Renjun membolak-balikkan badannya dengan gelisah, permukaan kasur di punggungnya sedari tadi terasa panas entah karena apa; tidak nyaman sekali sampai membuatnya kembali terduduk bangun.
Sebenarnya, bukan karena kasurnya. Tapi karena pikiran renjun yang kini terbang melalang buana memikirkan Jeno hingga membuatnya sulit tertidur. Cemas tentu saja, mereka baru saja bermain siang tadi lalu tiba-tiba hilang begitu saja. Tanpa jejak dan suara sekalipun. Sekaligus bingung, kiranya kenapa Jeno bisa secepat itu lenyap tanpa ada tanda? Apa renjunnya saja yang tidak menyadari Jeno mengatakan selamat tinggal? Lalu kenapa pula Jeno pergi?
Huft..
Tidak tau.
Besarnya ketidaktahuan inilah yang membuat Renjun pusing sendiri. Ia menggaruk belakang kepalanya gusar, lalu mengedarkan pandangan sampai kelereng matanya melirik kasur lipat yang tersimpan rapi di pinggir ruangan dekat pintu.
"Kau bisa pakai itu jika mau tidur"
Ah, iya.
Renjun masih ingat dia berkata itu kemarin.
Tapi kasurnya masih terlipat rapi seperti belum tersentuh sedikitpun. Seperti. belum ada orang yang menggunakannya. Berarti Jeno tidak tidur disini atau dia tidak tidur?
Renjun mengerutkan keningnya dalam. Keheningan mendukungnya untuk berpikir semakin keras.
Tunggu, sepertinya ia mengingat sesuatu. Sore kemarin, Jeno menghampiri jendela hanya untuk menutupinya 'kan?
Bukan... melompatinya?
"Jeno.. mau kemana?"
"HAH?!" Renjun menjatuhkan rahangnya sedikit; ia terkejut sendiran karena pikirannya yang dirasa benar. Ia memelototi jendela kamarnya dengan pandangan horror, tidak menyangka dan sekaligus terheran-heran.
Apa benar?
Renjun masih ingat ibunya bercerita saat makan tadi, beliau bilang kalau ia bertemu dengan Jeno tadi pagi di bawah rumah, terduduk di kursi depan dengan pakaian lusuh makanya beliau ganti dengan pakaian chenle!
Dia benar-benar pergi meninggalkan rumah kemarin!
Dan Renjun rasa itu semua ada hubungannya dengan hari ini.
Jeno...selalu pergi setiap matahari terbenam.
Tapi kenapa ia harus melakukan itu? Apa Jeno merasa tidak nyaman disini sampai ia pergi diam-diam supaya keluarganya tidak terlalu merasa bersalah padanya, begitu? Apa Jeno berpikiran seperti itu?
Ah, tiba-tiba bayangan Jeno yang mengucapkan kata repot waktu belajar dengannya kemarin terlintas dibenaknya.
"Jeno tidak repot Injun"
Sepertinya Jeno benar-benar mengerti, ya.
Kalau begitu, Renjun harus cepat-cepat mencarinya! Tidak ada yang tahu jika sebenarnya dia tertidur di kendang kotornya lagi. Kedinginan dan kelaparan.
Huh, jelas-jelas ini yang lebih merepotkan.
Sret!
Renjun tanpa ragu segera menyingkap selimutnya. Menapakkan kakinya di lantai dingin itu lalu dengan cepat melangkah meninggalkan kamarnya dengan jaket tebal ditangan. Meniti langkah dengan kehati-hatian saat menuruni tangga dan melewati rumah menuju pintu depan. Tak lupa ia menggapai senter untuk menerangi perjalannya nanti.
Saat tubuhnya terlepas dari kehangatan rumah, Renjun mengeratkan jaketnya. Kemudian ia menyalakan senter dan mulai berjalan melawan angin kencang yang berhembus semakin kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Meet Me After Sunset || ON HOLD
Fanfiction[CHAPTERED] Makhluk mengerikan yang Renjun temukan pada malam itu ternyata berubah menjadi seorang lelaki kumal yang memberikan saat-saat terbaik dalam hidupnya. Namun, ia selalu menghilang sehabis petang. -a beauty and the beast kind of story. ...