Maaf jika aku pernah berbuat salah terhadapmu.
Tapi tolong, jangan siksa batinku.-Naura
**
Malam ini, hujan turun dengan derasnya. Terus mengguyur seolah tanpa ampun, membuat kota yang biasanya ramai pada malam hari kini menjadi sepi. Digantikan dengan suara rintikan yang beradu dengan bangunan, juga mengasilkan bau khas tanah yang terkena air hujan.
Malam ini, langit seolah ikut ambil peran. Tidak ada bulan dan bintang yang dengan kompak memancarkan sinar. Hanya ada awan mendung yang menyelimuti, suara petir saling bersautan, membuat sebagian orang memilih berdiam diri di rumah, entah melanjutkan pekerjaannya, tertidur, atau sekedar berkumpul bersama keluarga.Seorang gadis menatap derasnya hujan dengan cemas. Seolah meminta hujan untuk segera berhenti, namun hujan memilih untuk menulikan diri.
Kacau.
Itu yang ada di dalam fikiran gadis itu sekarang. Perasaan bingung dan bersalah memenuhi hati dan fikirannya. Ia ingin menerobos hujan namun masih sangat sayang dengan kesehatannya.
Gadis itu adalah Naura. Dia menunggu Cici pulang dengan berdiri di pintu, seperti direncanakan agar dapat dengan cepat menyambut kedatangan sahabatnya.
Namun hampir 2 jam berlalu, hujan tidak kunjung reda, sahabatnya pun tidak menunjukkan batang hidungnya. Dia semakin risau, namun memilih menutup pintu lalu duduk di kursi, dengan menyembunyikan kepala pada lipatan tangannya yang berada di atas meja. Dia lelah.
Tidak sadar, Naura perlahan terlelap, menuju alam mimpi bersama dengan isak tangisnya.
**
Pukul 9 pagi.
Setelah terbangun dari tidurnya, Naura memilih untuk mencari Cici sendiri. Dia berjalan tanpa alas kaki, rambutnya berantakan, Naura benar-benar terlihat menyedihkan.
Selama berjam-jam Naura terus berjalan tidak tentu arah. Perutnya keroncongan dan dia tidak membawa uang sepeser pun. Bahkan membawa ponsel saja gadis itu lupa.
Tinn tinnn
Suara klakson motor membuat Naura terkaget lalu dengan cepat berjalan lebih pinggir lagi. Namun, motor itu justru memelan membuatnya sejajar dengan langkah kaki Naura.
"Kak Naura, mau kemana?"
Naura langsung menghentikan langkahnya lalu menatap gadis yang sekarang sudah membuka helmnya. Naura memicingkan mata, berusaha mengenali wajah gadis yang terlihat familiar itu.
"Hayo! Kakak gak kenal aku? Ini Adis loh, Kak," oceh gadis itu membuat Naura tersenyum karena berhasil mengingatnya.
"Maaf, Dis. Aku baru ingat. Kamu apa kabar?" Tanya Naura basa-basi.
"Alhamdulillah makin cantik," ucap Adis itu lalu terkekeh.
"Kakak sendiri, gimana?"
Naura tersenyum. Sudah menduga akan ditanya balik. "As like you see"
Gadis itu hanya tersenyum manis seolah mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
N A U R A
Teen FictionKehidupan seorang Naura Delia sudah hancur sejak kecil. Tetapi, Naura tidak menyangka bahwa kehidupannya akan semakin hancur saat sebuah kenyataan menampar dan mendobrak keras kesadarannya. Memilih untuk mengakhiri hidupnya, namun gagal ketika melih...