aku merasa hubungan kita sudah tidak bisa dipertahankan. Beberapa terakhir ini, hari-hari kita selalu diisi dengan pertengkaran," jelasnya dengan begitu dingin, tak seperti biasa.
Tak terasa air mata mulai jatuh membasahi pipiku. "Baiklah, mungkin ini jalan terbaik bagi kita. Kuharap, kamu menemukan pengganti yang jauh lebih baik dariku," ucapku sambil tersenyum menatapnya. Meski nyatanya, ini begitu menyakitkan.
Aku beranjak dari tempat duduk dan bergegas pergi meninggalkan kafe tersebut.
Berjalan terburu-buru sambil sesekali mengusap air mataku kasar.
Hubungan yang sudah berjalan selama tiga tahun, seketika hancur melebur. Menyisakan sebuah kesedihan, kesepian, atau bahkan kerinduan.
Ya tuhan, hatiku terasa sakit sekali, batinku.
***
Aku berjalan keluar menuju balkon rumahku. Menatap ke arah langit yang dipenuhi dengan gemerlap bintang dan cahaya rembulan.
Hari ini, tepat satu tahun setelah Arsen memutuskan untuk mengakhiri hubungannya denganku. Rasa sakitnya masih sama. Seakan hal itu baru terjadi kemarin.
"Hei, kenapa melamun? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"
Aku menoleh ke arah belakang. Suara itu, suara Arsen. Mataku mengitari sekitar dan tak menemukan sosok yang kucari. Namun, pandanganku tertuju pada ikan koi yang kuletakkan dalam sebuah aquarium kecil.
Aku meraih aquarium tersebut. Sudut bibirku mulai terangkat membentuk lengkungan kecil.
Potongan memori berputar di kepalaku. Membawa pikiranku untuk mengingat kejadian itu. Kejadian sederhana, namun benar-benar terasa istimewa.
-Flashback on-
"Selamat malam, manis."
Aku tersenyum mendengar suara di sebrang sana, begitu menenangkan. "Selamat malam juga, Sen."
"Kamu tau, diperjalanan pulang tadi aku sempat membeli sesuatu. Karena kupikir ia akan selalu mengingatkanku padamu."
Aku menyesap matcha panasku, kemudian meletakannya kembali di atas meja. "Oh, ya? Apa yang kamu beli?"
"Kamu ingin tau sekali?" tanyanya memastikan.
Sudah semestinya aku ingin tau bodoh, batinku.
"Tidak, aku tidak sebegitu penasaran dengan apa yang baru saja kamu beli," jawabku ketus.
Terdengar suara kekehan Arsen. "Aku membeli dua pasang ikan koi."
"A-apa?"
"Cepatlah keluar. Aku sudah berada di depan rumahmu."
Aku tersentak kaget. Mengintip sekilas di jendela kamar dan benar saja, Arsen sudah berada di bawah sana sambil melambaikan tangan ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
extraordinary love
Poetry𝙩𝙝𝙞𝙨 𝙨𝙩𝙤𝙧𝙮, 𝙨𝙥𝙚𝙘𝙞𝙖𝙡 𝙛𝙤𝙧 𝙮𝙤𝙪. ❝Kepercayaan dan ketulusan akan menciptakan sebuah cinta yang luar biasa.❞ extraordinary love ©2019, maruflaco