1. DerreCia Yamazaki

7.7K 398 56
                                    

Derrecia?
Anaknya siapa ini?
Ada yang tahu?

🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉
***

Mendudukkan diri di bangku panjang yang tersedia di warteg milik Ibunya Silmi, Cia menatap kawasan lapang itu dengan rasa penasaran. Sosok yang dia cari belum juga terlihat. Haruskah dia menunggu lebih lama? Biasanya jam segini lelaki itu sudah datang dan makan siang di dekat truk miliknya atau di atap truk.

Ya. Cia sedang melakukan kegiatan rutinnya. Menguntit sang sopir truk idamannya. Entah karena alasan apa Cia begitu menyukai lelaki itu. Dia...

Begitu tampan..
Begitu tinggi...
Begitu maskulin..
Begitu hot...
Begitu menggairahkan..

"Begitu dekil..begitu bau, begitu kere, begitu lusuh, begitu urakan, begitu jorok, begitu pelit," tutup pidato Silmi dengan hikmat dan tidak bijaksana.

Cia berdecak menatap Silmi yang asik mengunyah rempeyek kacang di tangannya.

"Lo ganggu, tahu nggak?"

"Nggak dong. Gue mah orang terbaik di dunia persahabatan kita, jadi mana mungkin gue ganggu." Silmi masih asik dengan rempeyeknya tanpa mau menoleh.

"Mas Dani mana ya, kok belum datang?" Tanya Cia lagi. Dia menopang kepalanya di atas kedua telapak tangannya yang merangkum wajah cantiknya.

"Mana gue tahu. Emang gue emaknya? Emaknya aja pasti juga nggak bakal tahu jadwal tu om-om," balas Silmi malas. Silmi adalah satu- satunya yang mengetahui niatan Cia selalu datang di rumahnya. Apalagi kalau bukan karena tergila-gila sama sopir truk yang mangkal di lapangan depan?

Hadeh...

Sepertinya Silmi harus mengadakan rukyah masal buat Cia, agar gadis cantik itu sadar perbuatannya. Halooo ... Mana ada cewek cantik, bohai, tajir mlintir, cerdas dan baik hati yang naksir sopir truk? Bisa kalian bayangkan bukan? Sopir truk itu pasti dekil, jarang mandi apalagi kalau mengantar barang ke luar kota dan ke luar pulau. Dan juga satu lagi... pasti kere..

Itulah survei Silmi selama ini dia hidup di rumahnya ini.

"Eh ... cewek nggak waras. Udah gih, pulang. Bokap lo nanti nangis-nangis lo nggak ada di rumah."

"Ck. Papa Cia nggak gitu ya. Kenapa sih, semua orang suka menghina- dina papanya Cia?" Cia manyun. Semua orang selalu menatap papanya sebagai biang rusuh. Padahal kan papanya, papa terbaik di dunia. Ya, kan?

"Serah lo, deh. Gue mau bantu nyokap cuci piring dulu." Silmi membawa serta piring kotor, bekas makan siangnya ke dalam, meninggalkan Cia yang masih setia menanti pujaan hati. Sopir truk yang sudah dia kuntit selama tujuh bulan ini.

"Aihh ... babangku sayang ... mana ya?" Cia masih memperhatikan area parkir kawasan itu yang biasanya digunakan para sopir truk untuk mengistirahatkan truk-truk yang mereka bawa.

"Kopi hitam satu."

Deg!

Suara itu!!

Cia berbalik dan dari seberang etalase dia mendapati tubuh kokoh itu menjulang.

Tanpa baju...

Dengan ototnya yang menonjol..

Bisepnya yang besar ...

Perutnya yang kotak-kotak..

Glek!!

Jangan! Jangan sampai dia meneteskan air liurnya sekarang. Bisa malu tujuh turunan dia, ngiler di depan gebetan.

"I-iya, bang?" Tanya Cia.

"Kopi hitam satu," ucap lelaki itu lagi.

Meleleh ... kaki dan tangannya terasa lembek seperti jelly. 

Obsesi CiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang