"Kelihatannya semua siswa sudah tewas, sensei. Kalung mereka sudah mati semua" kata Letnan Sakurai
"Tidak ada satupun yg tersisa?"
"Tidak ada, kalung mereka sudah tidak ada yg aktif. Mungkin gara-gara ledakan bom tadi malam di titik lokasi K46"
"Hmmm... baru tahun ini tidak ada satupun yg selamat"
"Ya, sensei"
"Kalian pergilah dan segera hubungi pemerintah untuk mengirimkan helikopter. Suruh mereka segera mengevakuasi jenazah murid-murid. Aku akan menyusul", perintah Shiraishi kepada anak buahnya
"Tidak apa-apa meninggalkan anda sendirian di pulau ini?", tanya Letnan Sakurai
"Masih ada yg harus aku lakukan. Jangan khawatir, aku akan menyusul"
"Baik !"
Shiraishi berjalan keluar markas pusat, dia melihat helikopter dan tank pergi menjauh. Hening menyelimutinya, yang ada hanya suara burung-burung berkicau, pagi ini cerah dan langit tampak bersahabat setelah dua hari hujan. Shiraishi menghirup udara segar sambil memandang keliling lapangan. Matanya langsung tertuju pada sosok yg berdiri tidak jauh darinya, dia berjalan tertatih-tatih menggunakan tongkat, luka dimana-mana, seragam sailor nya robek dan penuh bercak darah
"Shida Manaka", Shiraishi merentangkan kedua tangannya dengan lebar
***
Shida duduk dilantai kantor sambil melamun, Shiraishi membuatkan teh untuknya.
"Jadi setelah hampir dua hari bertarung..."
Shiraishi meletakan teh ke meja, Shida menatapnya dengan tatapan dingin
"Shida Manaka si anak berandalan dari Niigata, keluar sebagai juara untuk kedua kalinya... Luar biasa. Sungguh luar biasa."
"Langsung saja tidak usah basa-basi, dasar wanita tua kolot.", balas Shida
"Langsung saja ya?", Shiraishi mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke kepala Shida, Shida hanya membalasnya dengan tatapan mencela
"Kau yg menyabotase markas kan? Membuat kalung semua murid tidak aktif?", tanya Shiraishi dengan wajah tenang, Shida tertawa pelan mengejek
"Beritahu aku, siapa siswa yg masih hidup?", Shiraishi menekankan moncong pistol ke dahi Shida
Tiba-tiba pintu menjeblak terbuka, Techi dan Neru masuk kedalam ruangan, mereka memegang pistol dan senapan AK47. Shiraishi merentangkan tangannya dengan lebar
"Neru, Hirate"
"Mau apa kau?", Techi menodongnya
"Santai, Hirate. Kau waktu itu mengiris pergelangan tanganku bukan? Itu menyakitkan, bodoh"
Shiraishi mengambil sesuatu didalam kotak beludru, dia mengeluarkan benda itu. Sebuah foto hitam putih. Didalam foto itu terdapat wajah para murid SMA Keyaki kelas 3C beserta seorang wali kelas duduk ditengah. Siswa-siswa itu adalah teman sekelas Techi dan wali kelas yg duduk ditengah adalah Shiraishi. Techi bisa melihat semua wajah dicoret dengan tanda silang menggunakan spidol. Hanya ada dua wajah yg tidak dicoret, Neru dan Shiraishi.
"Neru, kau tahu kenapa aku mempertahankanmu?", Shiraishi buka suara, Neru terdiam
"Kau kuanggap seperti anakku sendiri. Disaat yg lain membolos, kau satu-satunya yg peduli padaku. Maka dari itu, aku ingin kau selamat"
Shiraishi berjalan mendekat, Techi dan Neru langsung mengangkat senapan dan pistol secara bersamaan. Shiraishi berhenti
"Kau mau membunuhku, Neru? Lakukanlah"
Semua terdiam, Shiraishi mendesah lemah. Lalu dia mengeluarkan pistol dari balik jaketnya, menodongkannya kearah Techi dan Neru. Techi yg sudah panik tidak sengaja menembakan pelurunya ke tubuh Shiraishi, hingga ia terjungkal
"Sakit, brengsek!"
"Maaf, sensei. Tapi ini yg bisa aku lakukan", kata Neru pelan
Shiraishi sudah tidak bergerak. Shida berdiri melepas kalungnya dan membuangnya ke arah gurunya yg sudah tidak bernyawa, diikuti Techi dan Neru
"Dia mati?"
"Biarkan saja. Ayo kita pulang"
***
Mereka bertiga keluar dari pulau menggunakan perahu motor. Techi yg menyetir diajari Shida, Neru menatap pulau dari kejauhan lalu ia mengeluarkan foto teman-teman sekelas mereka
"Techi, gantikan aku sebentar", Shida berjalan keluar, lalu dia mulai berbaring
"Shida, ada apa?", tanya Neru
"Tubuhku sakit semua", sorot mata Shida mulai meredup
"Sebentar lagi kita sampai. Bertahanlah", kata Techi
"Tidak... kalian berdua... berjuanglah..."
"Apa maksudmu?"
"Aku sudah selesai sampai disini. Kalian berdua berjuanglah... teruslah untuk hidup. Janji"
"Shida, jangan dulu"
"Sudah cukup. Aku sudah cukup puas dengan semuanya. Kalian berdua selamat dan masih hidup, tugasku sudah selesai. Aku sudah mengalami semuanya. Sudah waktuku untuk mengakhiri ini semua"
"Shida, kau tak bisa lakukan ini"
"..."
"Shida?"
"Techi... dia sudah meninggal"
#TRANSFER STUDENT || SHIDA MANAKA - TEWAS
Techi terdiam dan menatap kedepan
"Baiklah, aku akan berjuang. Aku janji"
"Aku tidak akan lupa dengan tempat ini, aku akan merindukan mereka", Neru berdiri disamping Techi
"Sulit melihat teman-teman sekelas meninggal didepan kita, apalagi sudah 3 tahun kita selalu bersama", kata Techi sambil menyetir
"AKU TIDAK AKAN MELUPAKAN KALIAN, TEMAN-TEMAN... SEMOGA TENANG DISANA" teriak Neru
Mereka menoleh sebentar sambil menatap pulau yg sudah hampir menghilang dari pandangan
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYAKI SURVIVAL PROGRAM - BATTLE ROYALE
Science Fictionapa yang akan kau lakukan seandainya kau dihadapi pilihan antara hidup dan mati? membunuh teman sekelas mu atau menyerahkan nyawamu ke teman-teman mu? (terinspirasi dari film Battle Royale)