Hotel Room

2.5K 30 4
                                    

Richard

Pintu lift terbuka di lantai 3. Aku menyusuri lorong, mataku membaca angka didepan pintu, kamar 307, 308, 311, ah itu dia, kamar yang terletak diujung sebelah kanan, 309. Kamar yang aku cari. Seperti yang ia katakan ada kamera pengawas dilangit-langit, kutajamkan pengelihatanku, berusaha membaca arah kamera tersebut, sepertinya tidak langsung menyorot ke ke kamar itu. Ada sedikit celah dipintu yang menunjukkan pintunya tak terkunci. Aku tersenyum, tepat seperti yang kuinginkan. Setelah memastikan keadaannya aman, aku memasuki kamar tersebut.

Aku meletakkan barang-barangku begitu saja. Langkahku terhenti tepat dihadapan seorang pria dewasa yang tidak mengenakan apapun ditubuhnya, sedang bersimpuh menungguku. "Selamat datang Mistress," sambutnya.

Aku mengusap rambutnya, seketika itu ia menundukkan kepalanya untuk mencium ujung sepatuku. Sepatu sebelah kiri, lalu yang kanan, kemudian ia menahan kepalanya tetap rendah diantara kakiku.

"cukup," kataku. Ia mengangkat kepalanya, posisinya kembali berlutut.

"Apakah mistress ingin dibukakan sepatunya?"

"Ya." Tangannya menjulur ingin meraih kaki kiriku, lalu kaki kananku, ia bingung mau mulai dari sebelah mana. Aku menyodorkan kaki sebelah kiri, dibukakan sepatuku beserta kaus kakinya. Dihirupnya kaus kaki itu sebelum diletakkan keatas sepatu. Ia melakukan hal yang sama pada kaki bagian kanan. Lalu ia tertunduk diam, sambil takut-takut ia berkata, "Nervous Mistress. Habis ini apa lagi, aku lupa."

"Duduk," kataku.

"ah, Mistress ingin duduk sekarang?"

"ya." Kemudian ia merangkak, menuntunku ke arah kursi tak jauh dari situ. Saat aku duduk, dia lalu berlutut dihadapanku.

"Mistress ingin dibersihkan kakinya?"

"iya." Ia meraih kaki sebelah kiri, diletakan diatas tangannya sebagai tumpuan, lalu mulai menjilati jari jemariku satu per satu. "Mistress ingin telapak kakinya dibersihkan?" "Ya." Ia memposisikan tubuhnya untuk menjangkau telapak kakiku. Aku menyilakan kakiku agar lebih terangkat, untuk memudahkannya. Dijilati tiap senti kakiku, mulai dari telapak, sela-sela jari, punggung kaki, dan ditutup dengan dimasukkannya semua jari kakiku kemulutnya. Aku meraba giginya dengan jemariku. Dengan sengaja kumainkan kakiku, bergerak ke kanan-kiri, kepalanya mengikuti gerakan kakiku. Jika kakiku berhenti, dia akan menjilati jemariku yang berada didalam mulutnya. Semua itu tanpa membuat kakiku kesakitan, tidak tergigit, dan ia tak berusaha melepaskan kakiku dari mulutnya, sebelum aku menginginkannya. Ia melakukan hal yang sama pada kaki sebelah kananku. Lalu kakiku dilap dengan tissue basah agar bersih dari liurnya.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu, "Ah, mistress lupa bawa obat kumur, sikat gigi aja ya."

"Baik mistress. Aku boleh izin sikat gigi dulu?"

"Silahkan," jawabku. Bagaimana aku bisa lupa, padahal ia sudah menyiapkan semuanya untukku, ia hanya meminta dibawakan tissue, dan obat kumur saja.

Aku berjalan menyusuri kamar, sebentar mengeceknya yang sedang menggosok gigi, karena pintunya tak tertutup. Aku meraih remote TV, memencet tombol power. Kakiku melangkah kearah jendela, dan membuka sedikit gorden. Kamar terlalu gelap padahal masih siang. Aku merebahkan diri diatas kasur, menungunya.

Ketika keluar dari kamar mandi, ia langsung merangkak menuju kesisi kasur, disampingku. "Sudah mistress," katanya sambil berlutut manis. Kepalanya tetap tertunduk.

"rapikan barang bawaan Mistress dulu ya..."

"baik Mistress. Boleh berdiri mistress?"

"nope. Merangkak yaa."

Goddess of LoveWhere stories live. Discover now