Hari Senin hari paling bersejarah bagi kebanyakan siswa SMA. Hari dimana upacara bendera menjadi rutinitas lalu ditambah amanat pembina upacara yang panjang kali lebar melebihi rumus matematika ditambah panasnya terik matahari yang terlalu menyengat. Belum lagi mata pelajaran di hari Senin yang bikin kepala pusing. Bagaimana tidak? Hari senin di kelas Keisha jam pertama selesai upacara dilaksanakan adalah pelajaran matematika lalu dilanjut kimia, setelah istirahat pertama selesai dilanjut dengan Fisika benar-benar bikin kenyang rumus. Sepertinya yang membuat jadwal untuk kelas Keisha XI Ipa 3 ada dendam kesumat. Keisha pun menghela napas lelah karena memikirkannya.
"Bu Retno ga bosen apa ya yang jadi amanat itu-itu mulu gatau apa udah panas begini" sungut Alena kesal "Padahal udah jelas banyak manusia yang tumbang disini" lanjutnya
"Apalagi ntar pelajaran emteka lagi duh puyeng kepala gue!" ucap Alena lagi. Alena lagi-lagi mengeluh sepanjang pembina upacara---Bu Retno memberi amanat. "Kayaknya tuh yang bikin jadwal dendam kesumat sama kelas kita Kei" lanjutnya
"Udah Na jangan banyak omong ntar ditegur Bu Indira" ucap Keisha
Cewek itu sedari tadi melihat Bu Indira sedang berkeliling memerhatikan murid-murid dengan sorotan mata tajamnya. Takut ada yang berbicara atau tidak memerhatikan amanat pembina di depan sana. Guru itu Guru Kimia paling killer kedua setelah Pak Rahman Guru Fisika paling Astagfirullah killernya, ada murid ketiduran di kelas aja mejanya langsung digebrak lalu telinganya dijewer buat maju kedepan dusuruh mengerjakan soal fisika yang paling susah kalau tidak bisa menjawab disuruh membersihkan kamar mandi putra atau putri sampai jam pelajarannya selesai. Benar-benar sadis. Tak ingin terlibat masalah dengan Bu Indira Alena pun terdiam dengan wajah yang masih merengut kesal karena pembina upacara tidak berhenti berbicara sedari tadi.
Setelah menyampaikan amanat terakhir untuk tidak telat datang ke sekolah Bu Retno akhirnya mengakhiri amanatnya lalu dilanjut dengan doa dan upacara telah selesai.
"Panas banget sih gila rasanya gue pengen berendem di kulkas deh" ucap Alena berleha-leha di bangkunya. Memang setelah upacara masih ada waktu 15 menit untuk memulai jam pelajaran pertama setelah selesai upacara
"Ga usah lebay Na, aneh-aneh aja lo" Keisha menggelengkan kepala takjub akan pemikiran Alena "Lo mau mati berendem di kulkas? Lanjutnya
"Sembarangan woi!"
"Eh iya itu si Sinta gimana kabarnya masuk sekolah mulai kapan?" tanya Alena
"Katanya besok udah bisa masuk kok udah enakan badannya" ucap Keisha setelah mengecek ponselnya melihat balasan kabar dari sahabatnya Sinta yang kini dirawat di Rumah Sakit karena sakit Typus
"Syukur deh kalo gitu, udah kangen juga sama Sinta"
"Yeee kalo ada orangnya debat mulu kalau lagi ga ada kangen kan lo dasar!"
Alena cengengesan "Ga debat sama dia tuh ga enak Kei"
"WOI ADA CEWEK YANG NEMBAK ARKA DI LAPANGAN BURU LIAT!" teriakan menggema datang dari kelas XI Ipa 3 membuat beberapa anak keluar kelas untuk melihat dan pastinya penasaran siapa cewek yang nekat menembak Arka di tengah suasana selesai upacara seperti ini.
Setelah insiden Retta Maharani siswi paling cantik di sekolah anak kelas XI Ips 3 nekat menembak Arka di lapangan pada saat jam istirahat pertama. Namun jawaban singkat dan pedas seorang Arka membuat Retta berlari menjauh tidak kuat menahan air mata yang akan menetes dan menahan malu karena disaksikan oleh hampir seluruh pasang mata siswa-siswi yang ingin ke kantin. Sejak saat itu siswi-siswi di SMA Pelita Bangsa tidak ada yang berani menembak Arka karena tak ingin berakhir patah hati. Namun kejadian tersebut terulang kembali hari ini membuat mereka semua penasaran siapa cewek yang kali ini akan ditolak Arka dengan kalimat pedas andalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKA
Teen FictionArka sosok yang dikenal dengan sikap dingin dan kata-kata pedasnya itu membuat hampir semua siswi di SMA Pelita Bangsa enggan untuk mendekati. Karena tak mau mengambil resiko ditolak dan berakhir patah hati. Meski begitu ketampanan seorang Arka Daf...