낮 12:30
Dosan Neighborhood ParkTidak jauh dari office-telku, hanya butuh 10 menit berjalan kaki untuk sampai di taman ini. Selama diperjalanan kami banyak mengobrol seperti pasangan yang baru bertemu setelah long distance relationship.
Taman ini di sekitar daerah agak kelas atas, tetapi untuk masuk taman ini gratis tanpa dipungut biaya. Tepat di seberang pintu masuk taman adalah bangunan Sulwhasoo emas. Setelah aku baca sejarah singkat yang ada di plang, aku menyadari bahwa ini adalah taman memorial untuk seorang pria yang dikenal sebagai Dosan Ahn Chang-ho.
Menarik, pikirku.
Kicauan burung khas menggema di sekitaran sini. Tidak ada banyak bunga, namun sangat rimbun dengan semak dan pohon.
Mungkin karena aku yang terlalu sibuk dan enggan untuk sekedar chilling out, sehingga aku tidak tau ternyata Sinsa-dong mempunyai taman yang lumayan indah. Bertambah indah karena dihiasi cherry blossom dan tentunya juga karena Jimin berada di sampingku.
"Kamu tau kenapa aku ajak kamu ke sini?"
"Karena gratis," jawabku asal.
Jimin mencubit hidungku gemas, "Ada-ada saja. Aku ajak kamu ke sini, karena nuansa taman ini sama seperti yang di Daikanyama,"
Aku mengangguk-angguk paham.
Sebuah piano berwarna hitam elegan terlihat dari kejauhan. Heran, disebuah taman terdapat piano indah seperti itu. Kemudian, Jimin mengisyaratkan untuk mendekati piano tersebut.
Ketika sampai tepat di depan piano, "Kamu pasti tau tentang dewa Apollo, 'kan?"
Aku mengangguk. Siapa yang tidak tau dewa Apollo, sejarah tentangnya sangat terkenal.
"Asal kamu tau, aku tampan dan juga pandai bermain musik seperti dewa Apollo,"
Aku menaikkan sebelah alisku seolah mengejeknya, "Benarkah?"
"Hey, jangan meremehkan aku,"
Sebelah alisku semakin naik membuat Jimin kesal.
"Awas kalau sampai kamu terpesona melihat aku bermain piano!"
Jimin mulai memainkan piano. Jari-jemarinya lihai menekan tuts, entah lagu apa yang ia bawakan, terdengar begitu indah di telingaku. Kuhayati setiap alunan nada yang seakan merasuk kedalam jiwa terdalamku.
Aku semakin terhanyut dalam alunan melodi cinta. Bahkan sampai tak sadar ketika Jimin sudah berhenti memainkan piano.
Jimin melipat tangannya di dada dan membuat seringai kecil, "Sudah kuduga,Seulgi."
"Hm, kamu bisa bernyanyi juga?" tanyaku.
"Tentu, Seulgi. Seperti keinginanmu, ingin mempunyai pacar pandai bernyanyi, 'kan?"
Aku mengangguk semangat, "Bernyanyilah untukku," pintaku.
"Kamu banyak mau," protes Jimin.
"Oh ayolah Jimin," rayuku sambil bergelayut manja di lengannya.
"Satu kecupan, satu baris lagu. Bagaimana?" tawar Jimin.
"Satu bait, satu kecupan. Bagaimana?" tawarku balik.
Jimin tersenyum geli, "Setengah baris, satu kecupan kalau begitu,"
"Oke, fine satu kecupan, satu baris lagu."
Pasrah. Jimin ternyata tidak mudah goyah. Cherry blossom yang mekar seolah kalah dengan merekahnya senyum kemenangan Jimin.
Tangan kirinya menggenggam tangan kiriku. Tangan kanannya menyentuh pipi kananku, kemudian ia mulai bernyanyi, "Chuun gyeoul kkeuteul jina," Jimin menyodorkan pipi kanannya menagih satu kecupanku untuknya.
Cup. Aku mengecupnya seraya tersenyum.
Jimin mengelus lembut pipiku, "Dasi bomnari ol ttaekkaji," Ia menyodorkan pipi kirinya menagih satu kecupan lagi.
Cup. Lagi, aku mengecupnya.
"Kkot piul ttaekkaji," Jimin menunjuk bunga yang mekar, kemudian ia menyodorkan keningnya menagih satu kecupan lagi, lagi.
Cup. Lagi, lagi, aku mengecupnya. Kali ini sedikit lebih lama, aku seakan menyalurkan desir dari hatiku melalui kecupan di dahi Jimin.
Jimin mencubit hidungku gemas, "Geugose jom deo meomulleojwo," Ia menyodorkan hidungnya menagih satu kecupan lagi, lagi, dan lagi.
Cup. Aku mengecupnya tak kalah gemas.
Perlahan Jimin membelai bibirku. Ia menyanyikan baris terakhirnya, "Meomulleojwo,"
Diakhiri senyuman, Jimin masih membelai bibirku, "Spring day dari BTS," ucapnya seraya menyatukan bibirnya dengan bibirku.
Hingga detik berhenti bergulir. Anginpun enggan bertiup. Ciuman ini tidak untuk diwarnai nafsu ataupun dilumuri oleh gairah. Hangat dengan seluruh rasa.
Jimin melepaskan kecupan singkat ini, "Aku mencintaimu,"
Cinta.
1 kata.
5 huruf.
Beribu makna.
"Aku juga," balasku.
"Aku memang tampan dan pandai bermain musik seperti dewa Apollo. Tetapi, aku tidak jomblo seperti dewa Apollo. Aku punya kamu."
Takdir memang tak pernah main-main. Jimin datang seperti empat musim, tidak terlalu tergesa-gesa, namun indah di setiap sisinya.
🌸🌸🌸
11.53 WIB.
13 Juni 2019.
Finally selesai:)First of all, terima kasih untuk FanficIndonesia yang udah buat kontes ini. Syarat-syaratnya rada susah sih buat aku yang baru nyoba nulis wkwk.
Tapi, setelah 4 hari lama nya mencari ide, akhirnya selesai tertuang di dunia oranye ini hehe.
Semoga kalian suka💓
-Yo
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTTERFLY | JIMIN•SEULGI ✔
Fiksi Penggemar•Didedikasikan untuk Kontes Musim Semi bertema A Spring Trip To Love oleh FanficIndonesia•