Part 6

2.3K 256 15
                                    

🍭🍭🍭




"Suzy..."

Suzy masih dalam keadaan itu. Sudah tiga hari berlalu sejak pemakaman Minho. Ia masih saja bertumpu pada lututnya. Duduk di sudut ruangan. Mengasingkan diri.

Seandainya Minho adalah orang jahat seperti Taehyung, mungkin ia tak akan semenderita ini. Apalagi Minho memutuskan mengakhiri hidupnya karena pasti, yah pasti, Suzy mencium Myungsoo dan disaksikan olehnya. Pria lemah lembut yang baru saja merasakan jatuh cinta, saat dihadapkan dengan situasi menggelikan itu, pasti akan merasakan sakit. Sakit yang teramat perih. Tak bisa ia tahan lagi. Ia hanya ingin semua rasa sakit yang tak bisa disembuhkan dengan obat-obatan itu sirna. Dan Minho memilih jalan terakhir yang super bodoh itu.

"Suzy." Myungsoo turut berjongkok, menyenyajarkan tingginya. Satu tangannya meraih wajah Suzy yang tertutupi rambut panjangnya. Menyekanya dengan lembut.

"Aku sudah membelikanmu tiket ke Paris. Seperti keinginanmu."

Tak ada reaksi.

"Kau tak menginginkannya?"

Tak ada reaksi.

"Kalau begitu, kau boleh menggantinya dengan apapun. Aku akan mengabulkan semua keinginanmu."

Suzy melirik Myungsoo. Bibirnya tampak ragu mengeluarkan katanya. Terkatup kembali setelah desahan pelan.

"Suzy..." Myungsoo menjamah wajah Suzy. Menatapnya sangat lekat. Sedu.

"Bukankah hidup di panti lebih berat dari segala penderitaan yang selama ini kau derita? Dan lihatlah, kau bisa melaluinya. Jadi, hal seperti ini... Kau juga pasti bisa melaluinya... Kan?"

Suzy menggigit bawah bibirnya. Matanya mulai berkaca-kaca lagi.

"Aku..." suara itu serak. "Aku..."

"Ne?"

"Aku ingin menemui makam Minho..."

Myungsoo tersenyum. Dengan lembut mendekap wanita itu. Menenggelamkannya dalam pelukannya.

"Ne. Sekarang kita ke sana..."

***

"Ini adalah rumah abu kremasi khusus keluarga Choi. Tak sembarang orang bisa masuk ke sini. Tapi untukmu... Aku berhasil mendapatkan persetujuan untuk masuk. Kkaja." Myungsoo menggenggam tangan Suzy. Tak ia lepaskan sejak mereka sampai di tempat itu.

Wajah Suzy pucat. Bahkan ia sulit mengganti pakaiannya sendiri kalau tidak dibantu Myungsoo. Tubuhnya sedari tadi bergetar saat mobil sampai ke pemakaman. Genggaman Myungsoo-lah yang membuatnya berani. Setidaknya, sedikit saja.

Tak ada lagi percakapan yang terjadi setelah mereka sampai di depan lemari abu kremasi Minho.

Wanita itu sedari tadi bimbang. Tangannya masih gemetaran. Bahkan beberapa kali menariknya kembali saat hampir menyentuh kaca lemari abu Minho.

Myungsoo di belakangnya hanya bisa memperhatikannya dalam senyap.

Suzy terdiam selama beberapa saat. Hanya menatap guci abu Minho dari balik kaca. Dalam. Seolah-olah tengah berbicara banyak dengan pikirannya. Dengan guci itu.

"Minho... Oppa..." suaranya parau.

"Mianhae... Eoh?" airmatanya mengalir begitu saja. Disekanya beberapa kali tapi tetap saja merembes dengan cepat. Wajahnya basah. Terisak pelan.

"Mianhae... "

"Mianhae... Oppa..."

"Mianhae..."

MischievousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang