[2] Mati Kau!!

1K 81 5
                                    

Menjelang malam, Redo memilih menginap di hotel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menjelang malam, Redo memilih menginap di hotel. Tubuhnya tidak bisa dipaksa untuk terus mengemudi tanpa tahu tujuan. Matanya mulai terasa perih karena semalaman terpaksa begadang. Ditambah, dia harus mulai memikirkan menata hidup baru. Tidak mungkin dia terus berkendara tanpa tujuan pasti.

Saat berbaring di kasur, punggungnya seperti bertemu dengan tempat yang paling nyaman. Rasa pegal itu berangsur menghilang dan tubuhnya mulai relaks. Ini pertama kalinya Redo kabur dari rumah. Dulu, dia masih sering memaksakan diri untuk pulang meski di sana tidak ada siapa-siapa. Mungkin ini puncak dari kekecewaannya terhadap orangtuanya.

Memikirkan orangtuanya dada Redo kembali sesak. Dia merasa tidak memiliki orangtua, hanya orang yang memfasilitasi dirinya, tidak lebih dari itu. Dari kecil, dia selalu diantar sopir hingga beberapa temannya menganggap sopir itulah papanya. Saat penerimaan rapor juga seperti itu, pembantu di rumahnya yang mengambil. Sedangkan orangtuanya, tidak mau repot-repot meluangkan waktu untuk mengambil rapor. Bertanya nilai Redo saja tidak. Wajar kalau Redo merasa tidak memiliki orangtua.

Selain itu, dia juga tidak memiliki saudara atau teman yang bisa diajak curhat. Satu-satunya gadis yang peduli kepadanya hanya Auryn. Sekarang, gadis itu menjauh untuk mengejar kebahagiaannya sendiri dan Redo ditinggalkan.

"Auryn," gumamnya sambil membayangkan wajah cantik dengan bando di kepala.

Redo seketika bangkit dan menggapai ponsel di nakas. Dia melakukan sambungan video call. Dia rindu gadis itu.

"Halo, Do." Wajah Auryn mulai terlihat, dengan mata yang sesekali terpejam.

"Gue ganggu, ya?"

"Gue mau tidur."

"Boleh minta waktunya bentar?" Redo berharap Auryn mau memberikan sedikit waktu untuknya.

"Oke. Ada apa?"

Wajah Redo berubah semringah. Lelah di tubuhnya entah sekarang menghilang ke mana. Dia duduk bersila sambil terus memperhatikan wajah Auryn. "Gue kangen, Ryn. Gimana kabar lo?"

Auryn terlihat geleng-geleng seolah tidak percaya jika Redo merindukannya. "Kabar gue baik. Lo?"

"Emm. Nggak pernah lebih baik."

"Ada masalah? Gue sama Virgo besok ke tempat lo, ya."

Redo menunduk dengan senyum kecut. Andai hanya Auryn saja yang datang, pasti Redo akan menyambut dengan gembira. Namun, gadis itu selalu melibatkan Virgo dan Redo tidak ingin banyak merepotkan orang lain.

"Gue nggak apa-apa kok," jawab Redo dengan senyum terpaksa. "Setelah lihat wajah lo, masalah gue jadi ilang."

"Gombal!!!"

"Beneran."

Keduanya saling diam, memperhatikan wajah lawan bicaranya masing-masing. Redo tidak tahu mengapa bisa menyayangi Auryn begitu dalam. Mungkin hanya gadis itu yang tidak terpengaruh dengan uangnya. Mungkin hanya gadis itu yang berlaku apa adanya, dan Redo butuh seseorang seperti itu.

You Need To HideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang