prologue

376 31 10
                                    

prologue
"emily the luna"
🌓

•••

"Emily!"

Emily menghela nafasnya panjang. Baru saja ia duduk dan beristirahat, Reyner sudah kembali memanggilnya.

Ia berjalan dengan sedikit merapihkan celemeknya sebelum sampai ke depan pintu ruang kerja Reyner.

Emily mengetuk pintu-nya dengan pelan dan Reyner berteriak menyuruhnya masuk sebagai balasan.

"I told you," ujar Reyner geram. "I don't like black coffee you idiot!"

Reyner membanting gelas berisi kopi tersebut tepat di hadapan Emily, membuat gadis itu sedikit meringis namun ia buru-buru membereskan pecahan kaca-nya dan memeriksa tangan Reyner, takut laki-laki itu terluka.

"Sakit, Rey? Ada yang luka?" Tanyanya dengan gusar, membolak-balikan lengan Reyner.

Reyner menghembus nafasnya kasar sembari menampik tangannya.

"Have you lost your mind?!" Hardik Reyner. "Jangan sentuh saya! Selamanya saya nggak akan pernah sudi!"

Ucapan Reyner mungkin memang menohok hati Emily, namun gadis itu tahu bahwa Reyner benar.

"Maaf, biar aku bereskan ini,"

Emily kemudian berlutut dan mulai mengambil serpihan-serpihan gelas kaca ini secara perlahan.

Merasa jengkel dengan Emily yang terlalu berlama-lama, Reyner kembali menghardik gadis itu.

"Bisa lebih cepat sedikit nggak?! Saya ini sibuk dan mood saya sudah buruk. Saya nggak ingin memperkeruh hari saya dengan melihat kamu seharian!"

Emily merunduk patuh. Ia dengan buru-buru menaruh pecahan beling di tangan kirinya, dan sedikit meringis ketika salah satu pecahan menggores telapak tangan kirinya.

Namun melihat mood Reyner yang sedang tidak baik ini, membuat ia mengerti untuk tidak mengeluh di depannya.

Setelah selesai mengambil serpihan-serpihan beling tersebut, Emily berjalan keluar dengan cepat sembari berkata, "Kalau kamu sudah tidak butuh aku, aku undur diri. Akan kusuruh Nina membawakanmu segelas teh chamomile kesukaanmu."

Emily langsung menutup pintu ruang kerja Reyner dan berjalan cepat menuju dapur sebelum laki-laki itu kembali menghardiknya.

•••

Emily membuang serpihan beling dari gelas tersebut dan memanggil Nina, salah satu werewolf remaja yang kebetulan hari ini sedang bertugas di rumah kawanan Blue Moon.

"Nina, tolong bawakan Reyner teh chamomile dengan takaran seperti biasa ya... Moodnya sedang tidak baik hari ini,"

Nina mengangguk patuh walaupun ia sempat bingung karena ia ingat Alpha Reyner pagi tadi meminta untuk di buatkan kopi. Lalu mengapa Luna Emily memintanya untuk membawakan teh chamomile?

Sebelum pergi melaksanakan tugasnya dengan bertanya-tanya, Nina melirik Emily dan tanpa sengaja melihat telapak tangan Emily yang terluka. Ia tampak terkejut dan buru-buru mengambil kotak P3K yang ada di dapur.

"Luna, tangan anda terluka. Mari saya obati," ujar Nina seraya menarik tangan Emily dengan hati-hati. "Luna kan tidak memiliki kemampuan regenerasi dengan cepat seperti kami, sehingga kalau luka itu dibiarkan saja nanti bisa jadi infeksi."

Emily meringis saat Nina menorehkan alkohol dan semacam obat merah di telapak tangannya.

"Perih, Nin." Ujarnya masih meringis.

"Tahan sedikit ya, saya akan mulai membalutnya. Kalau Luna ingin mengganti perbannya, Luna harus panggil saya lagi ya?"

Emily mengangguk dan membiarkan Nina membalut tangannya dengan perban.

Di saat-saat seperti ini, Emily kembali merasa terpuruk dengan dirinya. Ia selalu bertanya-tanya mengapa hanya ia yang dilahirkan berbeda?

Mengapa ia tidak dapat beregenerasi dan menyembuhkan dirinya seperti semua yang ada disini?

Mengapa ia tidak dapat merubah wujudnya menjadi seekor serigala?

Mengapa ia hanyalah manusia?

•••

to be continue

a/n: halo guisee. ini adalah buku ke 2 dari series werewolf aku!! wheeeeee
hmm bisa dibilang ini trilogy sih, karena karakter yang ada disini berhubungan sama karakter sebelumnya di broken.

anyways pantengin terus ya guis. semoga suka sama buku baru ini, much love ❤️

Pic: Emily Bernard

shattered.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang