Gio anak yang tampan dan pandai, dia punya banyak bakat. Dia beruntung bahwa lahir dari keluarga berada, namun sejak kecil dia tidak mengenal siapa ayahnya.
Pada saat dia kelas 5 SD dia mulai mencari identitas diri, siapa sebenarnya dia? Dia tidak pernah melihat foto ayahnya di rumah, dia memang punya kakak perempuan yang kini tinggal di Amerika, sesekali saat liburan kakaknya kembali ke Indonesia. Suatu saat dia tau bahwa dia satu ibu dengan kakak perempuannya, namun beda ayah, namun Gio tidak pernah tahu siapa ayahnya.
Setiap kali dia bertanya kepada mamanya, selalu bentakan yang dia dapat " jangan pernah bertanya tentang papamu, yang penting kamu bisa makan enak, sekolah dan mama beri banyak uang." Bentak mamanya setiap Gio bertanya.
Perkataan itu sangat melukai Gio. Tidak hanya itu, Gio hanya diasuh oleh baby sitter, dan bibi pembantu rumah tangga. Mamanya sering pergi keluar kota. Bahkan keluar pulau berhari-hari. Bahkan yang menyakitkan Gio, mamanya berhubungan dengan banyak lelaki yang diajak kerumahnya, sedikit pun dia tidak memperhatikan Gio. Hanya uang, makanan dan segala permainan yang diberikan kepada Gio, tapi semua itu yang dibutuhkannya. Gio membunuh kesepiannya dengan surfing internet ke situs porno. Dia juga mogok belajar, sebagai rasa protes terhadap perlakuan mamanya.
Apa yang dilakukan Gio diketahui oleh pegawai kantor mamanya bahwa Gio telah kecanduan nonton film porno di internet. Namun mamanya tak menghiraukan, dan tidak mempercayainya. Pikirnya mana mungkin, Gio kan masih kecil, Gio hanya membutuhkan makan, dan mainan.
Mamanya tipe seorang wanita pekerja keras yang tidak punya perhatian pada anaknya. Dia juga amat kesepian dan pelariannya adalah menaklukkan setiap laki-laki yang disukainya. Kalau dia sudah menyukai seorang pria apa saja yang diminta pria itu akan diberikannya. Bahkan kalau perlu keluarga sang pria dijerat dengan uang dan harta benda supaya mangsanya merasa berhutang budi. Ini selalu dilakukan pada pria yang menjadi sasarannya. Baginya anak adalah urusan baby sitter dan pembantu, bukan urusannya.
Bukan Gio saja yang kena dampaknya, tapi juga Rachel anaknya yang di Amerika. Rachel kakak perempuan Gio pulang dengan badan kurus kering karna kecanduan narkoba. Meskipun dua anaknya telah jadi korban ketidak perduliannya, dia masih terus mengumbar kesukaannya memburu laki-laki.
Baginya pria adalah barang yang bisa ditaklukkan, dibeli, dijadikan boneka, dan habis manis sepah di buang. Untuk menaklukkan pria sangat mudah, dengan hartanya, dengan black magic, sampai pria itu benar-benar lupa daratan dan bisa menipulasi semaunya.
Meskipun perbuatannya yang tidak baik itu diketahui, supir, pembantu, dan baby sitter, dan ada orang yang menasehatinya dia tidak mau mendengar.
Baginya hidup adalah kesenangan dan menang dalam pertaruhan. Bahkan dia mau sama supirnya dan pegawai bawahannya, asal bisa memuaskan nafsu nya. Termasuk ayah Gio adalah mantan pegawainya yang ditaksirnya mati-matian tapi begitu ada pria lain yang lebih yahut, ditinggalkannya pria yang lama.
Untuk memburu dan memperebutkan pria dia pantang mundur walau harus bertengkar dengan istri si pria yang ditaksirnya, kejadian ini diketahui oleh para tetangga yang suatu malam menyaksikan pertengkaran hebat dia dan istri pegawainya, yang mendapati dia sedang selingkuh.
Semua cerita ini terekam oleh si Gio kecil yang waktu masih kelas 3 SD. Rasa malu dan proses, menukik dihati Gio, dia tidak mau berteman. Seperti yang dilakukan mamanya yang juga tidak mau kenal dengan tetangga.
Bagi Gio, sama dengan anak-anak korban perceraian, hidup dalam kelimpahan bukan membuat hatinya bahagia. Yang diinginkan adalah keutuhan rumah tangga, perhatian dari orangtuanya.
Gio yang cerdas dan yang apatis, cuek, mudah marah, mudah tersinggung, dan emosinya labil. Sahabat satu-satunya yang menjadi penghibur dirinya adalah brwosing situs porno dan main game.
