Berhasil

402 57 5
                                    

*****

Aku segera berlari menuju kelasku saat sudah berpisah dengan Rafael. Kudekati Uno yang terlihat juga menungguku.

"bagaimana?? " tanyaku dengan nafas ngos-ngosan

"duduklah dulu.. Tarik nafas.. Dan tenanglah" aku pun menuruti perkataannya. Dia lalu menunjukkan video yang memang sudah menjadi rencanaku dengan Uno.

Sebelum aku dan Rafael pergi ke kelas Evha, aku meminta Uno agar mengikutiku dan merekam semua yang dilakukan Evha.

"tidak kusangka dia mengikutimu sampai kau keluar.. " ujar Uno tak percaya.

"yeah.. Insting perempuan" balasku. Ku lihat semua ekspresi wajah Evha dalam video itu dan aku menjadi yakin.

"apa yang kau temukan? " tanya Uno lagi.

"kecemburuan" jawabku. Dia terdiam dengan wajah bingungnya.

"haha.. Seorang gadis yang sedang dilanda kecemburuan itu bisa jadi sangat menyeramkan loh.. Kau mengerti sekarang?? "

"jadi maksudmu.. "

"kau benar.. Evha menyukai Rafael. Ini sama seperti yang dikatakan Gabi sebelumnya.. Dan dia tidak suka jika ada orang yang dekat dekat dengannya.. Kemarahannya memuncak saat dia melihatku mencium kening Rafael.." timpalku. Kumatikan video itu lalu mulai memikirkan rencana lagi.

"jadi kau bersikap seperti itu pada Rafael untuk.. Melihat ekspresinya?? "

"ya.. Kau benar, sebelumnya Evha tidak melakukan apapun karena memang tidak ada siapapun yang cukup berani untuk mendekati ketiga adikku itu.. Dan sekarang situasinya berbeda.."

"tapi Kiki.. Ini belum cukup untuk membuktikan bahwa memang dia orang yang mendorongmu"

"kau benar lagi.. Tapi ini belum cukup.. Aku harus lebih memancingnya lagi.. Jika memang dia berniat jahat padaku maka pasti dia akan melakukannya lagi.. "

"hei hei.. Kau mau mencelakai dirimu lagi?? "

"tenang saja.. Kali ini aku akan berhati hati" ujarku. Uno masih tidak yakin namun mau tak mau aku harus melakukannya.

Aku mengirim pesan pada Gabriel untuk membawa Rafael bertemu denganku nantinya.

To. Gabi
Jam istirahat kedua nanti.. Bawa Rafael ke kantin yah.. Gabi

Selang beberapa menit Gabriel membalasnya.

From. Gabi
Akan kuusahakan

Aku tersenyum. Baiklah.. Semoga saja umpannya terpancing.

*****

Aku berjalan cepat menuju kantin dan memesan beberapa makanan. Lalu duduk di salah satu kursi di pojokan. Sudah banyak siswa yang datang, aku bisa melihat Uno berbaur dengan kerumunan yang membeli makanan meski sebenarnya bukan itu tujuannya.

Kualihkan pandanganku pada Rafael dan Gabriel yang datang di arah berlawanan. Kulambaikan tanganku pada mereka dan menyuruhnya datang ketempatku.

"kenapa ke kantin? " tanya Rafael sebelum duduk.

"heh?? Untuk makanlah.. Kau ini.. " ujarku. Masih terlihat biasa, meski seluruh siswa dikantin itu mencuri curi pandang melihat kami. Pesanan pun datang tak lama kemudian. Nasi omelet panas yang kelihatan enak sempat mengalihkan tujuan utamaku.

"oh.. Kau tak tahan pedas bukan.. Kalau begitu singkirkan sausnya" ujarku lalu menyisihkan saus di piring Rafael.

"hei.. Aku bisa melakukannya sendiri" ujarnya sedikit kesal. Aku hanya tersenyum. Gabi sudah memakan makanannya dengan lahap, begitu juga aku. Hanya Rafael yang terlihat lemas dan makan dengan lambat.

KAKAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang