Ch. 16 Rin's Feeling

5.9K 624 2
                                    

Maaf ya... Chapter yang ini panjang banget lebih dari 3K. Jadi semangat ya bacanya... (smile)



[Markas Prajurit Musim Semi, Kekaisaran Houran]

Di lain sisi Rin tampak memainkan pedangnya dengan lihai. Ia bak seorang penari yang sedang menarikan tarian pedang yang sangat memukau. Keringat yang bertetesan membuatnya telihat semakin cantik dan menawan.

Namun berbeda dengan tarian yang teratur dan cantik itu, hatinya sedang kacau dan berantakkan penuh dengan perasaan yang menjijikan dan gelap. Ia terus membayangkan Reiha yang sedang bersama wanita itu. Hatinya sakit, tapi entah mengapa air matanya tak mau keluar.

PRANG!

Pedangnya terhempas. Tangannya yang penuh dengan peluh dan darah membuat genggamannya pada pedang itu licin. Napasnya tampak tersengal lelah. Bahunya naik-turun, dadanya mengembang-kempis tak beraturan. Ia menatap kosong pedang itu lalu mengambilnya dan memulai bergerak lagi. Ia melakukannya terus menerus tanpa memperdulikan tubuhnya yang sudah kelelahan.

Shuurei dan Ryuuei yang melihatnya sedaritadi hanya bisa diam di tempat.

Mereka berdua bisa berada di sana karena Ryuuei yang tadinya diperintah Reiha untuk melihat keadaan sang permaisuri, tak menemukan sang permaisuri di kediamannya. Para pelayan dan prajuritnya pun ditinggal begitu saja tanpa mengetahui kemana perginya sang permaisuri.

Ia langsung datang kekediaman Shuurei untuk memastikan apakah sang permaisuri ada di sana. Namun sayangnya begitu ia datang ke sana ia hanya menemukan Shuurei dan membuat Shuurei-nya khawatir karena Ryuuei tak menemukan sang permaisuri.

Karena khwatir akhirnya Shuurei ikut bersama dengan Ryuuei untuk mencari sang permaisuri. Mereka mencarinya mulai dari taman sampai danau di kediaman sang ibu suri. Namun tak kujung mereka temukan.

Dan kebetulan ketika mereka melewati markas prajurit musim semi mereka menemukan sang permaisuri di sana saat melihat para prajurit berkumpul di luar.

Shuurei menggigit bibir bagian bawahnya saat melihat pedang Rin lagi-lagi terlepas dari tangannya. Ini sudah menjelang fajar namun Rin masih tak mau berhenti melukai dirinya.

Saat melihat Rin akan kembali mengambil pedang itu Shuurei berlari dan menerjang tubuh Rin dengan cepat. Ia melupakan ketakutannya kala melihat mata Rin yang menggelap. Dengan tubuh gemetaran ia menindih tubuh Rin menatapnya dengan mata yang  sudah berlinang air mata.

"Aku mohon... berhenti." Rin menatap kosong pada Shuurei.

Tangan Rin menjulur dan mengusap air mata Shuurei. Ia menorehkan darah yang ada di tangannya tanpa ia sadari.

"Kenapa kau menangis, hn?" Ujar Rin denan lembut, namun matanya masih saja menggelap.

"Apa dia melukaimu?" Rin memasang senyum hampa di wajahnya.

"Rin! Siapa yang kau tatap sekarang?!" Bentak Shuurei membuat mata Rin membelalak dan sadar bahwa yang ada di atasnya sekarang bukan Agreea-nya.

"Maaf." Ujar Rin lemah, ia menutupi matanya dengan lengannya. Tak ingin memperlihatkan manik mata yang gelap dan menakutkan itu pada Shuurei.

"Rin..." Shuurei merebahkan kepalanya di dada Rin sambil menangis tersendu. Ryuuei hanya bisa terdiam menahan rasa cemburunya. Ia tak mungkin memisahkan  keduanya dan membuat suasana hati kedua orang itu semakin keruh dan tak karuhan.

"Shuu, berhentilah menangis. Aku benar-benar tak suka melihatmu menangis. Karena itu mengingatkanku pada Agreea." Shuurei menegakkan tubuhnya, tapi masih enggan turun dari tubuh Rin.

Bond of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang