" Masa yang sulit adalah masa yang perlu diperjuangkan lagi "
Aku ingin semua orang bisa mengerti dan menerapkan kata-kata itu, mungkin tidak ada lagi orang yang bunuh diri di luar sana dan tidak ada lagi orang yang menyalahkan Tuhan atas setiap masalah yang mereka alami. Yah... terutama Bahar...
~GIA~Ini semua berawal dari kehidupan yang normal dan terlihat baik-baik saja dengan dimulai adanya seorang gadis kecil yang tengah duduk di hamparan rumput, menikmati hembusan angin yang menerpa wajah mungilnya. Wajah gadis pada saat itu menggambarkan sebuah burung merpati dalam sangkar lalu dilepaskan.
"Gia..." ujar lelaki separuh baya. Iya... gadis itu bernama Giana Wijaya akrab di panggil Gia, Gia anak emas bagi Jeremy Wijaya selaku papa Gia, namun tidak untuk Cathlyn selaku mama Gia. Mungkin karena Cathlyn lebih menyukai anak laki-laki dibanding perempuan.
"Iya pa?" kata Gia kecil.
"Sini nak, duduk disamping papa dan kak James." Gia kecil pun langsung beranjak dari duduknya menuju Jeremy dan James."Hai princess cantikku," sapa James selaku kakak kedua Gia. Entah kenapa Gia sangat suka jika dipanggil dengan kata princess.
"Hai juga kak James," sapa balik Gia kecil.
"Papa dan kak James ada kejutan kecil buat Gia," ujar Jeremy.
"Apa itu pa?" dengan wajah polos Gia menjawab dengan penuh penasaran.
"Tutup dulu mata kamu Gia dengan telapak tangan kamu," perintah James kepada adiknya, lalu Gia pun menuruti perintah dari kakaknya.
"Sudah kak?" Tanya Gia dengan tidak sabar ingin tahu apa yang ada di balik tangan James .
"Sebelum kak James hitung satu sampai tiga jangan dibuka dulu yah matanya," pinta james, Gia hanya mengangguk kan kepalanya. Dan James segera meletakkan tangan didepan hadapan Gia yang sebelumnya terletak di belakang punggungnya."Satu... Dua... Tiga...!" aba-aba Jeremy dan James bersamaan. Gia mulai membuka matanya perlahan dan dia sangat gembira melihat apa yang ada dihadapannya.
"WOW... boneka tangan, yeahhhh Gia punya boneka tangan lagi," Gia teramat senang dan mengambil boneka tangan itu dari tangan kakaknya dan menggenggam erat.
"Ini papa sama kak James yang bikin," kata Jeremy. Walau Gia sering berkali-kali mendapatkan hadiah boneka tangan dari papanya, Gia tidak pernah bosan untuk memainkannya. Apalagi papanya sering memainkan boneka-boneka tangan itu dan sekaligus menceritakan sebuah kisah maupun dongeng kepada Gia. Apalagi ini pertama kalinya Gia mendapatkan boneka tangan bikinan papanya sendiri, yang biasanya Gia mendapatkan dari toko-toko. Gia sangat menghargai apa yang kali ini papanya kasih. Walaupun boneka tangan tersebut tidak sebagus yang dari tokoh tetapi Gia tahu kalo boneka tangan itu lebih berharga.
"Pa... Gia sangat sukaaa sekali dengan boneka tangan ini. Terima kasihhh papa," Kata Gia sambil menatap wajah papanya dengan rasa yang terharu karena Gia tahu betapa sayangnya papanya ke Gia. Lalu kemudian Jeremy hanya mengangguk dan tersenyum menatap kearah Gia.
"Dengan kak James???" sahut James yang memecahkan suasana dengan rasa cemburu karena Gia tidak menyebut namanya, yang seakan-akan James tidak ikut berpartisipasi membuat boneka itu.
"Iyahhh kak James... terima kasih," kata Gia.
"Lah.. gitu dong!!(he he he)," jawab James sambil ketawa kecil.
"Oh iyah Gia, boneka tangan itu mirip Gia loh. Lihat bentuk rambutnya ikal, warna rambutnya juga coklat kehitaman seperti warna rambut Gia" kata James sambil menujuk kea rah boneka tangan itu.
"Wah... iyah, bener. Cantik yah... seperti Gia," kata Gia sambil mengamati boneka tangan di tangannya."Pa... ayo dongengin ke Gia pakai boneka tangan ini," pinta Gia ke papanya dengan manja supaya papanya mau menceritakan sebuah dongeng ke Gia. Tanpa berpikir panjang Jeremy langsung duduk ditempat ia berdiri dan juga di atas rerumputan yang hijau. Setelah mengambil boneka tangan dari Gia, tangan Jeremy mulai berayun-ayun memainkan peran.
------------------------------
Hay semuax😁
Gimana?bagus ga cerita BaharGia?
Seperti biasa jangan lupa vote+comment✨💓 suka maupun gaksuka tetap coment yaa.Salam hangat
Author🎭
KAMU SEDANG MEMBACA
BaharGia
Teen Fiction"Gia.. andaikan kita seperti bulan dan bintang, selalu bersama dan tak akan terpisah". Gia mengerutkan dahinya karena dia bingung akan kata kata kekasih nya itu "Walaupun kita bukan bulan dan bintang, kita tetap bisa bersatu seperti mereka bahar". g...