⟨1⟩ Childhood

401 32 3
                                    

Tuk tuk tuk

Suara langkah sepatu memenuhi lorong sekolah yang sepi. Hari ini Senin, waktunya upacara. Sialnya, si pemilik sepatu ini telat bangun akibat marathon drama korea semalam.

Sialnya lagi, yang bertugas hari ini adalah guru killer sekolahnya, Bu Yoonjung.

Ia mencoba mengendap-endap masuk kedalam barisan namun sepertinya keberuntungan lagi tidak memihak kepadanya.

"Kenapa baru datang?" kata Bu Yoonjung yang tiba-tiba muncul entah darimana. Padahal tadi saat dilihat kiri-kanan, tidak ada siapapun.

Ia memutar balik badannya dan menyengir pada guru bermuka tegas itu. "Ehehehehe ibu, bu kali ini aja ya bu jangan dihukum, kan saya baru pertama kali telat, plis ya bu."

"No no no, gak bisa gitu, rules are rules, sana baris sama yang telat"

"Yah ibu mah, plis ya bu," dengan tangan yang disatukan ia memohon pada Bu Yoonjung. Ya habis kalau yang memberi hukuman itu semacam guru yang ini, bisa pingsan.

Terakhir kali, ada murid yang dilarikan kerumah sakit karena kecapekan membersihkan toilet dan lapangan sekolah hanya karena telat masuk kelasnya 2 menit.

"Kalau ibu bilang gak bisa, ya gak bisa Mina, udah sana," kata Bu Yoonjung tetap pada pendiriannya sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Kalo saya bilang bisa ya bisa ibuuuuu, saya gak mau," Bu Yoonjung melotot mendengar penuturan Mina dan mengangkat tangannya menunjuk kearah barisan murid yang telat dengan tangan yang satu lagi di pinggang.

Mina yang pasrah hanya dapat mengikuti perintah dan baris bersama murid-murid yang telat lainnya.

"Tumben telat?" tanya seseorang secara tiba-tiba.

Mina mengangkat kepalanya untuk melihat orang itu. "Iya nih, kebablasan nonton drakor semalem," jawab Mina sedih.

"Yaelah korea mulu idup lo Min, kehidupan asli dicuekin," balas orang itu lagi.

"Biarin sih, lagian apa coba yang gue cuekin, kehidupan gue fine-fine aja kok"

"Iya lo nya fine, cowok-cowok yang naksir sama lo gak fine, eksistensi mereka gak pernah digubris sama lo," orang itu menarik pelan hidung Mina dan kembali menghadap depan.

"Kayak gue contohnya," lanjutnya pelan. Oh yang ajak Mina mengobrol di tengah ceramah kepala sekolah itu cowok. Oke.

Mungkin dia mengira Mina tidak akan mendengarnya. Namun Mina memiliki pendengaran yang sangat tajam --yang Mina sendiri juga tidak tau menurun dari siapa, padahal keluarganya diteriaki dari dapur ke ruang tengah saja tidak dengar-- jadi ia mendengar semuanya.

"Naksir apa coba maksud lo, kak, orang emang gak ada yang menunjukkan ketertarikan mereka sama gue kok" jawab Mina.

Cowok yang dipanggil 'kak' oleh Mina pun memutar balik badan sepenuhnya kearah Mina. Tidak peduli jika ada guru yang menegurnya. Cewek di hadapannya ini terlalu tidak peka!

"Astaga Mina! Lo gak nyadar banyak cowok yang merhatiin lo kalo lo jalan di koridor? Coklat-coklat yang lo temuin di loker lo itu lo kata zimzalabim, tadaaa, muncul dengan sendirinya? Atau surat-surat dalem laci lo yang lo ceritain ke gue itu lo pikir dari siapa ogeb," cerocos si cowok kelewat kesal seraya mendorong kepala Mina dengan telunjuknya pelan.

Mina mengerjapkan matanya dan menatap lawan bicaranya itu. "Masa sih kak? Tapi kan lo tau sendiri temen gue juga banyak yang sering ngasih gue coklat, yaudah gue maklumin, terus surat-surat itu juga belom ada yang pernah gue baca."

Hey Boy!Where stories live. Discover now