Prolog

176 26 5
                                    

Seorang gadis berlari – lari kecil menuju rumahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang gadis berlari – lari kecil menuju rumahnya. Khimar beserta gamis longgarnya melambai – lambat tertiup angin yang dihasilkan dari langkahnya.

Tes!

Satu tetes bulir bening dari langit jatuh mengenai hidung bangirnya. Ia berhenti sebentar, mencolek sedikit air tadi dengan telunjuk lentiknya.

"Allah huma shoyiban nafi 'an."

Ia kembali mempercepat langkahnya saat ada tetes – tetes lain yang menyusul berjatuhan membuat pakaiannya basah seketika. Dalam hati, ia merutuki orang tuanya yang sudah membuat pekarangan rumah seluas stadion bola ini.

Hush!

Hush!

Ia menetrakalkan kembali napasnya yang ngos – ngosan sehabis berlari untuk menghindari hujan tadi, meski tak membuahkan hasil. Bajunya tetap basah kuyup bahkan sampai ke bagian terdalam kaus kakinya.

"Non Aily..?"

Salah satu pelayan di kediaman itu memberikan tatapan heran kepada anak majikannya yang masih sibuk mengeringkan sebuah map tebal di sebelah tangannya. Sedangkan tangan yang lain sedang membersihkannya sebisa mungkin dengan tissue.

Gadis itu menoleh, ia memberikan senyum manisnya untuk pelayan tadi. Dua buah lesung pipit segera terlihat setiap kali ia menarik bibir. Banyak pria yang bisa tersihir hanya dengan senyum itu.

"Ehh, Bi. Tolong ambilkan baju saya, bisa basah semua lantai rumah kalau saya masuk dengan pakaian basah seperti ini. Sekalian khimarnya, ya?" sahut gadis yang di panggil Aily tadi.

"Non, tidak perlu seperti itu. Jika lantai basah pun akan ada banyak pelayan yang membersihkannya. Sebaiknya Nona cepat ke dalam sebelum masuk angin," ucap pelayan tadi dengan sedikit menasihati. Nonanya ini memang berbeda dari majikan – majikan lain di luaran sana. Terlalu memikirkan orang lain dari pada dirinya sendiri. Padahal, itu memang sudah tugas seorang pelayan untuk melayani majikannya. Termasuk membersihkan lantai yang basah akibat pakaiannya.

"Jika bisa meringankan beban orang lain, mengapa harus mempersulitnya?" ucap gadis itu membuat sang pelayan hanya bisa menghela napas dan segera berlalu untuk membawa baju kering yang di pesannya.

Dia berjalan mengelilingi rumah besar tiga lantai itu menuju kamar mandi di dekat kolam renang tanpa menghiraukan sekitar. Tangannya masih berusaha mengeringkan berkas dari firma hukum tempatnya bekerja. Bisa panjang urusannya kalau kertas – kertas itu tidak kering.

Aily Revellino Darby. Putri bungsu dari seorang pengusaha sukses Ramma Aditya Darby. Juga adik dari Rangin Revellino Darby, seorang pembisnis muda yang masih merintis kariernya tanpa campur tangan sedikit pun dari kekuasaan sang ayah.

RD Corporation adalah kerajaan bisnis terbesar kedua se-Asia setelah Brain group dari Korea Selatan yang masih berada di urutan nomor satu. Meski begitu, perusahaan yang meliputi resort, hotel, rumah sakit, juga industry perfilman itu telah melebarkan sayapnya di beberapa anak cabang perusahaan di Eropa. Seperti Paris, Canada, Italia, juga London.

KirailyWhere stories live. Discover now