Chapter 3 - Disturb

147K 2.8K 25
                                    

Aku bergegas mengenakan pakaianku setelah meraih lembaran uang yang ia keluarkan dari dompetnya.

Kulihat ia sudah mulai terlelap.

Saat menuju ruang tengah kulihat kotak stereoform yang sudah kosong masih tergeletak di atas meja. Kuhampiri meja kecil yang ada di depan sofa itu dengan niatan membuang kotak itu.

Niatanku terhenti saat tanganku ditarik. Apa yang dilakukannya membuatku sontak menghentikan langkahku.

Ia bergegas mendahuluiku menuju meja kecil itu kemudian menutup dengan keras laptopnya yang awalnya terbuka.

"Sudah kuperingatkan jangan pernah menyentuh barang-barang milikku," ucapnya terdengar menahan amarah.

Tubuhku reflek melangkah mundur mendengar apa yang baru saja dikatakannya.

"Maaf..."

Hanya itu yang keluar dari mulutku.

Aku bahkan tidak berani menjelaskan kalau niatan awalku hanya ingin membuang stereoform itu.

Tanpa banyak bicara, aku segera meraih tas backpackku dan bergegas pergi dari ruangan itu.

***

Ternyata hujan sedang turun cukup deras. Niatan awalku untuk bergegas meninggalkan apartemen ini gagal karena sejak tadi aku menunggu di depan lobby apartemen ini, sang hujan tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera berhenti.

"Hujannya sepertinya bisa sampai pagi, Neng," ucap seorang satpam yang datang menghampiriku dengan payung yang tengah digunakannya.

"Lebih baik tunggu di dalam saja. Tuh baju neng sudah basah kena cipratan air," ucapnya lagi.

Ia benar.

Pakaianku hampir sepenuhnya basah terkena tiupan air dari tempatku berteduh.

Jika sudah seperti ini kondisinya, menerobos hujan sepertinya bukan ide yang buruk.

"Eh selamat malam Pak," ucap satpam itu pada sosok yang sepertinya ada di belakangku.

Saat aku berbalik, kutemukan ia tengah menatapku dengan kening penuh kerutan.

"Ayo kembali ke dalam," ucapnya sambil menarik tanganku.

Reflek aku melepas pegangannya di tanganku. Mengingat apa yang baru saja terjadi, rasanya aneh kalau aku harus kembali ke sana.

"Terima kasih. Aku akan menunggu di sini saja."

Ia kembali menatapku sejenak kemudian mengalihkan pandangannya ke arah jalanan.

"Jangan membantah," ucapnya lagi sambil menarik tanganku.

Aku bisa merasakan ia mempererat cengkramannya di pergelangan tanganku. Alhasil, dengan mudah ia berhasil membuatku berjalan bersamanya.

Saat melintasi front desk, seorang berseragam petugas apartemen berlari kecil menghampiri kami.

"Ini pesanannya, Pak," ucapnya sambil menyerahkan bungkusan berisi kotak streoform yang serupa dengan yang kulihat sebelumnya.

Kami melanjutkan langkah sampai kami tiba di pintu apartemen miliknya.

Ia melepaskan gengamannya saat kami sudah sampai di dalam. Kemudian ia masuk ke kamar mandi meninggalkanku yang masih mematung tidak jauh dari pintu masuk.

"Keringkan dirimu. Aku tidak suka kalau ada bercak air di tempatku" ucapnya sambil menyerahkan sebuah handuk dan kemeja miliknya ke tanganku.

"Dan habiskan makanan ini. Aku tidak tahan mendengarkan suara perutmu," ucapnya sambil meletakkan kotak itu di meja pantry yang tidak jauh dari tempat aku berdiri.

Ia kemudian menghilang dari pandangan meninggalkanku dengan perasaan yang tidak menentu.

***

Bersambung

Sleep With Me Tonight [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang