Arka Dafaka

76 5 17
                                    

"Eh gue punya tebak-tebakan nih dijamin lucu sumpah" ucap Evan dengan nada getir menahan tawa

"Halah palingan juga tebak-tebakan lo ga jauh-jauh dari buah manis buah kedondong" ujar Satria kesal lantaran sahabatnya itu hobi membuat pantun basi yang unfaedah itu-itu saja tidak pernah diganti membuat yang mendengarnya langsung bosan seketika.

Mereka sekarang lagi nongkrong di bangku depan kelas seperti biasa menunggu bel masuk jam pertama dimulai daripada di dalam kelas malah ngantuk terus jadi mereka memutuskan untuk keluar sekaligus menggoda cewek-cewek cantik yang lewat entah itu dari adik kelas atau para senior mereka.

Evan merengut sebal ketika mendengar sahutan Satria "Enggak dong, udah ganti yang lebih trend lah yang itu udah kuno"

"Apaan? Buru dah" ujar Rafa penasaran, sedangkan Arka hanya diam mengamati teman-temannya seperti biasa tak ada niatan untuk menyahut.

"Buah, buah apa yang durhaka? Lo pada pasti kaga ada yang bisa jawab" ucap Evan dengan sombongnya

"Buah Semangka? Semangka kan gede tuh seger lagi buahnya" sahut Rafa asal

Satria menatap Evan dengan sebal "Ga ada hubungannya bego Gimana sih lo ah!" Satria lalu menoyor kepala Rafa sedikit keras "Lo kalo jawab yang pinteran dikit napa"

"Yaudah apaan Van buru, udah pas nih nyerah gue" ucap Rafa pada Evan sambil mengelus kepalanya akibat toyoran Satria yang lumayan keras

"Melon Kundang Hahaha" Evan tertawa sangat keras sampai air matanya keluar hingga membuat orang yang melewati koridor menyempatkan diri untuk menoleh sebentar ke arah Evan dengan raut bingung  sadar akan tatapan tajam teman-temannya dan tatapan bingung dari orang-orang yang melihatnya di koridor Evan buru-buru menormalkan ekspresinya kembali "Lo pada ngapain ngeliatin gue kayak gitu?" ucapnya kepada teman-temannya

"Garing" ucap Arka dengan datarnya yang sedari tadi diam. Cowok anteng itu akhirnya bersuara ketika tak ada lagi yang menyahut pertanyaan Evan

"HAHA LUCU LO BAMBANG!" Satria tiba-tiba berteriak di depan muka Evan dengan tampang yang ingin menerkam Evan hidup-hidup

"Sabar-sabar punya temen gini amat Ya Allah" ucap Rafa mengelus dada menghadapi teman-temannya yang tingkat kewarasannya sungguh diragukan mendekati angka tertinggi

"Ih gue kan ganteng, orang ganteng mah bebas mau ngapain aja!" ucap Evan

"Terserah lo!" ucap Arka kemudian beranjak berdiri masuk ke dalam kelas karena bel dimulainya jam pelajaran telah berdering

***

"Dari mana kamu!?" terlihat seorang pria paruh bayah yang sedang menahan emosinya Tama ayah Arka

"Main" Ucap Arka cuek

"Kenapa baru pulang sekarang? Sudah jam berapa ini!"

Melihat raut muka papanya yang sudah kelewat marah Arka pun melengos menuju kamarnya karena malas berdebat yang ujung-ujungnya Arka yang ngalah lalu pergi lagi hingga esok hari tiba seperti biasa kalau menghadapi papanya dengan emosi ia langsung pergi lalu menginap dirumah salah satu sahabatnya

"Ada apa ini?" ucap seorang wanita setengah baya Pricilla menuju ke arah suaminya Tama yang kini memakai setelan piyama terlihat terganggu mendengar teriakan Tama. Wanita itu adalah wanita simpanan papanya alias ibu tiri Arka karena ibu kandungnya telah meninggal.

"Urusin aja sana istri murahan Papa" ucap Arka lalu mendorong pintu kamarnya dengan keras

"ARKA JAGA UCAPANMU!" ucap Tama dengan berteriak tak habis pikir dengan kelakuan Arka yang tiap hari makin kurang ajar menurutnya

"Sudah Pa biarkan Arka istirahat, Papa juga istirahat besok ada meeting kan" ucap Pricilla menuntun Tama untuk menuju ke kamar

***

"Kei lo mau kemana? Bentar lagi Bu Indira masuk" Ucap Alena melihat sahabatnya Keisha beranjak keluar kelas

"Mau ke Ruang Guru bentar Na nemuin Pak Toni mau ambil buku matematika temen sekelas ini, tadi pas gue mau masuk kelas disuruh ambil sama orangnya mau ikutan?" ucap Keisha

"Ayuk gue temenin"

"Lo tau ga sih si Ridwan anak kelas sebelah XI Ipa 4 yang kapten futsal itu?" tanya Alena pada Keisha ditengah koridor yang mulai sepi karena bel dimulainya pelajaran telah berbunyi dari 10 menit yang lalu

"Iya tau, yang mantannya Rini itu bukan?"

"Nah iya itu, lo tau baru kemaren putus sama si Rini eh udah ada yang baru lagi" ucap Alena dengan kesal "Dasarnya playboy sok-sok an macarin si Rini yang kalemnya kebangetan gitu heran gue" lanjutnya

"Enak bener dia, ga kasian apa sama si Rini" ucap Alena lagi

"Yaudah sih biarin aja urusannya si Ridwan juga kan, ga usah heran gitu lo tau sendiri Ridwan emang playboy" ucap Keisha

"Ya tapi kan ga gitu juga kali, curiga nih gue pas masih pacaran sama Rini si Ridwan udah pacaran aja sama Vinka"

"Udah Na jangan gosip terus" ucap Keisha ketika sampai di depan Ruang Guru mereka berdua langsung masuk menuju meja Pak Toni di bagian pojok kanan depan pintu masuk. Ternyata Pak Toni terlihat sedang mengobrol dengan seseorang Keisha dan Alena pun menunggu sebentar

"Saya minta kamu buat wakilin Sekolah Olimpiade Matematika saya akan carikan partner buat kamu nanti, saya tidak menerima penolakan dari kamu" ucap Pak Toni tegas kepada Arka yang kini duduk di depannya

Keisha baru sadar ada cowok ganteng yang pintar di sekolahnya yang kini tengah duduk dihadapan Pak Toni. Sepertinya Keisha tidak pernah melihatnya sempat terlintas di pikirannya bahwa Arka anak baru namun ia sadar bisa jadi Arka sudah lama menjadi murid di sekolah ini namun ia tak pernah melihatnya karena ia selalu enggan untuk keluar kelas walau hanya sekedar ke kantin karena ia selalu membawa bekal dari rumahnya

"Saya akan mengikuti Olimpiade itu, bapak tenang aja" ucap Arka

"Yasudah kamu boleh kembali ke kelas"

Arka pun beranjak dari kursi lalu matanya langsung bertubrukan dengan Keisha selang beberapa detik lalu melanjutkan langkahnya keluar ruangan menuju ke kelasnya.
Sepeninggalan Arka. Keisha dan Alena pun mendekat pada Pak Toni untuk meminta buku tugas teman sekelasnya karena suruhan Pak Toni tadi pagi.

"Ini tolong bagikan ke teman-temanmu dan ini ada tugas dari saya hari ini harus dikumpulkan maaf saya tidak bisa mengajar di kelasmu karena saya ada urusan" ucap pak Toni pada Keisha sambil menyerahkan buku tugas teman sekelasnya dan selembar kertas berisi 10 soal matematika yang rumusnya beranak semua.

"Baik pak, kami permisi dulu" ucap Keisha mengambil sebagian buku karena sebagiannya lagi dibawa oleh Alena beserta kertasnya lalu menyalimi pak Toni.

***

Bel pulang telah berdering ia langsung pergi menuju ke parkiran bergegas untuk menuju ke tempat yang ingin di datanginya sedari tadi. Motor Ducati Hitamnya kini melesat membelah kerumunan Jakarta yang padat di sore hari dengan kecepatan rata-rata.

Setelah sampai di tempat yang ditujunya ia langsung memakirkan motornya di pinggir lalu melangkahkan kakinya melewati gundukan-gundukan tanah menuju ke nisan yang ingin didatangi lalu berhenti di nisan yang terukir nama Rosalina Ayudia wanita yang sangat dicintainya. Wanita itu adalah Ibunya. Ibu kandungnya yang telah meninggal karena tragedi kecelakaan setaun yang lalu di duga rem blong pada mobil yang dikendarainya. Namun ia berpikir pasti ada oknum yang sengaja yang ingin mencelakai Ibunya hingga Ibunya kini telah tiada. Ia ingin menguak kasus ini sampai tuntas. 

Setelah berdoa untuk Ibunya di alam sana. Ditatapinya sekali lagi nisan yang berukiran Rosalina Ayudia itu dengan hati remuk tak beraturan dadanya kian sesak melihat ukiran nama tersebut lalu ia pun meninggalkan tempat tersebut menuju ke motornya untuk pulang. Bukan ke rumahnya namun ke rumah Satria ia ingin menginap di rumah sahabatnya tersebut.

                                ***

Yuhuu versi revisi nih haha. Minta comment sama vote nya dong, segala jenis saran dan comment di terima gunakan bahasa yang sopan ya guys

Love
@wandafafaa

ARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang