Tuhan aku bingung, mengapa papa, mama bercerai? Bukankah dulu mereka saling mencintai, menyayangi, mengungkir mimpi-mimpi indah untuk membangun sebuah keluarga.
Bukankah ketika pacaran mereka mencoba untuk saling mengenal, saling beradaptasi, saling mengerti, memahami satu sama lain? Masa pacaran mereka di isi dengan tawa ria penuh pujian, impian khayalan yang indah-indah.
Lalu mereka bertunangan untuk saling mengikat janji dan belajar bersama sebelum memasuki jenjang pernikahan. Setelah mereka merasa cocok baru melangsungkan upacara dan pesta pernikahan dengan sakral dan meriah disaksikan para tamu undangan.
Setelah itu hari-hari dinanti dan bila saatnya tiba, karunia Tuhan menyapa, menganugrahi sang istri untuk mengandung dan memelihara kehidupan, melahirkan anak-anak yang manis hasil buah cinta mereka.
Jika kenangan manis itu direnungkan, lalu diresapkan dan dihayati sungguh-sungguh apa arti sebuah tanggung jawab dan cinta kasih yang melibatkan Tuhan sebagai saksi cinta mereka, tentunya tidak akan terjadi perceraian seperti sekarang ini.
Mengapa sekarang yang ada hanya mencaci maki, saling tuduh, saling menyalahkan? Pertengkaran terus menerus bergulir tak henti-hentinya, saling bersilat lidah. Mereka seperti panglima perang yang tidak mau saling mengalah. Mereka saling memberondongkan segala keburukan dan kelemahan masing-masing.
Tidak ada lagi kata sayang dan pujian, tapi saling memaki, saling berantem. Bahkan tak jarang saya melihat mereka bukan hanya sekedar perang mulut, tapi adu kekuatan, saling tampar, saling tinju, saling bergulat, menjambak rambut seperti pemain sumo yang tidak menghiraukan jeritan dan tangisan anak-anaknya yang ketakutan. Anak-anak itu bilang " kami hanya bisa diam menahan hati yang luka penuh ketakutan atau sembunya di kolong tempat tidur, karena kami takut kena hantaman juga."
Tuhan apakah aku masih menjadi buah cinta bagi mereka? Ataukah hanya beban yang hanya diperebutkan? Mereka mau pamer siapa yang lebih kuat, siapa yang lebih berhak, siapa yang lebih kuasa dan punya uang! Tuhan aku bukan barang kan, yang harus terus menerus diperebutkan? Aku bingung untuk memilih ikut siapa karena semua kucintai.
Semua adalah orang tua ku, yang ku butuhkan untuk melindungiku, mendampingi ku, mendidikku, memelihara ku dan memberi sebersit kedamaian ketentraman dan masa depan yang cerah.
Tapi apakah mungkin masa depan ku cerah kalau setiap hari di rumah penuh kabut, penuh kemelut yang terus berlanjut dari hari ke hari?.
Kadang papa ngambek gak mau pulang dan itu berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Entah kemana dia, kadang mama shooping, pergi juga berlama-lama, menghibur diri, juga tak tahu kemana. Dan bila keduanya telah puas terbang kesana kemari dan kembali kerumah lagi, pertengkaran terjadi lagi. Rumah jadi ajang perang dan mengobarkan hati mereka yang semakin berang, suasana menjadi panas. Tak ada titik terang kedamaian.
Di antara mereka tidak ada yang saling mengalah, aku pun hanya bisa pasrah, kalau boleh memilih, lebih baik aku tidak dilahirkan, karena sungguh aku tak tahan dengan semua ini, dengan pertengkaran yang tanpa henti. Sepertinya, aku tidak hidup dirumah sendiri, tapi dineraka pertarungan suami istri.
Oh mengapa dua manusia yang harusnya saling bersatu saling berseteru, mengumbar amarah yang terus menerus menggebu? Anak anak seperti diri ku, seharusnya gak kehilangan hal-hal yang lucu, yang kami butuhkan, masa kanak-kanak yang menyenangkan, tapi kini yang ada hari kami sedih dan pilu. Tuhan kapan perceraian ini bisa diatasi? Dan mereka yang bercerai bisa di persatukan lagi?
(Ungkapan hati.)___________________________
Maaf kalau banyak typo;)
Gimana? Mau di lanjut gak?😁 kalau mau komen yah!😊
Dan bantu vote juga, biar aku semangat ngetiknya!🤗
Bye😘❤
-110619-
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
Short StoryAnak sebagai buah hati orang tua seharusnya mendapat kasih, bimbingan, pendidikan, perhatian dan pertumbuhan dalam suasana yang aman damai dari keluarga sehingga nantinya dia berkembang menjadi manusia utuh, yang menjadi berkat bagi diri sendiri dan...