2

12 5 0
                                    

[Hukuman]

Luna Wang

Kelasku ramai sekali, itu menyebalkan. Aku sudah berapa kali menatap mereka tajam, lalu diam, lalu ramai lagi, lalu kutatap mereka lebih tajam, diam lagi, ramai lagi. Karena mataku belum di asah, jadi kurang berhasil. Aku lebih baik memikirkan yang lain.

Sekarang ayah dan ibu sedang bekerja, dimana, ya? Gajinya berapa, ya? Eh? Aku jadi mengingat kata-kata ibuku.

"Kalau kau ingin tahu, pergilah ke hutan, jalan terus hingga kau tersesat, dan kau akan tahu, apa pekerjaan ayah dan ibumu."

Tersesat? Ibuku pasti bercanda, ibuku selalu bercanda berlebihan, mana
mungkin seorang ibu membiarkan anaknya tersesat di hutan, atau aku anak pungut, tidak mungkin, DNAku sama dengan ayahku, Dan rambutku pirang, sepeti ibuku.

Aneh, apa mungkin aku harus membuktikannya? Baiklah, tampaknya boleh aku melakukannya.

Ceklek!

Pintu kelas terbuka, Ms. Marie sudah datang, pandangannya manyapu seluruh kelas, lalu berhenti padaku.

"Luna Wang, Ada yang ingin bertemu denganmu."

Aku berdiri dan mengangguk. Aku berjalan keluar kelas. Disana ada pria berjaket hitam dan putung rokok di mulutnya.

"Yah, ini area kelas, tidak boleh merokok." Pria itu adalah ayahku. Ayah menengok sekilas dan kembali melihat Ke depannya.

"Lun, ini sekolah bukan untuk berkelahi! "Ayah memukul dinding di sampingnya. Aku tergelak, pasti adik kelas itu melapor, dasar tukang ngadu.

"Sudah berapa Kali ayah mendapatkan panggilan kalau kau berkelahi?"

"Mungkin tujuh."jawabku.

Ayah menatapku tajam. Lalu, dia membuka tasnya, mengambil kertas, lalu membantingnya di depanku.

"Lebih dari sepuluh, ayah sudah muak dengan orang yang memberitahu ini pada ayah, dan mulai besok kau tidak lagi sekolah disini!"ayah menatapku tajam, mungkin kalau itu pedang, sudah menusuk jantungku. "Pulang sekarang! Ayah kembali bekerja!" Ayah meninggalkanku di koridor kelas. Aku menghela napas.

Apa boleh buat? Aku memang salah.

...

Aku berbaring, sudah lebih satu jam aku di rumah, dan ini sangat membosankan. Aku akhirnya bangkit dan melihat ke jendela. Menampilkan hutan yang lebat. Apa aku jalan-jalan ke hutan? Mungkin aku bisa tahu apa pekerjaan ayah dan ibu. Eh, sampai tersesat? Gila! Tidak mungkin aku melakukannya. Aku memutuskan kembali berbaring.

Tidak, tidak akan aku melakukan Hal Gila nan aneh itu. Nanti gimana dengan ayah dan ibu. Heh, tapi yang menyuruhku ibu,  aduh aneh. Tapi, mungkin ibu sudah menyiapkan sesuatu di hutan. 

Oke, aku akan melakukannya, hal gila itu.

...

A/N

Hey, guys

Jangan lupa Vote and Comment.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang