01.

48 11 6
                                    

Kaki yang dibalut sepatu kets hitam melangkah riang di sepanjang koridor. Rambut panjang dengan poni depan yang dibiarkan tergerai bergerak seiring kakinya melangkah. Mata bulatnya bergerak menyapu sekolah barunya yang membuat ia takjub. Tak menyangka ia akan diterima di SMA incarannya.

Sepanjang koridor mata para siswa terfokus ke gadis itu. Bukan hanya karna mukanya yang imut, tapi juga karena tiga siswa yang berjalan tepat di belakang gadis itu. Dua siswa dengan penampilan berantakan yang memasang ekspresi datar dan satu siswa yang rapi selalu mengumbar senyum.

Mereka berempat berjalan menuju papan pengumuman. Setelah MPLS minggu lalu, sekarang mereka resmi menjadi siswa baru di SMA Persada. Papan pengumuman masih ramai oleh siswa kelas X. Empat siswa tadi memperhatikan dari jauh menunggu sedikit lengang.

"Gilasih! Niat berangkat pagi taunya udah rame aja. Tau gini mending berangkat siang aja jelas udah sepi." cowok dengan jam tangan hitam menggerutu. Sangat malas jika disuruh menunggu.

"Dasar payah lo, Bi. Udah dibilang berangkat jam 8 aja ngeyel." cowok yang mengeluarkan sebelah seragamnya ikut menggerutu.

Sementara Abi, cowok yang menggunakan jam tangan hitam hanya berdecak mendengar sahabatnya yang mengatai payah. "Itu si Toge yang kemarin minta berangkat pagi." Abi menggerakan dagunya ke arah gadis mungil yang sibuk memandangi lapangan basket.

Merasa dirinya yang disebut toge, gadis itu segera mendelik ke arah dua cowok tadi. "Enak aja toge!" bukannya terlihat menakutkan, gadis itu malah tampak menggemaskan.

"Udah ngalah, dek. Biarkan para kambing mengembik." cowok yang paling rapi menengahi sambil mengelus puncak kepala gadis itu.

"Sialan!" Rega--cowok yang megeluarkan seragamnya menabok lengan Kaif sedikit keras. Kaif hanya terkekeh.

"Kaf, tugas lo." Abi menunjuk papan pengumuman yang sudah sepi memeberi isyarat agar Kaif melihat nama mereka. Kaif mengangguk kemudian berjalan meninggalkan sahabatnya.

Abi menyenggol lengan Rega. Matanya bergerak menunjuk ke arah belakang. Rega berbalik kemudian mengangkat sebelah alisnya menatap cowok yang sepertinya kakak kelas itu berjalan ke arah mereka.

"Kenapa?!" Rega reflek berdiri menutupi gadis mungil yang ada di belakangnya dari pandangan cowok asing itu.

"Gue mau kenalan sama temen lo." ucap cowok tadi to the point. Kepalanya sedikit dimiringkan untuk melihat gadis mungil yang sibuk dengan sekitar. Abi yang mengerti langsung maju mengulurkan tangannya, "Nama gue Abizar. Lo bisa panggil gue Abi."

Cowok tadi langsung menepis tangan Abi sambil berdecih "Males banget gue kenalan sama lo."

"Lho, tadi katanya mau kenalan?" Abi tersenyum mengejek.

Cowok yang Rega tebak masih kelas 11 tampak menahan amarahnya. "Gue mau kenalan sam-"

"Bi, Ga, ke Kaif yuk, udah ketemu katanya." gadis mungil itu menarik tangan Rega tanpa peduli ada orang lain di depannya.

Abi terkekeh melihat kakak kelasnya menatap kepergian sahabatnya. "Makan tuh kenalan." Abi berjalan mengikuti ketiga sahabatanya. Sementara cowok tadi masih menatap kepergian ketiganya dengan tatapan yang sulit diartikan.

•••

Empat serangkai itu berjalan menuju kelas yang akan dihuni setahun kedepan. Untungnya mereka masuk kelas yang sama. Saat mereka hampir mencapai pintu, seorang cowok tiba-tiba menghadang keempatnya, tepatnya menghadang gadis mungil yang memakai barang serba pink itu.

"Eh, dek, SMP bukan di sini. Di sebelah noh. Nyasar ya? Kok pake putih abu sih?" ucapnya. Empat serangkai memandang heran cowok kurang kerjaan itu.

"Aku udah SMA, ya, enak aja ngatain aku masih SMP." gadis mungil itu mendelik sambil memasang muka garang. Cowok aneh di depannya malah tertawa menanggapinya.

"Oh apa masih SD? Nangis ya minta ikut abangnya?" cowok aneh itu melirik Rega dan sahabatnya.

"Ih sebel! Dasar aneh!" gadis mungil itu mengehentakkan kakinya. Cowok aneh itu terkekeh melihat tingkah gadis itu.

"Minggir." Rega mendorong cowok asing itu ke samping.

"Sans, bang." cowok itu mengangkat kedua tangannya.

Empat remaja itu melanjutkan langkahnya. Gadis mungil itu berjalan paling belakang. Saat sudah di ambang pintu, cowok aneh yang tadi mengganggunya kembali memanggil.

"Dek, nama lo siapa?" ucapnya sedikit keras.

Gadis itu menengok, terdiam sebentar. Menimang apakah harus memberi tahu namanya. "SBD." ucapnya kemudian masuk ke kelas.

"Sekar... lo nggak berubah sama sekali yah." cowok itu tersenyum tipis kemudian masuk ke kelas yang bersebelahan dengan gadis imut tadi.

TBC

FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang