Cowok berseragam putih abu-abu itu terus berlari menghindari dua lelaki yang mengejarnya. Dia sama sekali tidak peduli, tindakannya ini dilihat oleh orang-orang dan menimbulkan banyak spekulasi. Baginya, yang terpenting terbebas dari anak buah mamanya.
Brak!
Redo mendorong kursi kayu agar menghalangi langkah dua lelaki itu. Dia segera melesat menjauh dan masuk ke rumah paling pojok yang kebetulan terbuka itu. Dia sempat mengedarkan pandang, mencari tempat yang cocok untuk bersembunyi. Hingga dia melihat deretan kayu yang melingkar. Tanpa buang waktu, Redo langsung bersembunyi di balik kayu itu.
"Huh..."
Deru napasnya terdengar putus-putus. Entah, seberapa jauh dia berlari yang jelas sekarang kakinya mulai lelah dan pernapasannya tidak kuat lagi.
"Mas Redo!!" teriakan itu terdengar begitu dekat.
Redo berjongkok sambil memeluk kedua kakinya. Jika, sampai ketahuan tamatlah riwayatnya.
"Nyari siapa, Pak?" Tiba-tiba terdengar suara seorang gadis.
"Lihat cowok berseragam SMA? Rambutnya lebat, panjangnya melebihi kerah. Dia pakai topi warna merah."
Redo menurunkan topinya hingga hampir menutupi kening. Jika, sampai gadis tadi melihatnya, Redo harus siap-siap berlari dan menjauh lagi.
"Nggak ada. Dari tadi nggak ada yang lewat."
Tanpa sadar Redo mengusap dada. Tuhan masih sayang kepadanya hingga dia tidak sampai ketahuan.
"Ayo, cari lagi!!" Tidak lama kemudian suara langkah kaki itu terdengar menjauh.
Redo lega bukan main. Dia langsung duduk di rumput tipis itu sambil menyelonjorkan kaki. Dia tidak siap pulang, tidak. Untuk apa juga pulang jika di rumahnya tidak ada siapa-siapa. Mama dan papanya masih sibuk bisnis dan Redo selalu ditinggalkan.
"Keluar sekarang!!"
Teriakan itu membuat Redo langsung terpenjat. Dia mendongak dan melihat gadis berkaus putih dengan celana pendek hitam tengah bertolak pinggang. Seketika Redo berdiri dan sedikit mengangkat topinya.
"Sorry, gue masuk rumah lo tanpa izin."
"Lo tahu gue lagi di depan pintu. Tapi tiba-tiba langsung masuk."
"Beneran gue nggak tahu!" Seingat Redo, tidak ada satu orangpun yang berada di depan, karena itu dia nekat masuk saja.
"Gue udah nolongin lo. Lo nggak mau ngucapin terima kasih?"
Redo tersenyum tipis kemudian menuruti permintaan gadis itu. "Terima kasih," ucapnya lalu balik badan.
"Cowok nggak jelas. Pasti habis ketahuan nyuri."
Samar-samar Redo mendengar gerutuan itu. Dia langsung menghentikan langkah dan menatap gadis itu dengan satu alis terangkat. "Sorry, lo ngomong apa barusan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Need To Hide
Teen Fiction[TERSEDIA DI DREAME] Redo merasa harus bersembunyi dari orang-orang yang memanfaatkannya. Dia butuh orang-orang yang benar-benar peduli kepadanya, bukan karena dia anak orang kaya dan memiliki uang banyak. Di saat persembunyiannya dia bertemu dengan...