Bunyi bel apartemen mengagetkan Kalya hingga buku yang tadi dibacanya jatuh menimpa wajah. Akh, tidak. Bukan Kalya yang sedang membaca buku, tapi ia yang dibaca oleh buku karena matanya justru memejam dan segera larut dalam tidur. Sayang sekali, bunyi bel tadi memaksa Kalya terbangun tak siap.
"Kamu siapa?" tanya seorang pria berumur dengan pakaian kemeja garis-garis.
Kalya tergagap, bingung harus menjawab apa. Pasti orang ini ada hubungannya dengan Nevan.
"Aku ... Kalya. Bapak siapa, ya?" tanyanya ragu-ragu.
"Kamu nggak perlu tahu," jedanya, "ini apartemen Nevan, kenapa kamu di sini?" Mata pria itu menyipit.
Benar, kan, dugaan Kalya, bapak ini memang mengenal Nevan.
"Benar, apartemen ini punya Kak Nevan."
"Oh ... diam-diam dia ngenyewain apartemennya ternyata. Awas itu anak."
Alis Kalya saling tertaut, menatap takut-takut. "Aku nggak nyewa. Kak Nevan yang suruh aku tinggal disini ...."
Kini giliran orang di depannya yang menunjukkan ekspresi kaget. "Bukan numpang sebentar?"
Kalya mengangguk."Bukan." Dia sudah beberapa bulan di sini, dan itu bukan waktu yang singkat.
"Ya udah, saya pergi dulu."
Berlalu, meninggalkan Kalya terbengong.
***
"Kal, gantiin aku bawa makanan ini ke meja yang di sana, dong. Lutut aku mendadak keram."
Walau enggan, Kalya dengan sigap menerima uluran nampan kayu dari Dea. Usai mengantarkan makanan di sudut resto, Kalya kembali ke belakang. Tak ditemukannya keberadaan Dea. Kalya pun memendang ke penjuru ruangan dan menemukan Dea, teman yang bersamaan dengan Kalya saat diterima sebagai pelayan di Skyra.
Termasuk Dea, beberapa pekerja resto sedang menyimak pemuda yang baru Kalya lihat hari ini. Dengan langkah ragu, dia pun mendekat.
"De." Disenggolnya tubuh Dea pelan. "Siapa?" Ekor matanya menyorot pemuda good looking yang sedang berbicara.
"Itu bos kita," bisik Dea tanpa memandang Kalya.
Oh ... Kalya mengguk paham. Pantas saja tampangnya bagus begini, eh ternyata dia pemilik resto yang tak pernah Kalya lihat.
"Sekali lagi saya bilang, sama pelanggan harus ramah. Jangan lupa senyum. Beberapa pelanggan bisa sebel kalau liat muka dongkol kalian. Sebisa mungkin harus bersikap ramah. Pasti kalian tahu itu, saya sekadar mengingatkan kalau-kalau kalian lupa."
"Baik, Pak!" jawab mereka kompak.
"Ayo, balik kerjakan tugas kalian. Harus hati-hati, tapi tetep enjoy, ya. Semangat! Good luck semuanya! Semoga betah kerja di Skayra. Saya pamit dulu, ada urusan lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dependencia (Tamat)
General Fiction(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) Kalya Risaluna memberikan seluruh hidupnya kepada Nevan Pradipa Surya, putra dari donatur terbesar untuk Panti Asuhan Gemintang, tempatnya dibesarkan. Tidak adanya restu dari ayah...