[Luna Wang]Luna menatap punggung ayah dan ibunya yang ingin berangkat kerja. Mereka sudah masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangannya ke arah Luna. Luna membalas melambaikan tangan. Jarang, sangat jarang orang tuanya pamit dulu sebelum berkerja, biasanya Luna bangun dia sudah sendiri di rumah, dan ibunya sudah meninggalkan roti dan kaleng selai di meja dapur.
"LUNA!"teriakan dari dalam mobil membuatnya menengok, muka ibunya terlihat dari jendela mobil. "Nanti kita pulang malam, sekitar jam dua atau tiga, oke sayang?"
Luna mengangguk, setelah beberapa menit mobil meninggalkan Luna, Luna memasuki rumahnya, mengambil tas sekolahnya dan keluar kembali. Dia mengambil sepeda, lalu dia naik ke sepeda dan jalan.
Luna sampai di sekolahnya yang menurutnya membosankan, Luna tak punya teman, menurutnya dia tidak butuh.
"Hei, Luna sayang..." Luna menatap orang yang memanggilnya. Sean, pria mesum dan suka menggoda Luna, dia tidak peduli dengan fakta bahwa Luna bisa membuatnya babak belur kapanpun. Menurutnya, Luna cantik dan dia ingin memiliki Luna. Luna tidak menggubris, dia melewati Sean
Sean pernah menembak Luna, lalu di tolak oleh Luna, banyak yang bilang Luna sombong, karena Sean adalah the most wanted disekolahnya.
"Luna-ku, gimana kabarnya?"tanya Sean lagi. Luna masih meneruskan langkah. Sean mengekornya, hingga Luna berbalik dan mencengkeram kerahnya. Siswa -siswi yang berada di dekat mereka, bergidik ngeri.
"Ngapain ngikutin gue?"tanya Luna ketus. Sean nyengir.
"Gak boleh?"tanya Sean balik. Luna mendesis, dia mencengkram kerah Sean lebih kuat, dia siap memukul Sean. Tapi,
BRUK!
Seseorang menabrak Luna, sehingga Luna jatuh di pelukan Sean. Sean nyengir lebar. Luna mendorong Sean agar menjauh, lalu melihat ke belakangnya, adik kelas yang takut-takut melihat ke arah Luna.
"T-Ta-Tapi, kak temen saya yang dorong saya..."adek kelas itu menunjuk temennya yang ada di belakangnya. Luna menatap adek kelasnya yang satu, wajahnya menatap Luna tanpa dosa, bahkan terlihat angkuh.
"Kenapa, ka? Mau mukul?"tanyanya sombong. Luna menatap kesal ke arah adek kelas itu. Lalu, Luna melipat tangannya.
"Nantangin?"tanya Luna. Adik kelas tertawa, lalu mengepel tangannya, dan meninju dagu Luna. Luna berdecih.
Luna menghindar. "Payah! Beraninya sama perempuan.""Berarti kakak menganggap diri kakak lemah?"tanya Adik kelas itu. Luna menatap adik kelas itu sinis, lalu menatap Sean.
"Sean, kau yang urus dia, aku muak."Luna berjalan meninggalkan mereka.
Tapi, sebuah tangan sudah mengepal dan ingin meninju Luna, Luna menengok, menghindar, berbalik, menarik tangan adik kelas itu, dan membantingnya. Adik kelas itu meringis. Semua yang ada disana berdesis bersamaan, itu pasti sangat sakit.
"Mengerti?"tanya Luna. Adik kelas itu mendongak menatap Luna. Luna berlutut di depan adik kelas itu.
"Luna Wang, namaku, salam kenal."Luna tersenyum pada adik kelas itu. Lalu meninggalkannya.
Itulah Luna Wang.
A/N
Hey reders 😘
Jangan lupa vote⭐
Jangan lupa comment 💬Sekali, lagi. Author need bgt yang namanya saran dan kritik. It's okay, kok author gak gigit. Dan maaf, ceritanya masih ngeboseni, nanti seru kok.
Promise 👌
Thanks
Ms. Stavia
KAMU SEDANG MEMBACA
SSA
Science FictionWARNING, TERDAPAT KEKERASAN! Berawal dari mencurigai orang tuanya, Luna akhirnya mengetahuinya. Siapa yang tidak curiga? Pulang malam, tubuhnya di penuhi luka, sehingga dia mengetahui, kalau orang tuanya adalah anggota dari sebuah organisasi agen...