Dia tidak mau peduli pada sesama, lingkungannya, walaupun di hati kecil nya dia merindukan persaudaraan dan persahabatan dengan seseorang. Hal ini terbukti sewaktu pegawai mamanya yang mengetahui kebiasaan Gio, dan mendekati, berbicara serta menyadarkan Gio dengan lembut.
Gio menumpahkan tangisnya, meraung-raung dan dia mengatakan " Saya butuh orang seperti tante yang mengerti aku. Tidak memaksa dan membentak-bentak seperti mama, yang tidak pernah mau peduli dengan diriku. Mama hanya memaksa aku untuk belajar ini, itu tapi selalu pergi dengan laki-laki yang bukan papa ku. Aku benci semua ini tante, aku benci, lebih baik aku mati saja dan tidak punya mama. Mungkin lebih baik aku tidak pernah dilahirkan kalau hanya ditelantarkan saja.
Selama ini hidupku hanya diserahkan kepada pembantu yang berganti-ganti karena juga tidak tahan dengan perlakuan mama yang kasar penuh makian. Aku sakit sangat sakit, selalu diperlakukan seperti anak kecil. Aku malu... Sangat malu, karena mama selalu berganti laki-laki. Saya tidak pernah tahu siapa papaku, karena saya tidak pernah diberi tahu, kalau aku bertanya pada mama, saya malah dimarahi, dan dimaki-maki. Sebagai seorang anak saya ingin tahu siapa papaku, ingin bertemu papaku, tapi itu tidak pernah terjadi, kakakku punya papa tapi dia bukan papaku. Saya tahu kakak juga menderita karena juga dipisahkan dari papanya. Bagiku harta yang dimiliki mama, dan selalu dikejar mama adalah mengumpulkan uang sebanyak mungkin itu tidak berarti bagi ku. Saya tahu mama kesepian tapi mama tidak mau menyadari, dia bahkan mengejar laki-laki untuk memuaskan dirinya. Kalau diingatkan sanak-saudaranya tentang hidupnya yang tidak benar, mama malah marah dan memusuhi saudaranya. Hubungan dengan keluarga mama tidak baik. Rasanya saya tidak punya siapa-siapa selain pembantu dirumah ini."
Kata-kata ini keluar dari mulut Gio yang merupakan ungkapan seorang anak yang penuh kejujuran dan harapan bahwa saat situasi akan berubah. Dia memang sangat kesepian, jika dia bermain sendirian dia berbicara sendiri. Sering matanya menatap kosong jauh terbalut kesedihan yang mendalam.
Dia menginjak remaja awal, usianya 13 tahun, beberapa kali dia melarikan diri dari rumah orangtuanya ke rumah saudaranya, karena dia tidak tahan akan situasi yang menghadapinya. Tapi setiap mamanya menjemput dia kembali kerumah lagi, karena dia memang belum bisa hidup sendiri. Antara diri yang tak berdaya yang butuh hidup, serta keadaan rumah tangga mamanya yang semrawut.
Gio menjadi begitu tertekan stres dan semakin pendiam. Prestasinya menurun drastis, dia mengalami 2X tidak naik kelas. Semakin dia di paksa untuk belajar semakin dia mogok untuk menunjukkan protesnya.
Kepedihan dan kesepian Gio sulit tertolongi lagi, karena tante teman curhatnya yang selalu setia mendengar keluh kesahnya kini keluar dari kantor maminya. Dia keluar seperti yang dialami karyawan dan karyawati lainnya. Tidak tahan karena makian dengan kata-kata kotor mamanya Gio.
Sebenarnya sebagai wanita yang lembut hati, tante Ira ( demikian biasa Gio memanggilnya ) dia juga tidak tahan untuk meninggalkan Gio yang mengalami depresi. Apa nuraninya tidak tahan terkoyak dengan kata-kata kotor dan perlakuan kasar mama Gio.
Gio anak yang kesepian, penuh penderitaan dan butuh teman itu, kini menderita sendiri dalam kesepian dan kesendiriannya. Sungguh kasihan keadaannya anak yang layu sebelum mengalami pemekaran masa remaja nan indah.
___________________
Jangan lupa vote + komen yah!😁😁
Untuk chapter kedepaanya, aku up 2 hari sekali yah:)
See u😘❤
Maaf banyak typo;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
Short StoryAnak sebagai buah hati orang tua seharusnya mendapat kasih, bimbingan, pendidikan, perhatian dan pertumbuhan dalam suasana yang aman damai dari keluarga sehingga nantinya dia berkembang menjadi manusia utuh, yang menjadi berkat bagi diri sendiri dan...