One

15.7K 1.6K 218
                                    

—•—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—•—

Musim semi tahun ini bunga-bunga nya mekar dengan cantik dan indah. Jalanan kota Seoul juga dipenuhi oleh kelopak bunga yang berguguran, menambah kesan romansa untuk mereka yang memiliki kekasih untuk meluangkan diri berjalan-jalan dan berkencan.

Biasanya anak-anak SMA yang sedang dimabuk cinta melakukannya bagaikan dunia hanya milik mereka.

Namun tidak dengan seorang pemuda yang tengah duduk-duduk di tribun lapangan outdoor sambil meminum susu rasa strawberry ditemani kedua temannya. Sorot matanya nanar seakan akan miris sekali.

Selama setahun belakangan ini ia sudah usahakan untuk dekat dengan pria yang bisa ia jadikan kekasih agar musim semi ini tidak sebegitu menyedihkan untuk dirinya. Tapi penolakan selalu saja ia dapatkan.

"Chan, kau gila?" Itu penolakan dari anak kelas sebelah, namanya Lee Chan.

"Jadi pacar mu? Masih banyak yang lebih mending dari mu kali!" Itu kata Hyunjin si anak futsal yang fans nya banyak sekali.

Dan banyak lagi yang menolaknya, sekitar tiga orang baik junior, senior maupun anggota ekskul yang banyak digemari.

Haechan cukup tahu diri sebenarnya. Dia ini memang tidak terlalu menarik para siswa untuk dijadikan pacar, tapi ia juga tahu bahwa ia tidak jelek. Ia lumayan kok, tapi heran saja kenapa ia selalu di tolak.

"Eh, itu kesukaanmu kan, Chan?"

Haechan mengernyit mendengar pekikan Renjun yang duduk di tribun satu tingkat dibawahnya. Mengikuti arah pandangnya, dan ia tahu siapa itu.

Pria itu, yang sedang menggiring bola ke dalam gawang untuk mencetak gol. Yang sedang memakai training musim semi sekolahnya yang entah kenapa keliatan lima kali lebih seksi jika ia yang pakai.

Tanpa sadar Haechan senyum-senyum sendiri seperti melihat barang diskon di aplikasi belanja online.

Apalagi kalau yang diskon itu merchandise kpop official. Diskonnya sampai 70% siapa yang tidak menggila?

Salah satu temannya lagi, yang tengah minum susu rasa Melon menggelengkan kepalanya bingung, "aku heran denganmu, suka kok yang levelnya tinggi sekali?" Jaemin yang bilang.

Haechan langsung bungkam, sejenak berpikir apakah terlalu tinggi levelnya?

Kan yang ia sukai ini satu SMP dengannya waktu tingkat akhir, bahkan juga suka ngobrol beberapa kali. Pasti tidak terlalu susah untuk didekati, kan?

Ya walaupun waktu SMP Haechan itu buluk.

"Tidak lah, aku kan sudah kenal sama dia!" Kata Haechan agak sewot.

Renjun dan Jaemin saling bertatapan, merasa agak geli mendengar ucapan haechan yang terlalu percaya diri.

"Coba kau chat dianya, kalo bisanya cuma diam saja ya tidak akan ada kemajuan lah!" Kata Jaemin.

Renjun mengangguk setuju, "bagaimana Chat dua hari lalu?"

Tangan Haechan memainkan ponsel nya dan membuka sebuah room chat dengan seseorang.

"Kenapa sih kalian ini?!"

Melihat isi room chat itu membuat kedua teman nya ini menatap Haechan malas. Mereka memukul Haechan dengan gemas dan kesabaran yang sudah hampir habis terkikis menghadapi temannya yang otaknya di dengkul ini.

"Itu sudah dua hari yang lalu dan dia belum membalas kan? Ya berarti dia tak menganggapmu lah!" Kata Jaemin dengan kesal.

Tangan kurus Renjun membuang kaleng minuman soda yang ia minum barusan ke tempat sampah di dekat sana, lalu menepuk bahu Haechan.

"Sudahlah kau menyerah saja, makanya kalau punya standar ya jangan terlalu lah." Dia tertawa kecil seperti ledekan untuk Haechan.

Jaemin pun mengangguk, "lagipula pria macam Lee Jeno terlalu tampan lah untukmu. Mana mungkin bakalan tertarik."

Mereka berdua tertawa dengan asyik tanpa memperdulikan perasaan Haechan yang kesal dan sedikit sakit hati. Dengan tarikan nafas yang berat, Haechan menaruh susu miliknya di sana yang masih tersisa setengah.

Kemudian berjalan cepat menjauh dari temannya yang sepertinya menyadari kepergiannya dari sana.

.
.

"Masa iya sih Jeno tak ada niatan untuk menjawab sama sekali?"

Desahan frustasi Haechan terdengar di rooftop sekolah menengah atas itu. Ia duduk di atas sofa bekas yang sepertinya sengaja di taruh di sana sambil mengecek aplikasi tukar pesan itu.

Siapa tahu saja Jeno membalas kan.

Tapi ucapan temannya itu membuatnya sedikit tercubit hatinya. Apakah iya dirinya seburuk itu? Atau memang seleranya terlalu tinggi?

Jeno memang tampan sekali, waktu SMP saja dia yang paling tampan satu angkatan. Menurut Haechan sih.

Bisa bisanya Renjun dan Jaemin mengatakan hal seperti itu. Teman macam apa mereka? Haechan ingin rasanya menggigit kepala mereka sampai berdarah.

Ting!

Haechan dengan tergesa melihat notifikasi tersebut dan hampir saja berteriak selantang danton upacara bendera waktu hari kemerdekaan negaranya tahun lalu. Jeno membalas pesannya!

"Hah?! Masa iya dia tak mengingatku?"

Haechan tak percaya, bagaimana bisa Jeno lupa? Apalagi itu cuma berkisar dua tahun saja kan semenjak mereka terakhir bertemu?

"Jeno tidak menderita alzheimer atau kena amnesia kan? Kok bisa lupa sih?!"

Haechan bergerak gusar sambil sedikit mengacak tatanan rambut berwarna almond nya. Bayangkan saja jika orang yang kau suka malah tidak ingat dengan mu.

Haechan menghela nafasnya, dia menatap nanar balasan dari Jeno. Kalau begini rasanya pupus sudah harapan nya.

Sepertinua benar, levelnya terlalu tinggi untuk Haechan.

"Haechan!"

Tubuh Haechan refleks mengejang ketika mendengar suara yang memanggil namanya. Kepalanya celingukan kesana-kemari. Berharap menemunkan sumber suara yang memanggil namanya tadi.

Tapi nihil, tidak ada siapapun disana. Hanya ada dirinya di rooftop sekolah ini.

Haechan kembali melamun sambil memikirkan, sepertinya dia memang tidak laku makanya susah untuk berpacaran. Ingin rasanya menangis tapi sepertinya tak berguna.

"Lee Haechan!"

Tubuh Haechan langsung refleks berdiri dan menoleh ke arah belakangnya. Persis sekali suaranya dari sana dan ia yakin itu.
Dan benar saja, ada seseorang disana. Pipinya tirus dengan rambut hitam yang tertiup angin. Tanpa jaket hanya menggunakan sweater putihnya saja.

Senyumnya terlihat begitu tulus dibalik wajahnya yang menawan.

Haechan mundur dua langkah dengan wajah kaget, "siapa?!"

Mendadak senyuman itu luntur begitu saja, digantikan dengan sorot mata yang tak nyaman. Kemudian dengan cepat ia langsung menampilkan senyuman yang berbeda.

Haechan menangkap kejanggalan tersebut. Tapi siapa peduli?! Yang lebih penting adalah identitas pria satu ini.

Mengapa pria yang tidak ia kenal sedikitpun bisa mengetahui namanya? Terlebih lagi pria itu sangat aneh.

"Nama mu Lee Haechan kan?"

Tangan pria itu terangkat, sambil membuat gestur menyapa,

"Aku dari masa depan,






















Halo, Mama!"





.
.

Hehe 🌱

From : The Future? [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang