London, salah kota metropolitan di negara Britania Raya yang unggul dalam semua bidang. Berdampingan dengan New York sebagai salah satu pusat keuangan terbesar didunia. Seperti malam itu, London tidak pernah sepi meskipun menjelang musim dingin. Kota yang akan selalu tampak gemerlap diantara gedung-gedung kunonya yang megah. Disatu sisi kota, dimana sebuah gedung perusahaan entertaiment yang cukup bergengsi, dimana sederetan penyanyi,pemain film, dan model terkenal bernaung, salah satunya. Park Jihoon, pemuda berdarah Korea-Inggris itu hanya terdiam ketika Ten sang manager sekaligus pelatih dancenya sibuk mengaplikasikan concealer dibawah matanya.
"Kau begadang lagi?" Desis manager berdarah Thailand yang dibalas anggukan malas Jihoon "Game semalam sangat seru" sahutnya.
Ten berdecih "kau ada pemotretan untuk album debutmu hari ini dan kau dengan tidak bertanggung jawabnya memilih untuk bermain game?!" Suara Ten mulai meninggi, bagaimanapun juga pemuda yang lebih muda tiga tahun darinya itu adalah tanggung jawabnya sejak setahun yang lalu. Saat Jihoon dipersiapkan untuk debut globalnya setelah memenangkan kontes pencarian bakat di Britania Raya tempo lalu.
"Aku akan dipenggal Johnny nanti" lirih Ten dengan mata kosong membayangkan wajah datar CEO perusahaan mereka.
"Johnny Hyung tidak akan berani menyentuhmu, apalagi memukulmu" Jihoon menguap sembari mengeserkan posisi duduknya agar lebih nyaman. "Hyung, jangan pakaikan aku kosmetik terlalu tebal" Jihoon melirik tajam kearah Ten yang hanya tersenyum simpul.
"Kau harus terlihat cantik difoto-fotomu" sahutnya dengan terampil mengoleskan eyeliner tipis dimata rusa milik pemuda Park itu "kau juga tak perlu menggunakan softlens dengan iris mata seindah itu" puji Ten.
"Yaakh aku laki-laki, seharusnya aku terlihat tampan bukan cantik" Jihoon berdecih, terlalu bosan mendengar pujian semua orang yang mengatakannya cantik sejak lahir. Bukankah mereka seharusnya memuji Jihoon sebagai pemuda tampan dengan wajah seperti ini.
"Banyak pria tampan diluar sana" Ten mengambilkannya sebotol air mineral "tapi pemuda dengan wajah sangat cantik sepertimu itu sangat langka, memangnya apa yang mendukungmu untuk menang tahun lalu jika bukan visualmu?" Ten memperhatikan hasil riasannya. "Cantik sekali" kekehnya kemudian mengambil dua anting-anting untuk ia pasangkan ditelinga Jihoon.
"Perfect!" Ten tersenyum bangga melihat hasil karyanya pada wajah Jihoon. "Sudah siap menaklukan London?" Tanyanya.
Jihoon tertawa "sejak setahun yang lalu aku sudah menaklukan London" balas Jihoon sebelum menghabiskan air mineralnya.
Ketika Jihoon hendak memprotes warna liptint dibibirnya, ketukan pintu diluar sana mengambil alih atensi Ten untuk membuka pintu. Tampak dari sana seorang pria dengan tubuh tinggi kurus tengah mengendong tas berisi kamera menyapa Ten yang langsung mengantarkannya pada Jihoon.
"Ini Glen Photografer yang memotretmu hari ini" Ten memperkenalkan pria bule itu kearah Jihoon yang langsung berdiri dan meraih telapak tangan lebar yang terulur itu.
"Glen Taylor"
"Jihoon Park"
Keduanya masih bersalaman hingga kehadiran David Lee, Produser musik Jihoon datang bersama dengan Kekasihnya Samuel. "Kalian masih disini?" Tanyanya.
"Aku baru selesai bersiap Daehwi.." Jihoon melepaskan tautan tangan mereka tak menyadari ekspresi kecewa photografer muda itu saat Jihoon sama sekali tidak membalas rasa tertariknya. Dirinya mengenal David Lee atau Daehwi sejak sekolah menengah, sama-sama berdarah Korea membuat mereka dekat dan Daehwi juga yang mendesak Jihoon untuk mengikuti ajang pencarian bakat itu.
"Bisa kita mulai sesi pemotretannya?" Daehwi melirik kearah photografer tampan itu sejenak yang dibalas anggukan tak masalah Glen. "Sure" sahutnya sambil melirik kearah Jihoon yang tersenyum simpul. Pemotretan berlangsung selama lima jam, hingga Johnny tiba. Ceo perusahaan itu tiba dan langsung duduk disebelah Ten yang terbatuk gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakfall [CasWink]
FanfictionPark Jihoon penyanyi pendatang baru yang akan segera debut. ketika agensinya mengadakan pesta perayaan debutnya Jihoon yang tak bisa minum alkohol mabuk dan bertemu Lucas Wong, pemimpin geng berandalan yang lebih memilih balapan liar dibandingkan me...