Yiran sudah sampai di depan kelas tapi ia terlihat sangat kelelahan karena sedang buru-buru mengejar Syifa tanpa alasan yang jelas,
" Eh Hasan...hhh..gu..gue capek," kalimatnya sampai terbata-bata karena kelelahan
" Siapa suruh lari, tahu lemah gitu. Dasar Cireng,"
" Udahlah sebagai ganti rugi nanti lo traktir gue baksonya Bi As,"
" Idih enak bener hidup anda, yang anak sultan kan elu," jawab Syifa dengan tatapan mengejek.
" Lo kira anak sultan duitnya ga terbatas, gue udah beli parfum makanya lagi dikit duit gua,"
" Emang lo beli berapa?",
" Delapan,"
" Busyet dah, parfum paan si lu beli segitu banyak. Buat berapa taun tu?"Kata yang diucapkan Yiran sangat jauh dari dugaannya.
" Ih itu kan parfumnya member BTS, limited edition," Yiran menyebut itu dengan sangat bangga di hadapan Syifa.
" What? Kasi gue satu dong, lu kan beli delapan sedangkan member BTS ada tujuh,"Syifa sangat berharap bisa mendapatkan satu dari parfum itu.
" Tenang Hasan, emang khusus ko buat elu. Kan lu suka Kim Taehyung, jadi gue kasi yang buatannya dia," Lagi-lagi Yiran membanggakan dirinya dan tak lupa ia langsung mengambil parfum yang sudah ia bawa.
" Makasi Cireng sayang deh sm lo," ia mengatakan itu sambil terus melihat parfum yang diberikan Yiran.
" Jan lupa traktiran bakso Bi As."
Syifa sudah lupa dunia luar karena sekarang sedang asyik menatap parfum itu lalu menyemprotkannya. Ah dia merasa bisa mencium aroma tubuh biasnya dari jarak dekat seakan-akan dia berada di sana. Saking sibuknya ia malah menggangguk dan berjanji akan mentraktir Yiran bakso Bi As, padahal ia sangat tahu bahwa dirinya sedang dalam krisis moneter. Inilah mengapa ada hadis yang mengatakan, " Jangan berjanji ketika kau sedang senang."
***
Bel istirahat sudah berbunyi, ini menandakan bahwa siswa SMA Tunas 1 boleh keluar istirahat. Tapi Syifa sangat tidak tertarik untuk ke kantin, karena ia sedang dalam masa kanker (kantong kering), ga kering-kering amat sih. Saat sedang asyik, tiba-tiba adiknya Alvin duduk di kusi yang ada di depan mejanya dan menyodorkan kotak bekal. Syifa mengernyit, tidak biasanya Alvin membawakannya kotak bekal seperti ini. Dan ia sangat terkejut kenapa bisa ia mengenakan pakaian SMA?
"Ini buat lu, disuruh Bunda. Gue terpaksa, karena disogok Bunda sih. Kata Bunda lu lupa bawa dompet ya?"
" Ha? Dompet, gue lupa bawa dompet? Aduh mati lah gue,"ia bertanya seperti orang yang bego karena menanyakan miliknya sendiri.
" Kenapa si? Baperan banget lu, Cuma dompet juga,"
" Ini berhubungan dengan hidup dan mati tahu, lu tahu kan si Yiran kek gimana manjanya. Dan gue mati kalo ngelanggar janji?"
" Eh Kak Yiran si emang gitu, tapi emang kenapa? Owh gue tahu, lo ga sengaja bilang mau traktir dia jajan ya?"tiba-tiba saja itu hal yang paling memungkinkan keluar dari kepalanya.
" Ternyata emang bener ya kita sodara, terharu gue. Kasi pinjem duit dong Alvin," dengan nada memohon ia sangat berharap
" Gue belum siap kehilangan lo, ni gue kasi."
Beberapa detik kemudian Yiran datang dan menyapa Alvin, ia dengan sangat cepat menyeret Syifa untuk pergi ke kantin. Alvin masih diam terpaku, sekarang ia merasa canggung karena orang-orang yang ada di kelas itu menatapnya. Tanpa memikirkan rasa malu ia hanya tersenyum lebar dan kemudian berlari meninggalkan kelas itu. Para gadis yang melihat Alvin tersenyum sangat bahagia,
" Dia siapanya Syifa ya? Ganteng banget, senyumnya itu lo Masyaallah. Nanti gue minta dikenalin deh sama Syifa," kata salah satu teman kelas Syifa.
" Emang lu berani ngomong gitu ke Syifa, kan lu tahu Syifa dinginnya kek gimana. Dia mah ga pedulian orangnya." Jawab salah satu dari mereka.
***
Dengan uang yang dia dapat dari Alvin akhirnya dia bisa selamat dari amukan dan serangan Yiran dan sekarang Yiran sedang lahap memakan bakso yang sudah dipesan. Tapi tiba-tiba saja terlintas di pikirannya, di mana Alvin dapat seragam SMA Tunas 1? Jelas-jelas tadi dia kan pakai seragam SMA, lalu bagaimana caranya bisa keluar dari sekolahnya. Dasar anak itu, pikirnya. Dia sedang berfikir keras kenapa dan kenapa tentang Alvin adiknya sampai tidak sadar kalau Yiran memanggilnya dari tadi. Ketika sadar ia langsung menoleh ke arah Yiran. Tanpa ditanya ia tiba-tiba mengatakan,
" Tadi gue liat si Alvicenna di gerbang sekolah lagi ngomong sama orang,"
" Terus?" tanya Syifa sambil mengernyitkan dahi
" Peka banget kalo ada dia, bahkan dari jauh bisa dilihat. Emang dah bucin mah begini"
" Biarin, yang penting gue suka"
Dengan percapakan mereka yang singkat, Syifa jadi tahu kalau ternyata Yiran masih sangat menyukai Alvin walaupun dia sering menglihkannya dengan menyukai orang lain. Tapi begitulah keberannya, jika kita sangat menyukai seseorang. Yiran sudah tahu siapa orang yang benar-benar dia sukai, bagaimana dengannya? Apakah ada seseorang yang akan dia sukai di masa depan? Tapi a tidak terlalu berharap akan ada orang yang menyukai. Tidak ada satupun orang yang benar-benar dia sukai secara keseluruhan, kebanyakan cowok-cowok yang dia suka itu ya cowok yang bisa jadi penyegar mata aja. Bukan cowok yang bersedia ada untuk dia.
Flashback: Alvicenna
Alvin belum terlalu lama mondar mandir di depan gerbang SMA Tunas 1. Dan sekarang ia sangat bingung bagaimana caranya bisa masuk dan memberikan bekal kepada kakaknya. Ia sangat merasa sangat jengkel karena pak satpam itu mengira ia berbohong dan mengira ia datang untuk mengunjungi pacarnya. Kalau ia tidak segera memberikan bekal yang ia bawa, ia akan terlambat kembali ke sekolahnya walaupun ia tahu SMP Tunas 1 ada di samping SMA Tunas 1. Kemudian ia melihat situasi di sekitar yang mungkin dia bisa meminta tolong kepada seseorang, dan ia menyeadari ada satu orang yang duduk lumayan dekat dari keberadaannya.
" Bang! Bang! Oi, Bang! Suara gue kurang besar yak? Ato salah nyebutnya?"
" Bang! Mas! Oi, Mas! Kakak, Kakak yang lagi duduk minta tolong dong"
Karena merasa terpanggil dia mendekati Alvin dan bertanya apa yang bisa ia bantu. Ia mendekat dan tanpa basa basi langsung berceloteh,
" Maaf dek, bisa buka maskernya dulu kalau mau berbicara,"
Astaga Alvin baru sadar kalau ia sedari tadi menggunakan masker untuk menutupi identitasnya
" Owh pantes pake masker, mukanya ganteng gitu. Takut dikeroyok ma cewek-cewek kan?"
Baru saja ketemu tapi orang itu bicara tanpa disensor, sangat blak-blakan.
" Eh, iya. Aduh bukan itu maksud gue, kalo lo tahu si Syifa Al-Hasan. Minta tolong kasi ini ke dia," sambil menyodorkan kotak bekal yang ia pegang.
" Maaf saya ga bisa ke sana, saya harus di sini karena saya anggota OSIS yang bertugas untuk tidak membiarkan murid dari sekolah lain masuk."
" Busyet dah mampus gue, blak-blakan banget sih orang ni," Alvin bebicara seperti nyamuk terbang yang tidak jelas suaranya.
" Saya bisa bantu kamu dengan syarat ayo kita ke kamar mandi dan lepas seragammu,"
"HA? Woi gue bukan orang yang suka begituan ya,"
Setelah menjelaskannya akhirnya Alvin mengerti dan mereka segera ke kamar mandi tanpa ketahuan pak satpam.
" Makasih ya seragamnya kak..?"
" Nama saya Syawal,"
" Owh, makasih Kak Syawal"
" Iya, sama-sama Alvicenna Al-Hasan. Kamu Cuma punya waktu 15 menit dari sekarang," jawabnya dengan senyum yang sangat penuh arti
" Ko tahu? Nama?" wajah Alvin sangat kebingungan sekaligus tercengang sampai akhirnya Syawal menunjuk ke papan nama dari seragam yang ia kenakan.
Setelah Alvin pergi Syawal menetap di kamar mandi sampai Alvin kembali, ia terus saja mengembangkan senyum yang sangat penuh arti. Tidak mungkin kan Syawal tertarik dengan Alvin?
YOU ARE READING
L.O.U
RandomLet me L.O.U.. Cerita tentang dia yang penat akan lelaki, dia sudah tidak ingin menyukai siapapun lagi. Bukan karena cintanya yang tak terbalas tetapi, sudah banyak temannya yang hilang karena mereka menyukai orang yang sama. Dia bosan, sangat bosan...