ENAM PULUH SATU

12.9K 988 204
                                    

Tak terasa usia kandungan Manda sudah memasuki trimester ketiga. Di usia kehamilan yang sudah berjalan tujuh bulan ini, pergerakan janinnya pun semakin aktif. Morning sickness yang dialami Dewa pun juga sudah mulai berkurang di trimester kedua. Walaupun begitu Dewa tetap tidak bisa makan makanan yang bukan hasil masakan istrinya atau Mamanya. Ia akan langsung mual dan muntah jika memakan makanan tersebut yang bukan masakan Manda ataupun Mama Dhara.

Berita tentang pernikahannya dengan Dewa juga sudah bukan menjadi rahasia lagi. Bahkan sempat membuat Deza Group heboh ketika mengetahui istri Big Bossnya ternyata rekan kerja mereka dulu. Yaya pun juga sudah memasuki masa-masa sekolah kanak-kanak. Yaya bersekolah di salah satu sekolah milik sahabatnya Mama Dhara, ia juga satu sekolahan dengan Leon tetapi berbeda tingkatan kelasnya karena usianya yang lebih muda dari Leon.

Siang ini Dewa meminta Manda untuk mengantarkan makan siang ke Deza Group sekaligus menjemput Yaya pulang sekolah. Ini kali pertama Manda menginjakkan kakinya kembali ke kantor setelah ia resign.

"Pak Karmin, tolong ini nanti langsung dibawa ke ruangannya Mas Wanda ya. Terus yang ini makan siang buat Pak Karmin." Setelah memberi intruksi kepada sopir pribadinya Manda mengajak Yaya memasuki lobby kantor.

"Aaa... Mbak Manda. Bumil makin cantik aja ih...." sapa Dina, resepsionis kantor yang dulu pernah menjadi teman seperjuangan Manda saat interview di Deza Group.

"Nih.. ada sedikit cemilan buat lo, bagi-bagi juga dengan yang lain." Manda menyerahkan plastik yang berisi beberapa cemilan yang sempat dibelinya tadi setelah menjemput Yaya di sekolah.

"Makasih Mbak Man, tahu aja nih kalau jam segini itu jam rawan laper."

"Salim dulu Nak sama temannya Bunda. Namanya Tante Dina." Yaya menurut walau tampak malu-malu. Setelah mengobrol sebentar Manda pun pamit untuk langsung naik ke atas. Tepatnya ke lantai di mana ruangan Dewa berada.

"Mbak Man, udah tahu kan di mana ruangannya Big Boss?" Ledek Dina saat Manda berpamitan dengannya.

"Nggak usah ngeledek deh."

"Hehe... ya siapa tahu aja gitu salah masuk."

Akhirnya Manda dan Yaya sudah sampai di lantai ruangan Dewa berada. Ia melihat Alya yang sedang berkutat dengan komputer dan juga beberapa tumpuk berkas.

"Sibuk banget Al."

"Eh.. Mbak Man."

"Hallo ponakan Aunty Al yang cantik. Sini peluk aunty dulu." Alya merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan dari Yaya.

"Iya nih Mbak, Pak Bos balas dendam deh kayaknya gara-gara waktu itu Al ngeprank Mbak Man. Tiap hari dikasih kerjaan banyak terus." Keluh Al menatap Manda dengan wajah melasnya. Ia sudah melepaskan pelukanya dengan Yaya.

"Yang sabar ya." ucap Manda sambil terkekeh geli.

"Gue masuk dulu ke ruangannya Mas Wanda." Manda menepuk pelan bahu Alya. Kemudian masuk ke ruangan Dewa mengambil dua buah kantung kresek dan segera keluar lagi.

"Loh.. Mbak Man mau ke mana? Bentar lagi Pak Dewa udah kelar lho meetingnya."

"Mau ke divisi gue dulu, kangen gue sama mereka. Nanti lo ikutan makan siang bareng ya Al. Gue bawa banyak makanan tadi. Yaudah ya... Gue tinggal dulu. Yuk sayang, kita ketemu sama teman Bunda dulu." Yaya pun bangkit dari sofa yang biasa digunakan untuk ruang tunggu jika ada tamu yang ingin bertemu Dewa. Ia dengan senang hati mengikuti langkah Bundanya.

Manda membuka pintu sebuah ruangan langsung disusul suara gaduh dari dalam.

"Kalian ini ya... nggak berubah-berubah." Ucap Manda sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

KETIKA MANDA KETEMU WANDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang