03.

17 5 4
                                    

"Ikut nggak?"

Bening yang tengah tiduran di sofa ruang tamu rumah Abi segera bangun begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan untunya.

"Kemana, Bi?" pertanyaan spontan yang keluar dari bibir tipis itu.

"Kafe. Rega sama Kaif udah ke sana duluan." Abi berucap sambil memakai jaket hitamnya.

"Ikut ikut!" Bening langsung berlari mendahului Abi ke depan. Abi hanya menggelengkan kepalanya.

Bening sudah duduk manis di atas motor besar Abi. Kepalanya terpasang helm bogo warna pink. Senyum manisnya bertambah lebar saat Abi keluar dari rumahnya.

"Nih tasnya pake. Kebiasaan apa-apa ditinggalin." Abi menyodorkan tas pink yang berisi barang-barang penting milik gadis itu. Bening selalu membawa barang-barang itu kemanapun.

"Lupa, Bi." Bening menggaruk pipinya sebagai respon.

Abi tak merespon. Ia langsung menaiki motornya, Bening memeluk pinggang Abi seperti biasa. Cowok itu tak keberatan. Lagi pula hal itu sudah berlangsung sejak mereka SMP. Entah Rega ataupun Kaif pun sama.

Sampai di Kafe milik mereka berempat, yang mereka namai Kafe Beranda itu lebih ramai malam ini. Mereka berempat hanya datang sore hari ataupun malam. Pagi sampai siang Kafe itu di kelola bunda dan sepupunya Abi.

Sampai di dalam terlihat Rega yang tengah mengantar makanan. Bening berjalan menuju meja yang berada di dekat kaca. Sedangkan Abi menghampiri Kaif di meja kasir.

"Hmm film apa yah?" Bening bergumam sendiri sambil melihat koleksi film yang diunduhnya.

Pilihannya jatuh ke film anime Kimi no Na wa. Bening suka menonton beberapa anime movie. Matanya terfokus selama penayangan film bahkan saat Rega meletakkan segelas milksake di depannya, Bening masih belum mengalihkan tatapannya.

Satu jam lebih Bening setia di posisinya sampai film yang di tontonnya habis. Bening meregangkan ototnya. Matanya menyapu sekitar dan berhenti saat menyadari seseorang yang duduk di meja depannya sedari tadi menatap ke arahnya. Orang itu memakai jaket hitam dengan masker hitam yang menutupi setengah wajahnya. Bening merasa tak asing dengan orang itu.

Bening berdiri membawa tasnya. Gadis itu berjalan ke ruang yang ada di belakang. Gadis itu meletakkan tasnya di meja kemudian berjalan keluar Kafe dengan mengendap-endap. Ia takut sahabatnya melihat ia keluar sendiri  pasti dilarang. Mereka akan mengatakan "Kamu itu kayak anak SD, kalo diculik gimana? Mau minta tolong siapa?"

Bening melangkah di sepanjang trotoar. Tubuhnya dibalut sweater pink. Kakinya melangkah ke taman yang dekat dengan Kafe. Matanya mengedar menatap orang-orang yang berada di sana. Gadis itu duduk di bangku taman. Matanya menatap langit yang dipenuhi bintang. Sayangnya bulan tertutup awan.

Bening ingat film yang tadi ia tonton. Ia berharap nasibnya sama seperti tokoh utama dalam film itu, walaupum terpisah sekian tahun tapi jika Tuhan menghendaki mereka pasti akan bertemu.

Mata gadis itu berkaca saat mengingat masa lalunya. Sungguh ia merasa sangat beruntung, tapi di satu sisi ia merasa sangat kecewe. Tapi Tuhan sungguh adil, saat ia merasa kehilangan, saat itu pula ia bertemu Abi, Rega, dan Kaif. Bening kadang hanya merasa kurang bersyukur atas apa yang dimilikinya saat ini.

"Jomblo?"

Bening langsung berbalik. Matanya memicing memastikan apa yang dilihatnya. "Kasihan banget malam minggu duduk sendiri di taman kayak anak ilang." lanjutnya.

"Sok tau banget." Bening kembali menghadap depan.

Cowok tadi duduk di samping Bening. Ikut mendongak menatap langit malam. "Ngapain di sini sendiri?"

FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang