4 - Bully and Billy

1.7K 205 51
                                    

Miyami, atau lebih di kenal dengan sebutan Ratu. Dia adalah pembuli nomor satu di sekolah, Ayahnya adalah pemilik yayasan sekolah jadi dia bebas berlaku sesukanya. Selain terkenal karena itu, banyak lelaki yang memujanya bukan hanya karena cantik tapi karena lekuk tubuhnya.

Akan tetapi, dia hanya menyukai Kakakku, Naoki. Satu-satunya lelaki yang tidak pernah sekalipun meliriknya, membuatnya merasa tertantang untuk mendapatkannya. Selain itu, dia paling membenciku.

Merasa tersaingi, sepertinya. Haha.

Tetapi, bukan hanya geng Ratu yang menjadi pembuli. Masih banyak perempuan yang cukup pengecut untuk membuli seseorang, terlebih lagi yang masuk karena beasiswa atau bantuan dari yayasan sekolah.

Siang hariku diawali dengan perlakuan istimewa dari Ratu dan dayang-dayang kesayangannya.

Rupaku sudah di pastikan buruk sekali sekarang. Alas sepatu itu mendarat di pipi, menyudutkanku ke sisi dinding keramik yang dingin. Wajahku sudah jelek tambah jelek lagi. Menyedihkan.

“Jadi Mizuki-san, masih tidak mau membantuku mendekati Naoki-kun?”

Ah, memang selalu begini. Pasti ada persyaratan mendekati Naoki dibalik pembulian mereka. Ckck.

“Tidak mau, tuh,” aku meludahi sepatu salah satu dari mereka.

“Kurang ajar!”

Mereka kembali menyiksaku. Menendang, memukul, menyambak, semua yang bisa mereka lakukan untuk membuatku terluka. Setelah muak, barulah mereka melepasku dengan pergi sambil berlenggak-lenggok seperti itik.

Dengan tertatih-tatih dan menahan rasa sakit, aku berdiri dan mendekati wastafel. Melihat penampilanku dari pantulan cermin.

Gadis yang malang. Siapa gadis penuh lebam ungu di cermin itu?

Ah, bodohnya. Tentu saja, itu aku.

Sayang sekali, sepertinya kali ini aku harus membolos. Beruntung hari ini tidak ada jadwal latihan klub sepakbola, jadi aku bisa bersantai di UKS sampai jam pulang.

Bajuku kotor terkena bekas sepatu dan darah yang keluar dari hidungku, sialan. Padahal hari ini baju olahragaku sedang dipinjam oleh anak kelas sebelah. Merepotkan sekali.

Sudahlah, tidak akan ada yang berubah jika aku terus mengeluh.

Kakiku dengan pelan melangkah keluar dari toilet, suasana sangat sepi karena jam istirahat sudah berakhir setengah jam yang lalu. Toilet yang mereka pakai untuk membuli memang sudah jarang dipakai dan terletak paling sudut, jadi jangan heran jika tidak banyak yang tahu jika toilet ini menjadi tempat favorit mereka membuli seseorang.

Aku membuka pintu ruang UKS, ada seseorang di dalam. Tetapi bukan pengurus atau guru yang bertugas menjaga, entahlah. Aku tidak kenal, wajahnya cukup asing.

Aku berbaring sambil menarik napas panjang, bisa dirasakan pinggangku yang hampir remuk kini menyentuh permukaan ranjang yang lembut. Nyaman sekali.

Lima menit aku baru memejamkan mata, tiba-tiba seseorang datang dan mengganggu waktu istirahatku.

“Hei, apa yang terjadi padamu?”

“Jatuh,”

“Kau tidak pandai berbohong, ayo katakan. Kau kenapa?”

“Kubilang aku jatuh!” aku berbalik membelakanginya. Punggungku makin sakit saja, “menjauh dariku.”

“Apa-apaan. Aku cuma ingin membantumu. Kau terlihat ... lemah.”

“Aku tidak butuh rasa kasihanmu.” ujarku kesal membuatnya terdiam sesaat.

“Namaku, Billy. Kau?”

My Boyfriend Is YandereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang