Syifa merasa sangat berterima kasih kepada adiknya karena sudah dibawakan makanan, ia tidak menyangka ternyata ibunya begitu perhatian padanya. Ia juga menyesal karena dari kemarin ia tidak pernah makan, dan begitu beruntungnya ia karena maagnya tidak kambuh. Syifa sangat benci dirinya jika maag itu kambuh. Mungkin terlihat biasa saja bagi orang lain, tapi Syifa begitu membencinya karena ia bertingkah laku seperti orang yang mabuk jika maag. Itu memang sangat tidak biasa, seharusnya orang biasa akan terbaring di atas ranjang yang meringis kesakitan. Tapi Syifa akan menggila dan meluapkan segala yang ada di dalam benaknya, ya seperti orang yang mabuk. Tentu saja keluarganya tahu akan hal itu, jadwal makannya benar-benar diatur ketat oleh ibunya. Akan benar-benar merepotkan jika orang lain melihat Syifa seperti itu.
Begitu ia pulang dari sekolah ia disambut oleh senyum yang menakutkan dari ibunya. Ia tahu apa yang akan terjadi, pasti ibunya akan memarahinya,
" Aduh anakku yang manis, kau baru pulang rupanya. Rotinya udah dihabiskan?" nada bicaranya sangat lembut tapi entah mengapa tatapannya begitu mengintimidasi.
" Udah kok Bunda, hehe,,,makasi ya Bunda," ia coba berkata-kata yang lembut agar ibunya tidak marah tapi sepertinya sudah terlambat.
" Bagus deh,, besok kalo kakak ga makan sekali aja dalam sehari. Bunda bakal kasi kakak hukuman," terdengar mangancam tapi senyumannya.
" Eh Bunda kok gitu, masa Bunda ga bakal ngasi kakak makan gitu seharian? Nanti maagnya kambuh gimana?" ia mengatakan hal itu karena berfikir hukumannya adalah tidak makan seharian.
" Siapa bilang Bunda ga bakal ngasi kamu makan? Justru sebaliknya, kalo kakak ga makan satu kali dalam sehari itu Bunda bakal ngasi kakak makan 2 porsi dari biasanya. Dan itu hukuman untuk sehari, oke?"
" Ha? Bunda ko gitu sih? Bunda kan tahu kakak ga bisa makan banyak-banyak,"
" Makanya jangan langgar peraturannya ya?"
Tiba-tiba saja dari balik sofa muncullah Alvin dan berkomentar
" Ngelanggar juga gapapa ko Fa, nanti kasi aja ke gue makanan yang lebihnya,"
" Adek, siapa yang ngajarin manggil kakaknya 'Fa' dan 'gue'?", tatapan mengintimidasi itu muncul lagi
" Sori Bunda, kebawa dari sekolah," kata Alvin sambil cengengesan
" Kalo Bunda denger adek ngomong gitu lagi Bunda kasih hukuman juga ya,"
" Porsi makanan adek mau ditambah? Wah,,kalo gitu sih mau Bun," walaupun tahu ia sedang diintimidasi Alvin tetap berusaha bercanda
" Bukan, tapi Bunda pindahin kamu sekolah."
" What? Mom it's too..." ia tidak berani melanjutkan kata-katanya.
" What? Is it too much? Makanya jangan dilanggar adek ganteng,"
Sedari tadi Syifa mendengar percakapan mereka dan seakan-akan dianggap tidak ada di sana. Karena sudah bosan mendengar ocehan dua orang itu ia pergi ke kamarnya. Bukan hal baru baginya kalau ibunya terlalu ketat tentang ia dan adiknya, apalagi dalam hal makanan. Ibunya bernama Mutia adalah seorang ahli gizi yang sangat mengerti tentang bidang gizi tentunya. Makanan yang mereka konsumsi tidak boleh melenceng dari 4 sehat 5 sempurna. Mungkin akan terfikir bahwa ibunya selalu memberi makanan yang amat sehat, tapi nyatanya tidak begitu. Ibunya selalu membuat makanan yang bervariasi karena tahu ia dan Alvin sangat cepat bosan tentang makanan. Syifa menyadari bahwa ibunya sangat menyayanginya dan sekarang ia sangat merindukan ayahnya yang jauh di sana. Ia tidur untuk beberapa saat untuk menyimpan kejadian hari ini jauh di dalam memorinya
***
Jam sudah menunjukkan pukul 5 lebih, Syifa segera bangun dan membersihkan dirinya. Karena lapar ia pergi ke dapur dan mencari cemilan. Ia merasa bosan dan akhrnya memutuskan untuk pergi ke ruang tamu dan menonton TV bersama adiknya. Alvin sangat serius menonton TV, dan Syifa tidak ingin mengganggunya. Ia tidak peduli saluran apa yang sedang ditontonnya bersama Alvin, dia tetap menatap ke layar TV sambil terus makan kacang mete yang ada di dalam toples yang sedang ia pegang. Sudah 5 menit labih akhirnya Alvin menyadari keberadaannya.
" Fa, di sekolah lo banyak cewek cantik ga?," Alvin asal-asalan meilih topik pembicaraan
" Banyaaaaaak buanget, mau dikenalin?" godanya
" Mau dong," jawab Alvin menggoda.
" Ini kan," sambil menunjukkan wajahnya yang sok imut
" Njir, ga tertarik gue ma muka lu," katanya sambil mengalihkan pandangan
" Bundaaaaa,,,, ini si Alvin tadi dia bilang gu....." Alvin langsung membungkam mulutnya karena Alvin tahu apa yang akan dia katakan.
" Jan gitu dong kakak, nanti kalo adek pindah yang pergi sekolah sama kakak siapa?"
Tiba-tiba ibunya berteriak memanggil Syifa,
" Kakak bilang apa barusan, adek emang bilang apa?" tanyanya sambil berteriak dari dapur.
Alvin terus memelototinya dan terus menjawab," Alvin katanya mau kue Bunda"
" Ha kue? Jangan makan kue dong Bunda udah buat makan malem ni, nanti kalian gemuk lo makan banyak gitu." Teriak ibunya dari dapur
" Yes, Mom." Jawab Alvin sambil tersenyum seolah olah dia menang.
Sambil menunggu makan malam mereka melanjutkan menonton sampai akhirnya Syifa penasaran dan bertanya,
" Eh, tadi kamu pake seragemnya siapa masuk ke sekolah saya?" Dia bertanya tapi untuk beberapa saat Alvin tidak bergeming sampai akhirnya ia bertanya kembali.
Alvin entah mengapa berfikir keras untuk menjawab pertanyaan kakaknya yang simpel. " Ga tau namanya, tapi yang jelas dia bilang lagi jaga gerbang biar ga ada murid dari sekolah lain yang masuk ke sana."
" Anak OSIS, tapi ko mau bantu kamu sih?" penjelasan Alvin terdengar sangat membingungkan
" Mana tahu, mungkin dia su..."
" Apaan? Su, apaan tu su?" tanya Syifa penasaran
"Su..su..sudah saatnya makan malam kakak, ayo kita makan. Nanti di marah Bunda lho." Legalah rasanya karena ia bisa mengalihkan topik karena mencium aroma wangi dari dapur yang menandakan ibunya sudah selesai masak.
" Maksud Alvin tadi siapa ya, ko kayak ga mungkin gitu mereka ga nanyain nama? Dan siapa anak OSIS yang baik banget kasih murid dari sekolah lain masuk sana tanpa kekhawatiran? Curiga deh."
Lelah berfikir, akhirnya Syifa pergi ke ruang makan setelah ibunya berteriak memanggilnya untuk segera ke dapur dan makan malam.
YOU ARE READING
L.O.U
RandomLet me L.O.U.. Cerita tentang dia yang penat akan lelaki, dia sudah tidak ingin menyukai siapapun lagi. Bukan karena cintanya yang tak terbalas tetapi, sudah banyak temannya yang hilang karena mereka menyukai orang yang sama. Dia bosan, sangat bosan...