What's wrong with The Rain?

102 15 5
                                    

Bagi yang nggak suka silakan vote. Bagi yang suka harus vote juga, kalau bisa double vote hehee

Aily mengayun–ayunkan kakinya yang mengambang diatas pasir. Suasana pantai masih kelabu. Saat ini Aily dan Kirei sedang duduk di bangku panjang yang disediakan pemilik café open door yang masih tutup. Aily melirik bagian atas tubuh suaminya yang terbuka. Kirei masih betah dengan shirtless nya meski angin laut berhembus kencang.

"Tidak dingin?"

"Kau akan percaya bila ku katakan panas?" Kirei menjawab masih dengan menatap hamparan air yang masih berwarna gelap. Aily merutuki dalam hati kenapa pertanyaan bodoh itu bisa keluar dari mulutnya. Bukan apa, ia hanya sedang berusaha memecahkan kesunyian yang tercipta setelah kejadian satu jam yang lalu. Tanpa tahu alasannya, Kirei kembali menjadi pria yang irit bicara.

"Jadi kau kesini untuk melihat matahari terbit?" tanya Kirei.

Aily mengangguk setelah meringis pelan.

"Paboya... mana mungkin matahari bisa terbit dan terbenam di tempat yang sama!" Aily semakin meringis. Karena begitu antusias ingin melihat sunrise, otak pintarnya tidak sampai berpikir ke sana. Bodoh!

"Mr. Lee, cepatlah masuk ke kamar. Lihatlah, kulitmu sudah pucat karena kedinginan. Aku tak ingin pagi indahku di mulai dengan membaca berita 'Ditemukan mayat seorang pria tampan yang meninggal karena hipotermia!' Sungguh tidak keren!"

Garing... leluconnya tidak mendapat respon apa pun. Kirei masih bergeming dengan mulut terkatup rapat.

Hah!

Aily menghela napas lelah. Ia kembali melirik Kirei dengan ekor matanya. "Jika bukan karena tubuhmu, maka lakukanlah untukku. Aku tak ingin menjadi janda di usia sembilan belas tahun. Setidaknya ambilah baju hangat lalu kembali kesini." Perkataan penuh putus asa itu berhasil mendapat perhatian Kirei.

"Jika aku pergi kau pasti akan menghilang lagi." Kirei menatap sendu manik istrinya. Aily terenyuh mendengar itu semua. Ia bahagia merasa kehadirannya berarti untuk orang lain. Lee Kirei, dia membutuhkannya!

Aily lantas berdiri. Mengulurkan sebelah tangannya agar digapai Kirei.

"Aku ragu disini akan terdengar adzan maghrib, kajja!"

(ayo)

Kirei tersenyum, ia menyambut uluran tangan istrinya. Diselipkan jemari Aily di sela – sela jarinya. Mereka berjalan beriringan dengan senyum terpatri di bibir keduanya. Bahagia. Mungkin kata itu yang pantas mendeskripsikan hati mereka.

"Kenapa kau diam saja saat ku panggil tadi? Tidakah kau tahu seberapa paniknya aku?" Kirei bertanya disela langkahnya.

"Jadi bagaimana rasanya diabaikan?" Aily menjawab acuh.

"Nada bicaramu seakan mengatakan bahwa sebelumnya aku telah mengabaikanmu." Kireipun menjawab tak kalah acuh.

"Yak! Mr.Lee! Kau mengabaikanku kemarin sore!" Aily bersungut kesal.

Kirei membalikan badannya menghadap Aily, ia berjalan mundur karena Aily yang tak berhenti melangkah. "Jinjja?2 Aku tak ingat." Kirei membalas dengan ekspresi serius di buat – buat.

"Maldo andwae!" (omong kosong)

"Nan Jinjjayo, keundae chakkan...." (Aku serius, tapi sebentar....) Kirei menghentikan langkah mundurnya otomatis membuat Aily berhenti juga. "Kau membalas dendam karena kejadian sore itu?" Aily mengangguk.

"Disaat seperti ini?" Kirei melebarkan mata sipitnya yang tak seberapa saat melihat Aily yang kembali mengangguk. Aku panik karena mengira akan kehilangan lagi tapi dia mengerjaiku? Yang benar saja!

KirailyWhere stories live. Discover now